Ketika ia berbalik yang terlihat adalah Xu Mushen berdiri di balkon pintu kamar, dengan wajah suram dan sedang menatap sesuatu dengan dingin.
Xu Qiaoqiao pun langsung terdiam.
Sepertinya waktu telah terhenti selama tiga detik, Xu Qiaoqiao tiba-tiba melompat, "Ka, ka, kakak!!!"
'Bukankah dia pergi bekerja? Bagaimana bisa sekarang di dalam kamar! Selain itu, bagaimana bisa ia tak bersuara sama sekali, bersembunyi di atas balkon?'
Ia memikirkan kembali kata-kata yang ia katakan barusan, rasanya benar-benar ingin menampar dirinya sendiri sampai mati, atau menjahit mulutnya dengan jarum!
Harusnya Xu Mushen juga tidak menyadari kehadirannya kan? Tapi ruangan ini benar-benar sunyi, bagaimana bisa suaranya tidak terdengar olehnya!
Ternyata itulah alasan wajah pria itu begitu gelap. Xu Qiaoqiao terbatuk: "Kakak, itu, aku tidak bermaksud mengatakan kamu ..."
Selagi menjelaskan itu, ia mengeluarkan tangannya. Sayangnya, ia baru menyadari bahwa tangannya masih memegang celana boxer milik pria itu, ternyata masih belum ia jatuhkan!
Pandangan mata mereka berdua jatuh tertuju pada pakaian itu. Setelah cukup lama, suara suram pria itu baru terdengar, "Berapa lama kau berencana bertahan di sini?"
Xu Qiaoqiao benar-benar merasa sangat malu. Dia menelan ludahnya, lalu tangannya segera melepaskan dan membiarkan pakaiannya jatuh ke tanah.
Tak lama kemudian, dia menepuk-nepuk tangannya, mengedipkan mata besarnya. Ia berusaha mengambil hati dengan mengatakan, "Kakak, aku datang ke sini untuk membersihkan kamar kakak, itu, lihatlah, aku menyapunya dengan baik kan?"
Pandangan Xu Mushen malah tertuju pada tempat tidur yang tadi telah dirapikan tetapi sekarang berantakan karena dikacaukan olehnya.
Xu Qiaoqiao kembali terdiam dengan canggung. Situasinya seakan serba salah.
Pria itu bertanya langsung, "Hey kau, apa sebenarnya yang kau cari?"
Xu Qiaoqiao memutar pandangannya, ia sedang berencana untuk berbohong. Nada bicara Xu Mushen menjadi sangat serius, "Kau sebaiknya berpikir dengan hati-hati sebelum menjawab."
Kata-kata yang berbahaya dan perasaan berdebar-debar membuat Xu Qiaoqiao tanpa sadat menutup rapat mulutnya.
'Bicaralah sejujurnya?' Pikirnya. Xu Qiaoqiao menggigit bibirnya.
Pria ini seperti sebuah detektor kebohongan, alat yang mampu membuatnya tahu kebenaran dan kebohongan dari setiap kalimat yang dia katakan.
Setelah berbelit-belit sebentar, dia akhirnya jujur juga, "Itu ... bantal yang aku jatuhkan di mobilmu kemarin, dimana?"
Pria itu menatapnya dengan tajam dan tidak mengatakan apa-apa. Xu Qiaoqiao masih menjelaskan dengan cemas, "Benda itu, yang aku anggap sebagai anak, ya maksudku adalah anak!"
Ketika kata-kata itu keluar, seketika hawa dingin dari tubuh pria itu langsung menyebar keluar. Hanya satu kata yang ia katakan saat itu, "Aku bakar!"
Xu Qiaoqiao bertambah gelisah. Dia hampir mau melompat dan nada suaranya tiba-tiba naik, "Apa katamu? Membakarnya?"
Xu Mushen meliriknya dalam-dalam dan tidak mengatakan apa-apa. Tatapan itu membuat Xu Qiaoqiao merasa sangat geram!
Xu Qiaoqiao sebenarnya ingin tidak mempercayai jawaban itu, tetapi bahkan ia tidak punya pertanyaan lain sama sekali.
Bantal itu dia gunakan untuk mengejek orang, lalu jika orang itu membakarnya apakah salah? Namun, bagaimana dengan kartu ID-nya?
Xu Qiaoqiao merasa bahwa dia akan menahan permasalahan internal yang akan terjadi di kantornya. Ia menunduk dan hanya melihat celana dalam yang baru dilempar ke tanah.
Dia mengambil napas dalam-dalam, menginjak kakinya pada pakaian itu, berbalik dan pergi!
Xu Mushen mengerutkan kening dalam-dalam.
Tanpa tahu alasan gadis ini berlari dari kamarnya, Apalagi ia sudah membuat kamarnya berantakan, sekarang ia pergi begitu saja?
Dia melangkah maju, ingin melakukan sesuatu, tetapi teleponnya tiba-tiba berdering. Ia menunduk, melihat sepintas..
Kemudian ia berbalik dan kembali ke balkon lagi untuk mengangkat telepon, itu adalah suara asistennya, "Tuan, Tuan Li mengundang Anda untuk makan siang."
*****
Xu Qiaoqiao berjalan keluar dengan terengah-engah. 'Sudah terbakar!' Pernyataan itu masih teringat di kepalanya.
Nafasnya tak beraturan menahan amarah, saat itu juga terdengar teleponnya berdering. Ia menundukkan kepalanya dan melihat yang meneleponnya Tuan Jin.
Ia segera mengangkat telepon, suaranya langsung berubah lembut, "Tuan Jin, maaf anda menelepon saya ada perlu apa?" Ia berbicara sambil berjalan maju.
Di belakangnya, Xu Mushen melangkah keluar dari ruangannya, menatap punggungnya dan mengerutkan kening.