"Apa yang terjadi denganmu?" Serefina menatap Hope yang menangis melalui mata hijau limaunya seraya meminta penjelasan dari Ariel.
Hari ini adalah salah satu hari yang sangat langka ketika Serefina punya waktu untuk menjemput Hope dari sekolahnya dan menemukan gadis kecil itu menangis sampai suaranya berubah menjadi serak.
Ariel, yang mengantarnya keluar dari gerbang sekolah, menatap Serefina dengan nada meminta maaf dan mulai berbicara dengan takut- takut.
"Maafkan aku Nyonya Manson," dia memulai, Ariel mengenal Serefina sebagai ibu Hope karena itu yang tertulis di kertas, adapun Lana adalah saudara perempuan Hope dan akan sering mengantar dan menjemput gadis kecil itu jika bukan Serefina sendiri yang melakukannya.
Dan pria yang Ariel lihat setahun yang lalu, dia belum pernah melihatnya sejak pertemuan pertama mereka.
Seperti biasa, Serefina mengabaikan Ariel dan berjalan menuju Hope saat dia masih menutupi wajahnya dengan tangannya.
"Berhenti menangis." Suara Serefina tegas tanpa kehangatan dalam nada suaranya. "Aku bilang berhenti menangis." Kali ini suaranya terdengar lebih kencang dari sebelumnya dan membuat Ariel tersentak.
"Nyonya Manson… "Ariel mencoba berbicara dengan Serefina, tapi penyihir itu menolak untuk melihatnya.
Sementara itu, Hope mulai berhenti menangis dan meletakkan tangannya saat dia menatap Serefina dengan mata berkaca- kaca. Meskipun tangisannya telah berhenti, tapi bahunya yang kecil masih bergetar.
"Ceritakan padaku apa yang terjadi." Serefina menuntut, mengabaikan Ariel yang masih berdiri di sana.
Jika Serefina mengira Ariel adalah seseorang yang tidak penting, maka dia tidak akan menyia-nyiakan waktu hanya untuk meliriknya.
Adapun bagi Ariel, sekolah tempatnya bekerja merupakan salah satu sekolah paling bergengsi di kota red river ini, maka semua anak di sana pasti berasal dari keluarga terpandang, meski ia belum pernah mendengar tentang keluarga Manson, namun Ariel tidak akan memperlakukan Hope dengan sembrono, terutama setelah dia menyaksikan betapa menakutkannya ibunya.
"Ada seorang anak laki-laki ..." Ariel mencoba menjelaskan kepada Serefina, tetapi kemudian penyihir itu meliriknya dengan galak.
"Aku bertanya padanya, bukan kau." Serefina menjadi tidak sabar. "Ceritakan apa yang terjadi." dia mengalihkan pkaungannya ke arah Hope lagi.
" Drake ..." Hope berbicara dengan suaranya yang lembut dan bergetar sambil memainkan ujung bajunya dengan gugup. Dia tidak suka saat Serefina memelototinya. "Dia menggangguku…"
"Mengganggumu?" Wajah Serefina berubah tak sedap dipkaung.
"Jadi, itu…" Ariel mencoba menjelaskannya dengan tergesa-gesa, tetapi Serefina telah mengangkat tangannya untuk menghentikannya mengucapkan kata-kata lain.
"Mengapa dia mengganggumu?" Serefina mengerutkan kening. Dia tidak menyukai ada orang yang mengintimidasi orang yang dia kenal.
"Karena ... karena ..." Hope gelisah, dia mengalihkan pandangannya ke tempat lain sebelum dia menjawab. "Karena gigi depanku hilang ..." dia mengerutkan bibirnya, cemberut.
Hope yang baru saja mulai kehilangan gigi susu beberapa minggu yang lalu dan kini gigi depannya sudah tanggal yang membuat gadis kecil itu cukup kesal karena penampilannya yang seperti tidak memiliki gigi.
Serefina mengangkat alisnya dengan penuh tanya. "Lalu, apa yang kau lakukan?"
"Hm?" Hope tersedak sekali sambil mengerjapkan matanya sehingga air mata jatuh di pipinya, tapi dia segera menyekanya karena gadis kecil ini tahu Serefina tidak suka melihatnya menangis.
"Apa yang kau lakukan padanya setelah dia mengejekmu tentang gigimu yang hilang." Serefina menguraikan kata-katanya dengan tidak sabar.
Hope menggelengkan kepalanya. "Tidak ada ..." katanya dengan takut-takut.
"Nyonya Mason, tolong jangan marah… Aku telah memberi Drake hukuman karena perilakunya yang kasar." Ariel menyela lagi, tidak ingin Serefina salah paham.
"Hukuman apa yang kau berikan padanya?" kali ini, Serefina menoleh untuk melihat Ariel.
Ariel menggigit bibirnya dengan gugup di bawah tatapan tajam Serefina. Wanita ini selalu menakutkan untuk dilihat. "Aku meminta anak laki-laki itu untuk meminta maaf kepada Hope."
"Dan?" Serefina mengangkat alisnya.
"Dan aku memberinya hukuman untuk menuliskan sepuluh halaman permintaan maaf untuk Hope." Ariel mengalihkan pandangannya dengan gelisah. Untuk beberapa alasan, dia tidak bisa memaksa dirinya untuk melihat wanita di depannya.
Nyonya Mason punya aura yang menakutkan.
"Dan?" Serefina menanyakan pertanyaan yang sama dengan tidak sabar, bahkan tidak peduli ketika dia melihat Ariel ketakutan karena dirinya.
"Aku pikir… Aku pikir hukuman itu sudah cukup untuk anak laki- laki tersebut. Mereka masih anak-anak." Ariel mencoba mencari alasan untuk membenarkan keputusannya. Itu adalah hukuman yang tepat karena dia telah mengikuti aturan sekolah, tapi Serefina merasa, itu belum cukup.
Ada keheningan yang tidak nyaman yang terjadi sesudahnya sebelum Serefina berbicara kepada Hope dengan dingin. "Lain kali, jika ada seseorang yang menindasmu seperti itu lagi, pukul mereka di wajahnya. Oke?"
"Nyonya Mason… Kau tidak bisa mengajari putrimu seperti itu." Ariel kaget saat mendengarnya.
Namun, Serefina tidak repot-repot berdebat dengan guru wanita tersebut saat dia menarik Hope masuk ke dalam mobil dan melajukannya, meninggalkan Ariel dalam keadaan penuh kebingungan.
Dia hanya bisa menggelengkan kepalanya tanpa daya dan berdoa agar Serefina tidak benar- benar serius dengan kata- katanya.
"Apakah kau ingat apa yang aku katakan sebelumnya?" Serefina memelototi gadis kecil di sampingnya. "Jika seseorang menindasmu, Kau harus meninju wajahnya, sehingga mereka akan berhenti melakukan itu."
Hope menggigit bibir bawahnya saat dia terdiam beberapa saat sebelum dia menjawab. "Tapi, bagaimana jika aku tidak punya teman lagi karena itu?"
Hope berjuang keras untuk memiliki teman karena dia terus melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh semua temannya.
Mereka mengira Hope aneh karena dia terus berbicara tentang sesuatu yang tidak bisa mereka pahami.
Hanya ketika Lana berbicara dengannya dan menjelaskan satu atau dua hal yang harus dia ketahui, Hope mulai mengabaikan makhluk-makhluk yang tidak dapat dilihat oleh teman-temannya itu.
Dan Kace mengatakan dia bukan anak yang aneh. Hope istimewa karena dia bisa melihat mereka.
"Apa gunanya punya teman yang bisa melukai perasaanmu? Kau tidak perlu memiliki sekelompok orang bodoh untuk dipanggil sebagai teman, Kau hanya perlu beberapa orang yang bisa membuatmu merasa lebih baik."