Untuk Menuju Jakarta Zaman Ini "Satin" Mesti Mengunakan Sampan atau Perahu Kecil, Karena Sebagian Besar Jakarta Sama Halnya Dengan Bogor Telah Menjadi Danau Yang Sangat Luas.., Kini Jakarta Zaman Ini di Tahun Tujuh Ribuan,Seperti Kota Di Atas Air.
Bangunan Pencakar Langit Hanyalah Sebagai Sandaran Perahu-Perahu Kecil Saja, Kini Jakarta Dapat Langsung terhubung Ke Samudra lepas, Bangunan Pencakar Langit Itu Seperti Kota Yang terendam Air Layaknya "Dongeng Atlantis" Bayangkan Sedalam Apa Danau Itu yang tingginya Menyamai Puncak Pencakar Langit, Karena Kutub Utara Dan Selatan Sebagian Mencair Banyak Negara Bagian yang Hilang dan Pulau-pulau kecil Di seluruh Dunia Hilang di Telan Air.
Semua ini pun Berdampak Pada Indonesia atau "Kerajaan Indonesia." Jakarta Zaman Ini Membentuk Distrik-distrik Meski Kota Berdiri di Atas Air, Kemajuan Teknologi Sangat Pesat, Bagi Kalangan Elite Seperti Keturunan Kaisar Negara Ke- Lima.
Kaisar Negara.Memiliki Landasan Pesawat Sendiri Meski Yang dapat Di Terbangkan Hanya Helicopter saja, Tapi Ini Sudah Sangat Mewah ,Mereka dapat Bertukar informasi Sehingga Kemajuan Zaman Tetap Berjalan dengan Casing Yang Sangat Kumuh dan Miskin Bagi Rakyatnya.
Dapat Di Artikan Mereka Yang Memiliki Uang Lebih dapat Menikmati Kemajuan Teknologi. dan Mendapat Pendidikan, Sedangkan Rakyat Jelata seperti "Satin" Masih terkungkung dalam Kemiskinan yang Tidak Bisa terlepas Seumur Hidup ,karena Sangat Sulit untuk Mengumpulkan Uang.
"Satin,, Memerlukan Waktu Lama Untuk Menemukan Bibinya Itu, uang Yang Di Simpan Emaknya Belasan Tahun menjadi Tidak Berharga di Kota Jakarta.
Setelah dua Bulan Bertahan Hidup Satin Baru dapat Masuk Di Distrik Jakarta 1, Sedangkan Kota Jakarta Terbagi Menjadi 150 Distrik Yang Masing-masing distrik Sangat Ketat dan Sulit Memasukinya Kecuali Para Pedang Budak Dan Mucikari.
Satin Membayar Lima Ratus Ribu Rupiah Setara dengan Lima Juta Rupiah karena Harga Rupiah Sangat Jatuh di Titik Terendah, Untuk Membayar Upeti Pada Penjaga Gerbang Distrik Kumuh ini,, Satin Melihat Bahwa Distrik Satu Ini Tempat Yang Sangat Bau dan Kotor Serta Berpenyakit, Iya Membungkus Tubuhnya Seakan Iya Seorang Lelaki.
Satin Mendapatkan Kamar Yang Seukuran Tempat Tidur Saja.Lebar Semester dan Panjang dua Meter.dengan Atap Yang Menyentuh Kepala, Sangking Pendek dan Kecil Bangunan Itu Untuk Harga Upeti 500 Rb.
Iya Pun Mesti Membayar 50 rb, Sebulan Setara Lima Ratus Ribu, Gadis Ini Begitu Kuat Tenaganya Seperti Seorang Lelaki " Satin" Menjadi Seorang Kuli dan Mau di Suruh Para Pemilik Uang Lebih dengan Upah 5 rb sehari dan Sepotong Roti yang Tidak Ada Rasanya Sama Sekali, Distrik ini Menanam Semua Makan Dan Sayuran Secara "Hidroponik" Sehingga Harga Makanan sangat Mahal Karena Mereka hidup di Atas Air.
Sungguh Miris Kehidupan. Satin di Jakarta Distrik Satu Ini, Banyak Tetangganya Yang Mendapat Penyakit Kulit, Kusta, dan Penyakit Aneh lainya Akibat Sanitasi Buruk, Zaman Ini Mereka Menjadi Lebih Jorok Dengan Membuang Limbah Ke sembarang Tempat. atau Langsung Ke Perairan Danau Jakarta Yang Lebar ini.
Saat Lelah Satin Pulang Membawa Kantung Air dan Sepotong Roti, Tak Lupa Satin Membeli Sabun Untuk Mandi, dan Itu Sabun Buatan Penduduk distrik.
Setahun Berlalu Satin Tinggal Di Distrik Itu. Kehidupan Yang Begitu Sulit, Yang Iya Sesali telah Sampai Di Jakarta, Harusnya Iya tidak Pernah Ke kota Ini Jakarta distrik 1.
"Bogor " Lebih Baik , Iya Masih Bisa Merasakan daratan, Sedangkan daratan Di Jakarta di Jadikan Istana Kerajaan Baru.
Tidak Seorang Pun Mengetahui Jadi Diri Satin, Yang Seorang Gadis, Iya Sengaja Selalu Mengoleskan Arang di Sebagian Wajahnya , Sedangkan Kulit Aslinya di Sembunyikan Sangat Putih Dan Terawat, Juga Membawa Kemurniannya.
"Maak....Apa Boleh Satin Ga Nyari Bi Anita..?? Ucap Satin, Yang Berbicara dengan Meneteskan Air matanya di atas Ranjang Papannya.."
Mungkin Saat Ini Maksudnya Papan Bekas Peti Buah-buahan.yang di Alasi Kain, Bisa di Bayangkan Hidup Zaman Ini Sangat Keras.
Satin Telah Lama Mencari Informasi tentang Bibinya Anita. tapi Nihil belum ada Kabar Apapun , Semua Mengarah Pada Satu Orang Anita Sang "Mucikari".
Iya Tidak Pernah Percaya Bahwa Anita itu adalah Orang Yang. Sama Yang Iya Cari Selama Ini.