"Elis, inikah kamu, Nak?" ucap bu Mirna dengan air mata yang
berlinang.
"Ibu, iya ini Elis, Bu. Elis tepati janji akan pulang jika
sudah berhasil menggapai cita-cita." Gadis itu pun meraih tubuh wanita yang
sudah lama ia rindukan, dan memeluknya erat.
"Sudah, ayo masuk! Gak enak kalau di lihat sama orang," ajak
bu Mirna pada putrinya.
"Bapak mana, Bu?"
"Dia sekarang bekerja jadi tukang kebun di rumah juragan
untuk mencicil utang, uang gajinya hanya diambil setengah saja setiap bulanannya, dan ia hanya ambil buat rokok dan memberikan pada ibu sekuanya. Lumayan lah, sejak
kau pergi kabur dari rumah, kebiasaan buruknya untuk berjudi juga sudah hilang, walaupun butuh proses," ucap bu Mirna sambil membuatkan minum anak gadisnya yang baru saja
kembali.
"Terus Sekaran utang bapak kurang berapa juta, Bu?''
"Masih banyak, Lis. Kurang delapan belas jutaan." Bu Mirna
meletakkan teh manis di depan Elis dan duduk berhadapan dengannya.
"Bu, kapan bapak pulang kira-kira?"
"Masih nanti sore, kenapa?"
Elis memandangi sekitar, kemudian gadis itu beranjak mengunci
pintu rumah dan menutup semua jendela. Kemudian ia membuka kopernya yang berisi
sejumblah uang dan barang-barang berupa baju dan perhiasan Emas yang ia beli
dari Jakarta untuk oleh-oleh ibunya.
"Bu, ini Elis belikan kalung dan gelang, suratnya ada di
situ, ibu simpan jangan sampai ketahuan bapak, Ya? Dan ini pegangan untuk ibu, lima juta."
"Ya Allah, Lis. Kenapa kamu belikan semua ini?" tanya bu Mirna, ia hampir tak mempercayai nominal
pada surat emas kalung dan gelang yang jadi satu senilai hampir sepuluh juta.
"Buat ibu, nanti dipake pas acara nikahannku sama mas Yoga.
Ini, aku belikan baju untk ibu dan dapak, ini untuk acara lamaran nanti, ini
aku dan ini mas Yoga. Bagus, kan Bu?"
ucap gadis itu dengan girang dan wajah yang semringah.
"Oh, iya. Untuk utang bapak, jangan khawatir. Elis sudah
anggarkan duapuluh lima juta. Sisanya bisa untuk ibu dan bapak buka usaha.
Entah buka toko kue dan bahan-bahan roti gitu, atau apa. Untuk biaya nikahan,
Elis juga sudah menyiapkan Bu. Terlebih, tadi pagi manjikan Elis memberi
pesangon sepuluh juta pada Elis buat buka usaha setelah nikah."
Bu Mirna hanya diam terpaku tak bisa berkata-kata. Ingin
rasanya menceritakan kebenarannya. Tapi, ia tidak tega. Sebab, Elis baru datang
dan pasti masih lelah. Apa jadinya jika dia tahu? Jelas pasti akan kecewa
pengorbanan dan kesetiaannya dibalas dengan penghianatan oleh yoga.