Sudah seminggu berlalu, kehebohan tentang wanita legendaris pun sudah sedikit mereda, namun orang yang menjadi kewalahan sekarang adalah Alya.
Kerena sejak saat itu banyak dokter senior maupun sesama dokter residen yang terus mendekatinya, hanya untuk sekedar menanyai hubungannya dengan Master Quartis dan mengapa dia begitu profesional ketika berada diruang operasi, karena itu seperti bukan tindakan yang bisa dilakukan oleh seorang dokter residen.
Begitu banyak pertanyaan yang telah dilontarkan kepadanya, bahkan kemana pun dia bertugas, di rumah sakit pasti akan ada yang mengintilinya, satu minggu ini dia sudah begitu stres dengan tingkah semua orang dirumah sakit. Dia menyalahkan semua itu kepada sahabatnya.
"Gila! semuanya karena perbuatan Elayn."
Ucapnya frustasi.
Dan sekarang ada yang lebih merepotkan lagi, entah datang dari mana dokter internship yang imut dan kecil ini, gadis ini sangat keras kepala, sejak tiga hari yang lalu selalu mengikutinya kemanapun dan dimanapun Alya pergi dan meminta Alya untuk menjadi gurunya katanya dia sangat kagum atas eksekusi Alya ketika berada diruang operasi hari itu.
Saat ini Alya sedang menuju ruangan rawat Tuan James ayah Brian untuk menanyakan kondisinya.
"Shasa, apakah tidak ada pekerjaan lain? kenapa selalu mengikutiku?" tanya Alya putus asa dengan gadis yang selalu mengikutinya.
"Tidak ada pekerjaan sebelum dokter Alya menjadi guruku." Jawab shasa tersenyum imut, dan terus mengikuti langkah Alya.
"Oh God, sepertinya Elayn harus mengurus gadis ini, Elayn sahabatku maafkan aku." Ucap Alya menghembuskan nafas kasar berbalik menghadap Shasa si dokter imut.
"Shasa ini adalah dokter Elayn, cari dia dan katakan bahwa kau ingin menjadi dokter yang baik dan terbaik, minta dia menjadi guru mu. Memohonlah padanya bahkan jika kau harus berlutut, itu sepadan. Jangan menyerah ketika dia menolakmu dan mengatakan kata-kata yang kejam, pergilah gadis kecil sekalian katakan saja padanya bahwa kamu ingin menjadi seperti Master Quartis." Ucap Alya serius dengan menunjukkan foto Elayn di ponselnya.
"Ta..tapi kenapa?"bingung Shasa
"Gadis kecil Jangan bertanya lagi, lakukan saja seperti yang kukatakan, diJamin kamu akan menjadi seperti saya atau bahkan lebih baik. " Alya memberinya senyuman.
"Dimana aku harus mencarinya."
"Oh dia sedang keluar mungkin sedang pergi kerumah sakit Nero. Kejar saja, dia belum terlalu jauh." Alya memberitahunya. Elayn memang akan menuju rumah sakit Nero untuk mengunjungi tunangan-nya, kebetulan jadwalnya dirumah sakit sudah selesai.
*****
Elayn, keluar dari rumah sakit, sambil menenteng kotak nasi berukuran sedang di tangan kanan-nya dan tangan kirinya menenteng tas tangan berwarna merah.
Hari ini dia memakai baju kemeja putih dipadukan dengan rok hitam pendek yang memperlihatkan kaki jenjangnya ditambah dengan spatu hak tinggi berwarna merah, rambutnya panjang sebahu ditata dengan indah dan rapi, hari ini dia sedikit bermekup dan berpakaian modis katanya ingin menyenangkan Elson sang tunangan.
Elayn menaiki mobil pribadinya yang berwarna merah segera meluncur ketempat Elson, dibelakang mobil Elayn Shasa terus memanggilnya, namun Elayn tidak menyadarinya. Gadis itu masuk ke mobil lain dan mengikutinya dari belakang.
*****
Mobil Elayn telah sampai dirumah sakit Nero tempat Elson bekerja sebagai dokter juga sebagai direktur rumah sakit. Elayn turun diparkiran pribadi khusus milik keluarga Nero.
Elayn memperhatikan salah mobil yang parkir disana, aneh itu bukan mobil Elson, Mobil Elson masih ada disampingnya. Itu mobil milik Marin Bora, tapi kenapa kakak tirinya itu ada sini bahkan memarkirkan mobilnya diparkiran pribadi. Setahu Elayn orang luar tidak diijinkan parkir disini kecuali Elayn sebagai tunangan Elson.
"Ck.Haiss aku sudah gila, kenapa harus memikirkan hal kecil." Elayn memukul kepala nya sendiri.
Elayn melanjutkan perjalanan nya, staf dan dokter rumah sakit melihatnya datang lalu menyapanya dan sedikit memberikan senyuman penuh arti, diantara mereka ada yang menatap nya seperti merasa kasihan.
Aneh.. pikir Alya
Ruangan Direktur
Ada sepasang pria dan wanita didalam,
sang pria sedang memandang lurus wanita didepan-nya sedangkan wanita itu duduk dengan angkuh disofa menghadap lurus dengan dengan meja direktur.
"Kapan kau akan membatalkan pertunangan mu, tidak mungkin benar-benar menikah kan!"
Ucap wanita itu dengan nada marah.
"Marin Bora, kau tahu kita sudah memutuskan ini sebelumnya." Sang pria dengan gusar bangun dari kursi kebesaran-nya.
"Marin Bora?" Ucap Marin sinis menyebutkan namanya sendiri.
"Maksudku sayang... kau tahu aku tidak bisa melakukan-nya, dia pewaris group Bora kalian.
Aku harus menikahinya untuk memperkuat rumah sakit Nero kedepan-nya, aku berjanji setelah Group Nero stabil aku akan menceraikan-nya dan menikah dengan mu, bgimana?" Mohon Elson memegang kedua pundak Marin Bora.
"Aku tidak mau kamu menidurinya setelah menikah." Marin menangis memandang kearah lain. Dia memang mencintai Elson.
"Aku tidak akan menidurinya, tubuhmu saja sudah cukup untuk-ku, aku bahkan sangat puas selama ini." Elson menghapus air mata Marin dengan tangan-nya kemudian dia memeluk wanita itu erat.
Maaf Elayn.... batin Marin.
Diluar pintu Elayn berdiri dengan kaki gemetar, ini terlalu mengejutkan, terlalu mendadak hingga dia bahkan tidak bisa menangis hanya menjadi sangat shock.
Hampir saja kotak nasi di tangan-nya terjatuh, jika saja shasa tidak cepat menangkapnya. Benar, shasa ternyata mengikutinya sampai kesini bahkan gadis itu sudah mendengar semua percakapan dua orang manusia di dalam ruangan direktur itu.
"Haha..bo..bodoh sekali." Ucap Elayn memukul
kepalanya sendiri linglung, dia agak lupa bagaimana caranya pulang.
Shaha gadis mungil itu akhirnya memutuskan untuk membawa tas dan kotak nasi milik Elayn kemudian menarik tangan Elayn menjauh dari sana.
Didalam mobil shasa
Elayn bersandar memejamkan matanya
"Pergi ke Blue Residence."
"Blue Residence!" Shasa terkejut, ini adalah tempat perumahan elit, disana hanya ada tiga rumah didalamnya satu termasuk miliknya, tempat tinggalnya sekarang sebagai hadiah ulang tahun dari sang kakak.
"Mansion nomor dua." Lanjut Elayn
Selama Shasa tinggal diblue residence dia tidak pernah melihat penghuni Mansion nomor dua, mungkinkah dokter Elayn adalah pemilik nya? tapi bagaimana mungkin? Blue residence adalah tempat yang hanya bisa dijangkau oleh orang seperti kakaknya. Pikir Shasa bingung. Keluarga Bora memang kaya tapi mereka juga tidak akan sanggup untuk memiliki rumah di blue residence.
Blue residence
"Kau punya kartu akses masuk ke Blue residence, gadis kecil kau bukan orang biasa Mansion mu nomor berapa." Komentar Elayn ketika mobil shasa bisa masuk begitu saja tanpa pemeriksaan ketat.
"Hehe nomor tiga..em kakak bolehkah aku menginap di Mansion mu?" tanya Shasa penuh harap.
"Kenapa? kau berpikir apakah aku akan bunuh diri setelah mendengar omong kosong dua manusia tadi?" Elayn menebak isi kepala Shasa, gadis itu mengangguk malu.
"Bunuh diri hanya untuk orang yang lemah, aku tidak selemah itu tapi tidak masalah jika kamu ingin menginap malam ini, hadiah karena sudah mengantarku pulang." Ucap alya tersenyum.
"Benarkah?"
"Em ayo masuk."
****
Mansion ini, sangat luas tidak banyak prabot didalamnya tapi apa ini? mata Shaha beberapa kali dikucek-kucek berpikir mungkin ada yang salah dengan matanya.
Ternyata matanya masih berfungsi dengan benar semua yang dia lihat adalah nyata dimana disetiap dinding Mansion ini semuanya ditempeli oleh bingkai gambar semua organ manusia, dari organ yang terkecil hingga yang terbesar.
Disetiap gambar tedapat catatan yang menuliskan nama organ, fungsi, dan strukturnya masing-masing.
selain itu disetiap meja atau pun rak pasti ada patung dari organ-organ manusia, semuanya terlihat bersih, rapi, dan teratur.
"Siapa namamu." Elayn memang bukan tipe wanita yang lembut.
"Sh.. Shasa.." Shasa masih memperhatikan sekitar dengan takjub, apakah ini namanya dokter maniak belajar? pikir Shasa.
"Baiklah shasa jangan terlalu kaget dengan apa yang kamu lihat, aku seorang dokter, setiap hari nyawa manusia ada ditanganku, agar nyawa itu tidak hilang sebagai seorang dokter aku harus tau dan memahami struktur tubuh manusia." Jelas Elayn. Shasa mengangguk paham.
Tapi haruskah sampai seperti ini? pikir Shasa
"Buatlah teh sendiri yahh, ada mini bar dibelakang jika ingin minum pergilah kesana, aku akan mandi dulu." Elayn naik kelantai dua kamarnya.
Sepeninggalan Elayn Shasa mengitari ruangan itu hingga dia tidak sengaja menyentuh sebuah tombol di dinding.
krek.. krek.. Dinding itu tiba-tiba bergerak memutar sehingga memperlihatkan isi didalamnya, Shasa takjub kemudian masuk keruangan yang sangat besar itu. Ruangan ini disetiap rak dipenuhi dengan buku-buku tentang organ-organ tubuh manusia, kedokteran, dan dunia medis.