Chereads / Ryan & Arumi / Chapter 36 - Sayang

Chapter 36 - Sayang

~POV Arumi~

Sudah dua hari ini Bang Ryan berada di luar kota, tak melihat wujudnya membuatku hampa, meskipun video call mencoba menghibur hatiku, tapi itu terasa tak sama!

Dan selama dua hari ini pula aku menghabiskan waktu dengan David, mencoba meringankan beban pikirannya.

Jujur, aku merasa apa yang kulakukan ini seperti sedang berselingkuh di belakang pacarku.

Aku sama sekali tak memberitahu Bang Ryan, saat pergi keluar bersama David, aku juga tak mengabarinya jika David memboncengiku dengan motornya.

Ingin menolak ajakan David, aku takut dia kecewa dan sedih!

Ingin memberitahu Bang Ryan, aku takut dia marah dan memutuskan hubungan kami!

Argh....!!!

Mengapa ini menjadi dilema???

***

Sebanyak ini yang harus kuhafal?

Yang benar saja!

Aku mana mungkin sanggup!!!

"katanya mau ditemenin belajar? Kok dari tadi satu halaman aja gak kelar-kelar, gimana sih lo, Aru???" Vega bersedekap sambil membanting draft proposalku dengan kesal.

"maapin aku ya Ve... abis ini aku pasti kelar halaman itu, ya... plis... temenin aku belajar..." rengekku pada Vega.

"hmmm kamu itu kayaknya gak fokus deh Aru... cuma ngafalin ini doang!" sungut Vega sambil membelalak.

"iya iya... yang anak hukum, emang udah biasa menghafal, marahin aja aku terus..." ujarku sambil pura-pura cemberut.

"bukannya gitu Aru... ah... lo baper banget sih! Hmmm gimana kalo lo belajar bareng ama temen lo yang Dita itu, kan kalian barengan tuh seminarnya, jadi kan lo bisa fokus." Ide Vega yang terdengar brilian.

"ah iya... lu emang the best deh Ve...." aku segera menyambar ponsel yang tergeletak di dekat kakiku.

***

Dita : Aru belom hafal juga? Sama dong...

Aku : aduh Dit... gimana kita seminar besok ini? sore gini masih belum hafal juga, mana presentasinya dinilai juga, kalo liat teks kan nilai kita rendah jadinya, Ditaaaaa...

Dita : iya Aru... aku juga cemasin itu...

Aku : Dit, kalo gua ke rumah lu buat belajar, boleh gak? kan jadi ada temen, gak konsen belajar sendiri nih...

Dita : hehehe sebenernya aku juga pengen ngajakin Aru ke sini juga tadi, tapi kesalip deh, yuk nginap di sini aja sekalian...

Aku : oke Dit, ntar lagi gua ke sana, gua siapin barang-barang dulu!

Eh? Ada pesan masuk...

David!!!

[Aru... gua ke kos lu sekarang boleh?]

Hmmm maafkan aku David, hari ini aku sungguh sibuk, masa depanku menjadi taruhannya!

[gua gak bisa Vid, maaf ya...]

Balasan dariku.

[hmmm ya udah kalo gitu]

Balasan yang kuterima lima menit setelahnya.

***

"ini latarbelakang dari tadi ngeblank muluk deh!" sungutku sambil membolak-balik kertas proposalnya dengan kasar.

"Aru... kok susah banget ngafal itu ya? Mana yang mau dihafalin ada tiga bab pula tuh..." ujar Dita kesal sendiri.

"ah... capek kayak gini terus Dit! gak ada kemajuan kita nih... mana udah jam tujuh malam lagi..." Aku membanting tubuhku ke ranjang Dita.

"hmmm Aru.... kayaknya kita butuh suplemen deh..." ujar Dita sambil nyengir.

"apa emang suplemennya? Aman gak Dit? Ini kita besok gak boleh tepar lho..." kataku was-was.

"hehehe ini aman kok..." Dita tersenyum usil.

***

Setengah jam berselang...

Dita menyuruhku untuk pindah ke ruang tamu.

"Mas Keeeennn...!" teriak Dita setelah membuka pintu.

Aku pun menoleh, di belakangnya ada si Bro, nama panggilan untuk karyawan kepercayaan Bang Ken, nama aslinya? Hehehe ada deh...

"wah yang pada belajar untuk seminar besok," sapa Bang Ken sambil tersenyum.

"ooohhh jadi ini dia suplemennya Dita itu???" ujarku sambil terkekeh.

"suplemen?" tanya Bang Ken heran.

"hehehe tutor belajar maksudnya!" Dita mengedipkan matanya padaku sambil mengkodeku untuk tutup mulut.

"gak Bang Ken! tadi Dita bilang suplemen kok, hahaha." Aku tertawa sejadi-jadinya.

"tega banget kamu Dek..." Bang Ken melirik Dita sambil menggeleng-geleng.

"hehehe maaf ya Mas... ish... Aru ini!!!" Dita mempelototiku dengan mata almond-nya yang besar itu.

"berarti yang satu lagi suplemennya Aru ya... hehehe." Bang Ken terkekeh.

"siapa?" tanyaku bingung.

"nah... rasain kamu Aru, ntar aku aduin juga kalo Bang Ryan itu suplemennya Aru, hehehe." Dita juga ikut terkekeh.

Bang Ryan???

Dia akan datang ke sini juga???

Bukannya dia baru saja pulang dari luar kota, setelah lima hari di sana, katanya sih pemeriksaan cuma tiga hari, lebihnya ada urusan yang sekalian dikerjakan, mumpung masih berada di kota yang sama.

"serius Bang Ryan juga ke sini Dit?" tanyaku tak percaya.

"liat aja ntar, hehehe." Dita tertawa usil.

Sepuluh menit kemudian...

Tamu yang lain pun datang!

Bang Ryan dan Zul!!!

Ternyata itu benar!

"ehm... suplemennya Aru udah dateng nih..." goda Dita yang baru saja membuka pintu.

"suplemen?" tanya Bang Ryan kaget.

"gak kok Bang... Dita ngasal aja tuh!" aku pun segera menyusul mereka di depan pintu.

"jadi ini yang mau ditemenin belajar itu ya Ken? serius nih mereka bisa fokus ntar, atau kita malah diajakin ngobrol aja, hehehe." Bang Ryan melirik Bang Ken sambil terkekeh.

"tau juga nih Ryan... kita coba aja dulu." Bang Ken mengendikkan bahunya.

***

"jadi Aru susah menghafal ya?" tanya Bang Ryan setelah membolak-balik draft proposalku.

"iya... hehehe." Aku tersenyum malu.

"hmmm kalo baca tulisan gini, susah buat diingat ya, ah... Aru suka dengerin musik gak?" tanyanya lagi dengan tatapan tajam.

"suka! Suka banget malah!" jawabku sambil nyengir, melirik wajahnya yang berbingkai kacamata.

"kalo kita coba menghafal dengan suara gimana?" Bang Ryan menoleh padaku dengan wajah serius.

"maksudnya?" tanyaku bingung.

"iya... nanti aku bacain, trus Aru ikutin, kita ulang sampe hafal," jelasnya.

Eh? Kok aku baru kepikiran teknik seperti itu ya???

"tapi Bang Ryan-nya yang capek bacain semua dong..." ujarku.

"masa sih 'suplemen' kecapek'an baca ini doang, hehehe." Dia ikut terkekeh.

Ah... ini orang bisa ngelucu juga ternyata, hehehe.

***

Kami sudah setengah jalan, baru saja kami juga telah selesai makan malam, waktunya melanjutkan perjuangan kami!

***

ini pagi yang sibuk sekaligus menyebalkan!

"kenapa lo balik ke kos lagi Aru?" tanya Vega yang baru saja membuka pintu kamar kos kami.

"gua kelupaan bawa baju hitam putih! Aduh!" aku segera membuka lemari, membongkar isinya dengan kasar.

"pasti kusut bajunya tuh!" ujar Vega sambil melirikku.

"ah iya!!! Aduh!!! Mana gua harus nyampe ke kampus jam delapan lagi! Ini udah jam tujuh! Mobil pake mogok juga tadi!" bentakku pada diri sendiri.

"mogok??? Trus lo ke sini pake apa tadi?" Vega mecolokkan setrikaan.

"naik ojek! Kok apes banget sih gua??? Ini jaringan mandeg pula! Mau pesan gojek padahal!" kesalku pada ponselku.

"tenang Aru... tenang... sini bajunya, biar gue yang setrika-in, ini coba pake hape gue..." Vega menyerahkan ponselnya padaku.

"oh thank u banget Ve..." aku segera menyambar ponsel itu.

"eh Aru... itu ada yang ngetok pintu, lu pesan nasgor ya?" tanya Vega sambil menyemprotkan pelicin pakaian.

"gak! hmmm siapa ya?" aku pun segera berlari menuju pintu.

Pintu terbuka...

"Bang Ryan!!!" ujarku tak percaya.

"tadi Dita nelfon, katanya mobil Aru mogok, jadi aku ke sini, kita barengan aja ke kampusnya," jelas Bang Ryan tenang.

"Alhamdulillah... makasih ya Allah...." aku pun tersenyum pada Bang Ryan.

"kamu jangan panik Aru... ntar apa yang udah kamu hafal semalem hilang! Rileks aja... aku bakal nemenin Aru sampe selesai ntar..." Bang Ryan membalas senyumanku.

Seketika perasaanku menjadi lega...

Tenang...

Dan jernih...

"aku tunggu di mobil aja ya... nanti kalo Aru udah siap, kan kita tinggal berangkat aja." Bang Ryan mengangguk padaku.

"iya Bang..." aku pun mengangguk padanya.

***

Sebagian mata tampaknya masih ingin celingak-celinguk, memandangi dua orang berkursi roda yang menemaniku dan Dita sejak tadi, sebelum kami memasuki ruangan seminar ini.

Omongan-omongan usil juga terdengar sayup-sayup dari sini. Ya... itu sebenarnya pembicaraan yang sudah heboh se-kampusku ini sejak beberapa waktu yang lalu.

Mereka seakan tak puas menggunjingkanku dan Dita, yang memilih pasangan 'luar biasa'. Bagi mereka, kami dianggap bodoh telah melakukan itu, menyia-nyiakan 'kesempurnaan' fisik yang kami miliki, dan menghancurkan masa depan kami yang seharusnya berakhir indah.

Tapi... kembali lagi, itu semua hanya pandangan mereka!

Bagaimana yang sebenarnya terjadi, tentu mereka tak akan paham!

Dita yang telah kebal dengan itu, selalu mengingatkanku untuk tak mempedulikannya, ya... itu memang harus kulakukan! Dan saat ini sedang kulakukan!

Para dosen pembimbing dan dosen penguji telah hadir semua, hah! Waktunya untuk berjuang, setelah mempersiapkan amunisi dengan suplemen terbaik semalam, hehehe.

***

"gimana hasilnya?" tanya Bang Ryan ketika aku baru saja keluar ruangan, lalu mendekatinya.

"hmmm ya gitu deh..." ujarku lesu.

"hafalannya lupa ya?" tanyanya kecewa.

"hmmm maafin Aru ya Bang..." aku mengulaskan senyuman tipis padanya.

"kenapa minta maaf Aru? Udah jangan terlalu dipikirin, yang penting kan seminarnya selesai, dan bisa lanjut penelitian kan?" Bang Ryan meraih tanganku, lalu mengelusnya dengan jarinya yang mengenggamku.

Aku pun segera berlutut, melihat wajahnya yang kalem itu.

"maafin Aru ya Bang... Aru ternyata bisa inget semuanya.... hehehe," cengirku.

"maksudnya? Aru ngerjain aku barusan???" Bang Ryan mengerutkan keningnya.

"hehehe iya... Aru dapat A Bang!!!" aku segera bangkit dan memeluknya erat.

"selamat Aru..." ujar Bang Ryan dalam dekapan.

"makasih Bang Ryan..." balasku.

"sama-sama sayang..." suara Bang Ryan terdengar lembut.

Apa yang barusan dia bilang???

Aku segera melepaskan pelukanku.

"tadi Bang Ryan ngomong apa?" aku menatap tajam padanya.

"sama-sama sayang..." Bang Ryan mengulaskan senyuman manisnya padaku.

Seketika hatiku terasa berada taman yang dikelilingi bunga penuh warna, sangat indah, sangat memenangkan!

Tanpa kusadari, senyuman manis juga teruntai di wajahku.

"makasih sayang..." aku kembali memeluknya, lebih erat dari sebelumnya.

***