Chereads / High class women / Chapter 3 - OPERASI PALING RUMIT DAN RIBET

Chapter 3 - OPERASI PALING RUMIT DAN RIBET

Ketika pertanyaan itu dilontarkan beberapa dokter saling memandang antara satu sama lain menebak siapa orang itu.

Seseorang di kursi paling belakang berdiri dan mengangkat tangan-nya, semua mata dokter memandang kearahnya. Beberapa dokter senior mengajukan beberapa pertanyaan.

"Ketua ada dengan pasien itu, apa penyakit nya bahkan sampai Ketua sendiri yang datang." Tanya dokter kepala anestesi.

"Nona yang dibelakang, kamu residen tahun kedua?" tanya Ketua kepada Alya.

"Ya Ketua."

"Maju dan jelaskan, kondisi pasien saat ini, anda dipersilahkan memutuskan tindakan selanjutnya." Ucap Ketua mengagetkan semua orang, penyakit apa ini mengapa meminta dokter residen untuk menanganinya, apakah masalahnya terlalu mudah? lalu mengapa mereka dikumpulkan jika itu mudah. Ingin protes tetapi tidak berani.

Alya memandang Elayn meminta persetujuan sebelum maju, Elayn mengangguk kecil. Dengan demikian Alya pun maju dengan percya diri tanpa merasa tertekan dengan pandangan aneh dari semua orang.

Alya mengambil ponsel dan membuka rekaman suara seorang gadis yang berbicara, rekaman itu disambung kan kealat pembesar suara sehingga semua orang mendengarnya.

Rekaman mulai diputar

"Pasien James Parker, usia 55 tahun warga Amerika saya telah mendiagnosisnya hasil diagnosis adalah kanker langka yang disebut

lelomysarcoma ditahun 2006.

Kanker ini telah mengenai otot dibawah kulit kepala. Dokter sebelumnya yang menangani pasien mengira kanker itu telah sukses diatasi dengan kemoterapi dan radiasi.

Nyatanya mereka kurang teliti ternyata James memiliki luka yang dalam dan luas dikulit dan tulang atas kepalanya.

Saat ini Tuan James memerlukan operasi untuk memperbaiki kulit Kepala dan Tengkoraknya.

Tuan James juga membutuhkan ginjal dan pangkreas baru, jadi kesimpulan-nya kita akan melakukan cangkok empat organ sekaligus dalam satu tindakan." Rekaman suara berakhir.

Semua dokter memegang dada dan menghela nafas tidak berdaya melirik satu sama lain.

Oh Tuhan operasi macam apa ini menyeramkan sekali siapa yang akan bersedia melakukan-nya dan siapa pula perempuan yang seenaknya berbicara melalui rekaman ini. Bisikan-bisikan protes pun sayup-sayup terdengar.

Bahkan ada yang diam-diam mengutuk wanita yang berbicara di rekaman tadi, benar-benar membuat hati seseorang jengkel ingin memukul mereka satu persatu. Enak saja mengutukinya

"Maaf ketua operasi ini terlalu rumit dan beresiko, dan akan berpengaruh pada nama rumah sakit jika ini gagal, mereka membawa pasien kesini berarti rumah sakit lain tidak berani menerima nya." Dokter kepala Anestesi membuka suara.

"Ketua operasi ini juga tidak bisa dilakukan, seperti aturan-nya tidak boleh melakukan pencakokan pada pasien yang memiliki luka besar." Dokter bedah lain-nya ikut bersuara.

Dan ada beberapa dewan direksi yang menentang keputusan ini.

"Hal ini telah diputuskan, kondisi pasien telah kalian dengar, pelajari itu beberapa hari kedepan bersiap-siap untuk dipilih, dokter utama operasi ini adalah Nona Residen tahun kedua disamping saya." Semuanya brakhir keputusan telah ditetapkan.

Semua dewan direksi dan para dokter senior dan junior menganggap kali ini Ketua pasti sudah gila kalau tidak mengapa memopertaruhkan operasi yang berisiko ini pada seorang dokter residen. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

Ini gila hingga telah menggemparkan seluruh dunia medis, rapat ini baru saja selesai sepuluh menit yang lalu tapi beritanya telah sampi keberbagai saluran stasiun TV.

Berbagai pemberitaan provokatif dan berita miring telah tersebar luas diinternet, nama rumah sakit Bora bahkan menjadi trending topik dengan headline yang seperti ini :

"Rumah sakit Bora tidak bertanggung jawab terhadap pasien dengan menunjuk dokter residen sebagai pemimpin operasi, keputusan Ketua perlu dipertanyakan."

"Dokter rumah sakit Bora semuanya gila!"

"Boikot rumah sakit Bora, halangi operasi minggu depan." Ada banyak lagi headline lain-nya yang merusak nama Baik group Bora.

Ketua Group Bora tetap tenang di kursinya, kakek tua itu tidak menghiraukan pemberitaan miring diluar sana padahal group Bora telah terguncang dengan berita ini begitu banyak dewan direksi yang protes padanya.

Namun menurutnya dibandingkan dengan protes dari Dewan direksi dan pemberitaan jelek dari media, dia akan lebih baik menerima semua itu dari pada tidak menuruti perintah dari wanita legendaris itu, risikonya terlalu besar seperti mempertaruhkan nyawanya.

"Ayah semua orang telah menentang keputusan ayah, bahkan para dokter dari rumah sakit lainpun sudah memberikan pendapat mereka, sebenarnya apa yang ayah lakukan." Tanya Samuel Bora yang baru saja masuk keruangan Ketua.

"Master Quartis yang akan melakukan operasi." Jawab Ketua tenang.

Untuk sesaat Samuel terdiam, agak linglung Jawaban ayahnya terlalu tidak terduga, apa maksud nya, mungkinkah ayahnya salah bicara? untuk menyakinkan pendengaran-nya Samuel memandang Ketua serius, dan dia melihat Ketua mengangguk yakin.

Samuel meneguk-kan ludahnya, kakinya gemetar segera buru-buru duduk dikursinya. Pantas saja Ayahnya begitu ngotot terhadap operasi ini meski nama rumah sakit jadi rusak.

"Siapa yang gila menyuruh dokter residen memimpin operasi besar kalau bukan karena wanita itu yang memberikan perintah." Ucap Ketua kepada anaknya yang terdiam.

"Kalau begitu biarkan aku juga ambil bagian didalamnya." Ucap Samuel, yah memang siapa yang tidak mau bergabung dalam operasi seorang master, itu seharusnya sebuah kehormatan bagi mereka yang diijinkan.

"Itu terserah dokter residen, dia mau memilih siapa." Jawab Ketua

****

Ini sudah satu minggu, jadwal operasi telah tiba beberapa dokter ahli telah terpilih dalam operasi ini dan telah berlatih beberapa hari sebelumnya, mereka semangat mengikuti operasi besar ini karena beberapa hari yang lalu telah diberitahukan kepada mereka siapa yang akan memandu operasi sebenarnya.

Perlu diketahui ada dua puluh orang profesional yang mengikuti operasi ini, lebih sedikit dari yang seharusnya bisa berjumlah lima puluh lebih, ada ahli bedah mikro, ahli bedah saraf, dan ahli bedah rekonstruktif dan beberapa ahli bedah lain-nya.

Ada beberapa Stasiun TV menyiarkan operasi besar dan penuh kontroversi ini secara langsung. Di rumah sakit Bora, ruang rapat sudah dipenuhi oleh dokter senior dari rumah sakit lain yang ingin menonton bersama jalan-nya operasi, didepan podium telah terpampang layar monitor besar memperlihatkan aktivitas diruang operasi.

Operasi belum dimulai dokter senior telah mulai berisik memberikan komentar mereka, ada yang menebak operasi ini akan gagal dan itu akan menjadi akhir dari Group Bora.

Tuan Nero dan anaknya Elson Nero bahkan hadir, duduk berdampingan dengan Ketua di kursi depan mereka juga berpikir pertunangan akan dibatalkan bila Group Bora jatuh karena operasi ini.

Ruang Operasi

Semua dokter sudah ada ditempatnya masing-masing, Alya gadis itu sudah memakai perlengkapan bedah ditubuhnya bersiap-siap untuk operasi. Semua diruang operasi maupun diluar mulai menjadi serius.

"Dengar, ini adalah operasi yang mempertaruhkan nyawa kita dan pasien, jadi lakukan operasi ini dengan semua kemampuan kita." Ucap Alya kepada semua dokter yang bertugas.

"Ya." Jawab mereka serempak memandang Alya yakin. Sebenarnya mereka sangat gugup tapi ketika mengingat wanita legendaris itu semangat mereka kembali menjadi naik.

"Dokter Alya master sudah menelpon." Sahut seorang dokter

Alya memejamkan mata sebentar dan menghembuskan nafas pelan kemudian berkata:

" Baik sambungkan kepengeras suara."

Ucap Alya.

"Sudah siap." Tanya sang Master.

Suara itu terdengar serius, dingin dan seperti memerintah untuk segera dilakukan.

"Y.. ya.. Master." Alya agak gugup, ini pertama kalinya dia ada diruang operasi tanpa Elayn.

"Dokter Alya.. " sahut pelan seorang dokter disamping Alya, dokter itu berbisik ke telinga Alya. Alya memejamkan mata ini adalah sesuatu yang tidak disukai oleh Master.

"Maaf Master, dokter bedah mikro belum ditempat." Alya mau tidak mau mengatakan-nya. Tapi ternyata orang yang dibicarakan baru saja masuk.

"Maaf Master Quartis saya terlambat."

Dia meminta maaf dengan gugup dan tulus.

"Keterlambatanmu akan membuang nyawa pasien, jangan lakukan ini lain kali." Untung kali ini Kata-katanya tidak terlalu tajam.