Chapter 3 - ALEA

"Alea!" panggil seorang pria.

Alea menoleh, terlihat olehnya pria berwajah bule tampan dengan mata abu-abu kebiruan, berambut hitam lebat, kira-kira tingginya sekitar 183cm. Tengah berada tepat di belakangnya. Menyentuh bahunya sambil tersenyum lebar.

"Pak Max? ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya Alea dengan santun.

"Laporan administrasi bulan lalu, sudah kamu buat, Lea?" tanya pria itu dengan nada formal.

Alea berkerut kening bingung dengan pertanyaan pria tersebut.

"Kan, kemarin sudah saya serahkan pada Bapak," jawab Alea tenang.  Dialah satu-satunya wanita yang selalu tenang dan tak pernah sekalipun mencoba cari perhatian pada pria bernama lengkap Axel Maxmiliam tersebut. Mungkin itu, alasannya, kenapa pria itu selalu mendekati Alea. Karena dia berbeda. Sikap tenang dan diamnya memancing rasa penasaran tersendiri.

"Oh, iya, ya," kata pria itu, yang merupakan atasan Alea, tersenyum canggung sambil nampol kepalanya sendiri. "ini Reyna tadi pesan kopi, aku tidak menyukai kopi susu, buat kamu saja, ya," Pria berusia duapuluh enam tahun itu menyodorkan satu cup milk cofe pada Alea.

Masih dengan wajahnya yang tenang, gadis itu tersenyum. Kemudian tanpa ragu-ragu menerima cup coffe dari tangan CEO perusahaan dia bekerja. "Terimakasih, Pak," jawab Alea singkat, lalu pria itu pergi.

Semua mata tertuju pada Pak Max dan Alea, sesekali mereka saling berbisik dan melempar senyum pada Alea saat menyadari gadis pendiam itu mengamati.

Saat jam istirahat, Alea tidak lagi berada di Taman kantor, tempat favoritnya. Dia berada di restoran depan tempat ia bekerja, berkali-kali menengok arlojinya dan sekitaran tempatnya, ditambah lagi dengan segelas avocado fload yang hanya diaduk-aduk tanpa diminum.

"Sory, aku telat. Lama nunggu, ya?" ucap seorang wanita dengan rambut lurus panjang  berwarna maroon di bagian bawahnya. Bagian atas dan poninya tetap berwarna hitam.

Tanpa basa basi, wanita itu langsung meraih avocado fload dari tangan Alea dan menyeruputnya tanpa sungkan.

"Sepuluh menit aku menunggumu, artinya, sisa waktuku tinggal limapuluh menit. Cepat kamu cek naskahku, sudah ada seratus lima puluh halaman di sana!" ucap Alea sambil menyodorkan laptop yang sudah dia siapkan untuk diperlihatkan kepada Wulan, editornya.

Wulan membaca halaman demi halaman, raut wajah menggambarkan kepuasan atas karya Alea, terlihat jelas mana kala ia tersenyum puas setiap kali melewati halaman demi halaman yang ia baca. Meskipun masih belum keseluruhannya.

"Wow, ini keren Alea, aku yakin, novel kedua mu ini pasti beast seller seperti novel pertamamu, BROKEN HOME." Masih memandang ke arah lap top di hadapannya sambil tangannya meraba gelas avocado fload lalu meminumnya.

"Aku pun berharap begitu, masih ada waktu 30 menit, kamu mau makan apa?" ucap Alea, menatap Wulan tanpa ekspresi. Sebenarnya, Alea itu adalah sosok yang menyenangkan. Hanya saja, dia tidak mudah akrab dengan orang baru.

"Aku sudah kenyang dengan suguhanmu ini, kamu ambil tema misteri psyco, sungguh ini akan membuat pembacanya akan ngeri sekaligus ketakutan, sama halnya dengan BROKEN HOME, banyak yang sedih. Ikut menangis terbawa alurnya," ucap Wulan sambil menyunggingkan senyuman yang seolah tiada habis.

"Baper?" Alea bersandar pada kursi dan melipat kedua lengannya di depan dadanya.

"Itu maksut aku, ok bye... Aku masih ada pekerjaan, ku tunggu kelanjutannya sampai and," ucap Wulan, menghabiskan sisa Avocado fload yang ia rampas dari Alea dan pergi begitu saja. 'jangan lupa itu segera kau kirim ke email ku, Alea!" teriak Wulann dari kejauhan.

Alea mengamati perginya gadis berkaki jenjang itu penuh ekspresi yang susah dijelaskan, "Benar-benar unik, baru saja datang tanpa permisi main rampas saja," gumamnya sambil tersenyum kecil.

Alea menutup laptopnya, bermaksut meninggalkan restoran itu, tapi, seseorang pria berpawakan tinggi dengan wajah khas Indonesia dan berkulit sawo matang berteriak menghentikannya.

"Kamu punya teman juga, ya ternyata. By the way, siapa dia? Cantik. Hehe," kata orang itu, Andra.

"Kamu mau makan siang di sini?" Alea menatap pria yang jauh lebih tinggi darinya dengan sedikit mendongak.

"Ya iyalah, tapi sama kamu, ya? Aku traktir deh, ayo duduk lagi jangan pergi!" seru Andra, dengan muka jenakanya.

Andra di kantornya terkenal sosok yang humoris, dan tidak mudah marah, sekaligus satu-satunya orang yang berani berusaha keras mendekati Alea setelah pak Max, CEO perusahaan mereka. Namun caranya berbeda, jika pak Max melakukan pendekatan dengan cara kalem, Andra justru sebaliknya. Dia sering membully dan mengerjai Alea habis-habisan. Tapi, gadis itu tidak pernah marah. Dia hanya tertawa paling ya mukul balik.

"Tumben kau di sini."

"Siapa? Aku?" tanya Andra sambil menunjuk hidungnya sendiri.

"Bukan. Hantu!" cetus Alea sebal.

"Lea, kamu tu ternyata selain cantik juga biang nyebelin, ya?" kata Andra sambil memakan ayam cryspi-nya.

"Hah? Nyebelin? Kok, bisa?" tanya Alea bingung dengan alis berkerut.

"Sedari tadi aku disini nemanin kamu, boro-boro di ajak bicara, dilirik aja tidak, sama kamu." Pria itu berlagak ngambeg dan cemberut.

"Lalu kau pikir barusan aku tanya pada siapa?" jawab Alea tertawa tertahan menatap aneh pada Andra.

"Hantu." Kali ini Andra pasang muka melas. Lalu fokus pada makanan di depannya.

Alea terbahak mendapat jawaban seperti itu dari Andra. Baginya dia memang sosok yang menyebalkan sekaligus menyenangkan.

"Lima menit lagi dah jam kerja, ayuk cabut! Ini beneran kamu yang traktir?" Alea memandang Andra dengan seutas senyum manis di bibirnya. "Ndra, kok, bengong?" ucapnya sambil menyapukan tangan di depan wajah Andra.

"E, eh iya, aku kan dah bilang aku yang traktir. Alea!"

Gadis itu menoleh dengan anggun ke arah Andra dan menjawab dengan suara lembut, "Iya, ada apa Ndra?"

"Kamu kalau senyum gitu, manis banget,"  jawab Andra dengan wajah bengong menatap Alea.

"Ini manis," ucap Alea menyodorkan gelas jus jeruk yang tinggal seperempat gelas. Dibalas oleh gelak tawa riang dari Andra. Kemudian, keduanya pun pergi menuju kantor. Karena waktu sudah mepet mereka bergandengan tangan dan berlari menuju perusahaan.

"Gila kau, Ndra! Larinya kenceng banget," ucap Alea dengan napas tersengal-sengal.

"Ah... kenceng gimana? Dasar cewek," ucap Andra kemudian ia berjongkok di depan Alea.

"Kamu ngapain?" Alea menghentikan langkahnya. Memandang aneh ke arah Andra.

"Daripada kamu capek, ya sini aku gendong!" seru pria itu.

"Ogah! Gak mau aku!" seru Alea sambil berjalan menuju lobby.

"Katanya kau lelah!"

"Bodo amat!" Alea berlari dan tertawa bersama Andra masuk ke dalam ruangan kerja. Kebetulan mereka berada dalam satu ruangan. Tempat kerjanya juga berdekatan, itu jadi kesempatan empuk bagi pria itu untuk menjahili Alea. Saat tidak ada bos tentunya.