Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

High class women

🇮🇩RIFI_SAIMUN
--
chs / week
--
NOT RATINGS
10.4k
Views
Synopsis
Hidup srderhana, dengan penampilan yang tidak dapat membuat orang berminat kepadanya, aplagi dengan status yang disematkan kepadanya sebagai anak haram membuat Elayn dipandang sebelah mata. Namun siapa yang akan menyangka sebenarnya kehidupan Elayn yang sesungguhnya tidak dapat digapai oleh wanita manapun didunia ini. Dia terlalu sempurna, pria yang bersamanya bahkkan menggetarkan semua orang. Mereka adalah pasangan yang membuat semua orang iri. NOVEL INI DILANJUTKAN DI APLIKASI NOVE*TOON
VIEW MORE

Chapter 1 - MENJADI TOPIK HANGAT

Pertunangan antara ahli waris Group Nero dan ahli waris Group Bora telah menjadi buah bibir dikalangan pengusaha dan para dokter.

Ini mengejutkan dua perusahaan besar didunia medis secara tidak langsung telah menyatakan bersatu melalui pertunangan antara dua ahli waris ini.

Padahal satu minggu lalu Group Bora masih menjadi buah Bibir Orang-orang karena memilih ahli warisnya yang merupakan anak tidak sah atau orang biasanya menyebutnya sebagai anak haram.

Namun mereka juga tidak bisa berkommentar lebih banyak karena banyak nya para dokter yang menyatakan Elayn merupakan dokter yang kompeten terlepas dari status nya sebagai anak haram, bukankah kemampuan dokter adalah yang terpenting didunia medis?

Kamar Elayn dilantai lima rumah besar

Gadis itu masih terlelap dalam tidur nya setelah kelelahan dengan acara pertunangan nya semalam, namun tidur enaknya tiba-tiba diganggu oleh sebuah panggilan telepon yang sejak tadi terus berbunyi.

Dengan malas dia berangsur-angsur bergeser kesamping bad dengan pelan mengambil ponselnya yang terletak diatas nakas.

"Em..siapa yang terus menelpon pagi-pagi begini" Ucapnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Perlahan Elayn melihat nama panggilan yang tertera di layar ponselnya.

"Alya? ada apa dengan gadis ini, bagitu banyak panggilan." Ucap nya, segera setelah nya mengangkat telepon.

" Astaga Elayn,, kemana saja kamu kenapa tidak mengagankat panggilan ku, ini sudah sekian kali nya aku menelpon mu." Belum juga Elayn bicara Alya sahabatnya itu telah lebih dahulu mencerca nya dengan pertanyaan dan teriakan-nya yang keras itu. Elayn mau tidak mau agak menjauhkan ponselnya dari telinga.

"Ekhm.. Nona cantik ku, kau tahu aku kelelahan karena acaraku semalam, jadi aku libur hari ini, dan lagi ada apa menelpon ku sebanyak ini, kau tidak mungkin ada masalah kan?" tanya Elayn kepada sahabat nya.

"Haiss siapa bilang tidak ada masalah, sekarang ini aku sedang menghadapi masalah besar, kalau tidak mengapa juga aku menelpon mu sebabanyak ini padahal tahu kau sedang istirahat sekarang." Ucap Alya memijat Kepala nya.

"Baiklah kau ada dimana sekarang, dan katakan masalah apa yang membuat Nona Alya ini sampai membutuhkan bantuan sahabatnya."

"Aku dirumah sakit, masalahnya hari ini aku sangat terkejut ada pasien yang datang dari Amerika, hikss, hikss dan kau tahu itu siapa?"

"Ya ampun Alya, kau menangis? sebenarnya ada apa, katakan siapa pasien nya dan apa penyakit nya." Tanya Elayn mulai serius setelah mendengar sahabatnya itu tiba-tiba menangis, itu sesuatu yang jarang terjadi.

"Hikss Elayn, dia Ayahnya Brian pria yang pernah ku ceritakan padamu." Ucap Alya memberitahu

"Brian? mantan pacar yang menembakmu saat di Universitas?" Tanya Elayn sedikit terkejut.

"Em.. Elayn Ayah nya sakit, apa yang harus kulakukan dulu Ayah nya sangat menyayangi ku, bisakakah kau yang menanganinya? kumohon.." Ucap Alya memohon kepada sahabatnya.

"Alya.. kamu tahu aku bukan nya tidak mau.. tapi.. " Ucap Elayn ragu.

"Aku tahu, kau tidak mau orang lain tahu kemampuan mu dan siapa kamu, juga kau tidak mau terkenal bila operasi itu berhasil. Tapi Elayn dia adalah pria tua yang begitu menyayangiku dulu, dan juga Ayah dari pria yang sudah bersamaku selama di Amerika. Dia juga bilang, datang kesini hanya agar aku yang merawatnya jadi ketika operasi itu tidak sukses, dia tidak akan menyesal bahkan Brian menerima apapun keputusan Ayahnya, tapi aku mau dia selamat, jadi aku membutuhkan mu." Jelas Alya di sela dia menahan tangis nya.

"Baiklah jangan menangis dulu, biarkan aku tidak jadi libur hari ini, tunggu aku dirumah sakit, sebelum itu siapkan semua rekam medis Ayah Brian, sahabat mu ini akan tiba setengah jam lagi, ok?" Ucap Elayn setelah dia memutuskan apa yang harus dia lakukan setelah ini.

"Elayn kau.. kau serius?" tanya Alya tersenyum senang dibalik telpon nya, sebenarnya dia juga tahu sahabat baiknya pasti akan membantu nya. Sekarang dia bernafas lega ayah Brian pasti akan selamat selama yang menanganinya adalah Elayn sahabatnya.

"Haiss bagaimana lagi, siapa suruh aku begitu menyanyangi sahabat seperti mu ini." Jawab Elayn tersenyum.

"Haha aku tahu kau akan melakukan nya, terimakasih Elayn.. "

"Baiklah-baiklah pergi siapkan rekam medis Brian, aku akan mandi sekarang."

"Siap profesor, perintah akan segera dilaksanakan. Da.. dahh aku tutup telpon nya sekarang." Ucap Alya mengakhiri panggilan telepon dengan semangat.

Tut.. tut..panggilan pun terputus

"Haiss gadis ini.."

****

Setelah tiga puluh menit Elayn bersiap-siap akan keluar dari rumah besar menuju rumah sakit seperti yang dijanjikan pada sahabatnya.

Sialnya Sebelum keluar Elayn malah bertemu dengan Nyoya Mira ibu tiri nya dilantai bawah.

"Mau kemana kamu!" Tanya Nyonya Mira dengan dingin.

"Aku harus kerumah sakit Bibi, ada pasien yang perlu kutangani." Jelas Elayn, yah selama Elayn hidup dia tidak pernah memanggilnya ibu.

"Heh kamu masih dokter residen, apa perlu kamu harus datang! apa yang akan orang katakan melihat kamu lansung kerja padahal tadi malam melaksanakan pertunangan, jangan membuat malu nama keluarga."

Sinis Nyonya Mira menanggapi penjelasan Elayn.

"Bibi ini hanya pertunangan, aku tidak terlalu lelah untuk tidak memeriksa pasien." Ucap Elayn.

"Memang siapa yang mengkhawatirkan kamu kelelahan." Sinis Mira lagi.

"Maaf Bibi, seperti nya aku harus pergi, jika ingin marah lanjutkan saja nanti setelah aku

pulang." Ucap Elayn akhirnya setelah telepon nya kembali berdering, benar itu panggilan dari sahabatnya.

"Dasar anak sialan, kenapa dia dulu tidak membunuh anaknya juga." Gerutu Mira melihat kepergian Elayn.

Di Rumah Sakit

Rumah sakit ini begitu besar, dan bergedung tingkat dan dilapisi kaca sebagai dinding, begitu telihat mewah, membuat orang dengan status warga kurang mampu tidak berani memasukinya.

Elayn tidak menunggu lama gadis itu masuk lngsung menuju ruangan dokter bedah, ternyata disana sudah ada Alya yang menunggunya.

"Elayn. syukurlah kau sudah datang, kemari lihat ini rekaman medis ayahnya Brian." Ucap Alya bangkit dari kursinya, menarik tangan Elayn dan segera menunjukan layar monitor diatas mejanya kepada Elayn.

"Apakah begitu serius? coba aku lihat."

Elayn duduk didepan monitor dengan saksama memperhatikan apa yang ada dilayar monitor, dia sangat serius ketika melihat itu.

Melihat wajah serius Elayn, Alya menjadi gugup, menggigit bibir bawahnya terlalu gugup menantikan kata-kata yang keluar dari mulut sahabatnya.

"Profesor ba..bagaimana?" tanya Alya gugup.

"Ekhm. Perhatikan ucapan mu."

"Maaf dalam keadaan serius seperti ini, aku jadi refleks memanggilmu seperti biasanya, jadi bagaimana hasilnya menurut mu?"

"Ini memang sangat ribet, dan sangat berisiko tapi juga tidak mustahil, masih bisa kau yang menangani nya tidak perlu aku turun tangan."

Jelas Elayn.

"Elayn kita sedang serius tolong jangan bercanda." Ucap Alya tidak percaya.

"Aku serius, tidak perlu bercada dengan nyawa orang." Ucap Elayn yang tiba-tiba terdengar dingin dan tidak boleh dibantah seperti biasanya.

"Tapi aku.. "

"Masih mau membantah." Potong Elayn dengan dingin nya, matilah sudah, kalau begini Alya mana berani untuk membantah lagi.

"Maaf Profesor, saya tidak berani,saya akan ikuti keputusan anda." Pada akhirnya Alya hanya bisa menunduk patuh dan meminta maaf.