Chereads / Ryan & Arumi / Chapter 35 - MGUS

Chapter 35 - MGUS

~POV Arumi~

"David!" ujarku kaget.

"hai Aru..." sahut David dengan senyuman.

"napa lu ke sini?" tanyaku tanpa basa-basi sambil membuka sepatuku.

"mau ketemu lu lah... emang apa lagi?" David nyengir.

"lu udah kenalan sama temen gua ini, namanya Vega," kataku setelah melirik Vega.

"udah, tadi kita kenalan kan?" David juga melirik Vega sambil menaikkan sebelah alisnya.

"ah iya... ng... Aru... gue mau keluar bentar ya... gue kelupaan jemput fotokopian nih..." Vega segera bangkit.

Oh tidak!!!

jangan sekarang Ve...!!!

Aku segera mencegat Vega!

"ntar aja Ve... ntar gua temenin!" aku mengedipkan mata pada Vega, berharap dia mengerti kodeku itu.

Vega tampak mulai 'ngeh'.

"oh.... hmmm ide bagus juga tuh... jadi ntar ada yang nolongin gue ya... hehehe." Vega memutar badannya, menjauhi pintu.

David yang sepertinya tak begitu peduli dengan keberadaan Vega, hanya tersenyum tipis melirik padaku.

"Aru..." ujar David.

"apa?" tanyaku yang baru saja duduk.

"sebenernya gua mau ceritain ini dari kemaren-kemaren, tapi elu nya sibuk aja kayaknya, mana lagi di kantor, Bos kita galak amat." David memandangiku dengan wajah sendu.

"mau cerita apa?" aku menghembuskan nafas dengan malas.

"lu tau kan Aru, gua cuma percaya sama lu setelah kejadian itu, cuma lu yang bisa ngerti apa yang gua rasain." David tersenyum tipis.

Oh astaga!!!

Jangan-jangan David masih menyimpan trauma masa lalu itu!!!

Yap, ketika kami masih duduk di bangku SMP, David pernah mendapatkan pengalaman buruk, dia diculik!

Tidak cukup hanya itu!

Dia juga mendapatkan luka-luka dan pelecehan seksual!

David mengalami gangguan psikologi hebat setelah itu, dia yang biasanya ceria, berubah menjadi pendiam dan pemarah.

Sekolahnya juga hampir saja 'kacau', jika saja pihak sekolah tidak memberikannya banyak keringanan.

Satu tahun selama pemulihan trauma itu, David menjadi orang yang berbeda, tapi aku tetap menjalin hubungan persahabatan dengannya.

Perlahan, sahabat yang kukenal akhirnya kembali, hanya saja... karena kejadian itu, David enggan menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Ia menolak untuk jatuh cinta, dan sangat disayangkan, dia juga pernah mematahkan hati beberapa gadis yang pernah 'menembak'nya.

Sepertinya saat ini David hanya ingin berbicara berdua denganku, hmmm harusnya aku membiarkan Vega pergi tadi.

"Ve..." ujarku agak ragu.

"ah... gue rasa, gue harus jemput sekarang aja deh! Gue tinggal ya..." sahut Vega tanpa pikir panjang.

Sungguh di luar dugaanku, Vega sangat mengerti dengan perasaanku, terima kasih Ve...

"oh... ya udah kalo gitu, ati-ati ya Ve..." aku melambaikan tangan pada Vega yang baru saja menuju pintu.

Aku kembali menoleh pada David.

"tadi lu mau cerita apa Vid? Sorry... gua belakangan emang lagi sibuk," ujarku sambil mengambil gelas kosong di samping dispenser, dan menuangkan air galon ke dalamnya.

"maaf ya Aru... gua gangguin elu..." raut wajah David tampak sedih.

"gak... gak kok! Cerita aja..." aku menyerahkan sebuah gelas padanya yang duduk meleseh di karpet.

***

~POV Ryan~

"Dodi... Ryan... besok kalian tes lanjutan ya..." ujar Papa yang baru saja selesai makan.

"oh kayak waktu itu ya Pa?" tanya Bang Dodi.

"iya... dokter bilang, perlu melihat hasil pemeriksaan secara detail." Papa meraih gelas di samping piringnya yang kosong.

"hmmm berarti dari pagi kita udah berangkat ya? Ntar aku kabari Abid dulu," kataku sambil mengangguk-angguk.

Aku dan Bang Dodi sejak enam bulan yang lalu didiagnosis menderita MGUS (Monoclonal gammopathy of undetermined significance), kami memiliki pemeriksaan darah B2M (Beta 2 Microglobulin) 4 g/dl, hmmm bukan angka yang baik, seharusnya itu hanya berkisar paling tinggi 3 g/dl.

Tapi kabar baiknya, MGUS pada dasarnya tidak berbahaya, namun bisa menjadi 'pembunuh' jika ia berkembang menjadi bentuk lain, ah... rasanya tak ingin mengingat kematian Tanteku lima tahun yang lalu karena itu.

"kalo Vani gimana Pa?" tanya adikku penasaran.

"dokter bilang, kamu jangan terlalu kecape'an, banyak-banyak konsumsi makanan yang mengandung zat besi," nasihat Papa dengan tatapan bijak.

"kalo itu sih, udah dong Pa..." Vani tersenyum lebar.

Hmmm inilah keluarga kami, hidup dengan penyakit keturunan yang mengintai, tak terkecuali Vani, dia 'mengikuti' tubuh Mama, sama-sama menderita anemia ringan, kalau tidak salah namanya adalah Sferositosis Herediter, entah seperti apa maksudnya, yang jelas mereka berdua mudah kelelahan jika terlalu bersemangat beraktifitas.

***

"kenapa ya? Abis denger hasil tes medis, jantung rasanya mau copot aja, hehehe," ujar Bang Dodi yang asyik membaca buku di kursi santaiku.

"karna takut Bang," jawabku sambil tidur menyamping, menahan rasa nyeri karena Vani melipat lututku dan menaikkannya ke paha, katanya sih ini namanya hip rotation.

"karna penyakit turunan Bang," jawab Vani tanpa menoleh.

"hmmm gimana ya... kalo ntar kita ternyata punya penyakit yang mematikan gitu? Pasti kita cepet mati, sayang banget ya..." Bang Dodi mendekat ke ranjangku.

"hussss!!! Gak boleh ngomong gitu Bang..." Vani mempelototi Bang Dodi.

"umur bukan kita yang ngatur kok Bang... kenapa takut mati sih?" balasku.

"hmmm kalian kok kompakan gitu sih? Lagian siapa sih yang takut mati? Orang cuma bilang 'sayang banget' doang kok!" jawab Bang Dodi cuek.

"eh Yan... bukannya ini udah jadwalnya ganti selang kateter gak?" tanya Bang Dodi setelah melihat kalender di meja dekat buku yang baru saja ditaruhnya.

"eh? Iya ya?" aku pun heran, mungkin tepatnya lupa!

"kayaknya iya deh Bang Ryan." Vani melihat tanggal di kalender itu.

"cara gantinya kan dikempesin dulu balonnya kan?" tanya Bang Dodi ragu-ragu.

"iya rasanya deh, pake suntikan gitu kan Bang Ryan?" tanya Vani penasaran.

"hehehe... aku juga belum pernah ganti sendiri, dulu yang ngurusin perawat di RS, hmmm jadi gimana nih?" aku melirik pada kedua saudaraku itu.

"kita gotong royong aja ngerjainnya, gimana?" usul Bang Dodi.

"iya! Betul itu, lagian Vani pernah kok liat perawat waktu itu, gak sulit kayaknya," ujar Vani percaya diri.

"ya udah, kita ke kamar mandi aja kalo gitu, eh selangnya ada di laci itu, tolong ambilin Bang..." aku menunjuk laci di dekat lemari.

Dulu, rasanya menjadi orang yang cacat seperti ini, hanya bisa menyusahkan orang lain, tapi... terkadang, ada hal positif yang mungkin hanya bisa kurasakan ketika menjadi seperti ini, seperti sekarang, kedekatan kami bertiga hampir selalu terjadi di setiap malam, hal yang sudah kami tinggalkan beberapa tahun yang lalu, karena kesibukan masing-masing.

Seperti yang dikatakan Kenzo, 'apapun yang sudah terjadi, ambil saja sisi positifnya!'

***

~POV Arumi~

Aku : Bang Ryan gak datang besok? Kenapa?

Bang Ryan : iya... ada pemeriksaan medis lanjutan, tadi kenapa telepon aku gak diangkat?

Aku : oh... tadi lagi di kamar mandi

Ya Allah... aku baru saja berbohong!

Mana mungkin aku bisa jujur mengatakan, jika baru saja aku mengantarkan David ke luar kosan, itu gila!

Bang Ryan : oh hmmm Aru...

Aku : ada apa Bang?

Bang Ryan : aku tau, aku punya banyak kekurangan, tapi aku harap Aru gak menduakan aku karna itu...

Aku : Bang Ryan kok ngomong gitu? Aru bukan cewek gampangan yang suka selingkuh gitu!

Bang Ryan : maafin aku Aru... aku cuma ngerasa Aru bakal pergi ninggalin aku, karna banyak hal yang gak bisa aku lakuin sebagai cowok...

Aku : cukup ngomong kayak gitu Bang!!! Aru gak suka!!!

Bang Ryan : maafin aku Aru... hmmm ini udah malam, Aru lebih baik tidur...

***

Aku sungguh tak mengerti jalan pikiran Bang Ryan!!!

Dia kenapa sih???

Sok tahu banget!!!

Yang punya hati kan aku!

Yang tahu apa yang kurasakan kan aku!

Hebat banget dia bisa nebak-nebak gitu!

Baru beberapa hari kami jadian, tapi kok kayak gini sih?

Padahal tidak terjadi apa-apa pada hubungan kami, tapi dia sudah seperti itu, bagaimana jika sesuatu terjadi kelak???

Mungkinkah hubungan kami kandas seketika???

***