Mengingat kecerobohan yang telah dilakukannya, Xu Qiaoqiao berteriak kecewa, "Aaaaaaaa!" Gadis ini sampai menggaruk-garuk kepalanya seperti orang gila.
Dia pasti tidak berpikir jernih sebelum memberikan bantal yang diberikan kepada Xu Mushen saat kejadian di parkiran itu.
Sekarang bagaimana?
Tuan Jin hari ini akan mengirimkan uang dan ini berhubungan dengan gaji semua karyawan. Jadi, bagaimanapun ia harus pergi menemui Xu Mushen hari ini untuk meminta bantal itu kembali.
Xu Qiaoqiao segera berpamitan pada anak itu lalu dengan buru-buru ia naik taksi menuju ke rumah keluarga Xu. Baru saja ia masuk ke dalam rumah, ia bertemu kepala pelayan. Dengan panik ia mengatakan, "Paman Rong, dimana Xu Mushen?"
Mendengar kata-katanya itu kepala pelayan langsung mengerutkan keningnya, "Nona, anda tidak boleh memanggil Tuan dengan nama depannya."
".....Oh, Kakak?"
"Tuan bertanggung jawab atas seluruh perusahaan keluarga, setiap pergerakannya untuk kepentingan perusahaan, jadi tidak ada seorang pun di keluarga ini yang berhak untuk menanyakan tentang keberadaan Tuan. "
Xu Qiaoqiao jadi diam sejenak karena tidak mengetahui informasi keberadaan pria itu. Sepertinya masih lebih baik mengandalkan dirinya sendiri daripada bertanya kepadanya.
Dengan cekatan ia mengangkat kepalanya dan melihat dengan jeli ke lantai dua, Xu Qiaoqiao langsung bertanya, "Dia di ruang 201?"
Kepala pelayan itu membeku, "Bagaimana kau tahu?"
Dalam ingatan Xu Qiaoqiao, kemarin pria itu berdiri di lantai satu. Saat itu kebetulan ia melihat saat pria itu keluar dari arah ruangan itu berada. Awalnya ia tidak yakin, tapi melihat tanggapan pelayan itu, menandakan bahwa memang benar lelaki itu ada di ruangan tersebut.
Xu Qiaoqiao mendapatkan jawabannya dan langsung naik ke atas. Tetapi ketika berdiri di depan kamarnya, dia tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Gadis ini berubah menjadi bingung. Seketika di berpikir jika pria itu pasti sangat muak dengannya karena ejekan yang dilakukannya sebelum ini.
Bantal itu adalah bukti paling nyata bahwa ia telah mengejek pria itu. Jika dia langsung meminta bantal itu kepadanya, bukankah itu malah akan mengingatkannya kembali?
Ketika memikirkan kembali peringatannya tadi malam, Xu Qiaoqiao langsung merasa merinding. Dia menggigit bibirnya, melihat kanan dan kirinya, akhirnya ia memberanikan dirinya. Kakinya berjinjit kemudian ia bersandar di dekat pintu dan menekan pegangan pintu dengan tangannya.
'Ya Tuhan, segera berikan sedikit kekuatan.' Pikirnya.
Pintu itu di dorongnya pelan pelan sampai terbuka, dia menjulurkan kepalanya dan melihat ke dalam. Sesaat kemudian ia menghela nafas dengan ringan.
Ah, sayangnya tidak ada orang! Benar juga, saat ini Xu Mushen pasti sedang pergi bekerja.
Xu Qiaoqiao merasa dirinya begitu bodoh, masih sempat memikirkan suasana hati Xu Mushen sejak saat itu.
'Tapi tunggu sebentar, bukankah saat ini tidak ada orang? Saat ini adalah kesempatanku untuk bisa mengambil bantal itu kembali!' Pikiran itu melintas di depan matanya.
Ia segera masuk ke dalam kamar, menutup pintu kamar, kemudian ia dapat dengan tenang memeriksa kamar itu.
Kamar Xu Mushen sangat luas, dan dekorasinya selaras dengan auranya. Semua perabotannya bernuansa hitam dan putih, sangat bersih dan terasa sejuk, seperti ruangan yang tidak dihuni oleh orang pada umumnya. Tapi bagaimana dengan bantal itu?
Mata besarnya yang gelap itu melihat sekeliling di sekitar ruangan ini. Ia melompat ke tempat tidur, mengangkat selimut dengan dan berusaha mencari di sekitar kasur. Sayangnya tidak ada yang bisa ditemukan di kasur.
Lalu ia berjalan ke samping, membuka lemari pakaian. Di dalam lemari itu semua jas dan kemeja bernuansa hitam-putih, sangat monoton. Selera pria ini membuat orang yang melihat saja merasa bosan. Tetapi tetap saja masih tidak ada benda yang diperlukannya.
Xu Qiaoqiao berjongkok, pandangannya jatuh ke laci bawah. Laci itu terlihat besar, juga ada kemungkinan untuk meletakkan bantal di sana. Ia langsung membuka laci dan mengulurkan tangannya ke dalam laci dengan bebas, mengambil keluar sesuatu lalu melihat-lihat…...
Wajahnya berubah menjadi merah ketika melihatnya! Ternyata benda yang dikeluarkan tidak lain adalah boxer pria. Secara tidak sadar ia melemparkan pakaian itu ke laci, tetapi tiba-tiba ia merasakan seperti ada sesuatu yang salah.
Pria itu terlihat sangat tinggi, tetapi mengapa pakaiannya ini terlihat agak kecil?
Ia membolak balikan tangan, sedikit membayangkan, berkata kepada dirinya sendiri: "Setidaknya pantatnya begitu besar, benar? Pakaiannya sangat kecil, apa bisa dipakai? Kelihatan dingin, tak disangka ternyata ia adalah seorang yang membosankan!"
Setelah mengatakan kalimat ini, dia berniat melemparkan pakaian itu ke dalam laci, tetapi ia kemudian merasakan seperti ada hawa dingin tiba-tiba datang!!!
Tubuh Xu Qiaoqiao menegang dan menoleh dengan tajam.