Seminggu sudah kematian nyonya Smith yang asli, keluarga Smith masih terlihat gelap. Bagaimana bisa tidak seperti itu, pusat kehidupan mereka sudah menghilang, dan sekarang sedang mencari-cari cahaya yang entah kemana perginya.
Saat gadis cantik berusia 19 tahun sedang menikmati pemandangan di sisi bagian luar rumahnya. Tiba-tiba saja ia mendengar langkah kaki, dan ketika melihat siapa pemiliknya, wajahnya berubah menjadi tidak bahagia.
"Bagaimana kabar mu, Kimberly?" tanya sang sepupu yang kebetulan datang bersama ibunya.
"Baik, sebelum kalian datang menghampiri ku."
"Kau masih sangat dingin, padahal sebentar lagi kita akan menjadi kakak-adik."
"Apa maksudmu?" Tentu saja Kimberly terkejut. Ia tidak akan pernah bisa menerima kehadiran sepupunya bahkan jika ayahnya menikah lagi.
"Sepertinya paman Edward belum memberitahu mu."
Kata-kata sangat ambigu, ditambah ekspresinya yang sedih. Kimberly merasa terpukul dengan berita buruk tersebut.
"Katakan dengan jelas! Jangan berputar-putar tidak jelas seperti itu." Kimberly jadi tidak sabar sekarang.
Sang sepupu tersenyum begitu juga ibunya. Sebenarnya, Kimberly sudah tahu keburukan mereka berdua, bahkan sering kali ia melihat tatapan iri sekaligus dengki dari mata mereka pada ibunya. Meskipun ia belum pernah melihat secara jelas tindakan bibinya merayu ayahnya. Namun entah kenapa Kimberly yakin kalau bibinya berniat merebut ayahnya.
"Kimberly, sebentar lagi bibi akan menjadi ibu tiri mu. Apakah kau tidak tahu kalau sebenarnya, kematian ibu mu terjadi karena mendengar keputusan ayah mu tentang menikahi ku? Saat itu, di kantor, ibu mu melihat ayah dan bibi sedang bermesraan sehingga ibu marah." Sungguh, kebohongan yang sangat mengerikan namun karena Kimberly sedang dalam kondisi terpuruk, ia percaya begitu saja. Menelan mentah-mentah setiap ucapan sang bibi.
"Bohong!" Kimberly mulai terhasut namun berusaha tetap rasional.
"Untuk apa bibi berbohong pada mu? Bahkan ayah mu membentak dan menghina ibu mu karena sudah mempermalukan bibi. Awalnya, bibi tidak ingin meneruskan, tapi beberapa hari yang lalu, ayah mu datang ke rumah dan mengatakan kalau dia akan tetap menikahi bibi setelah dua bulan kepergian ibu mu. Jadi, mulai sekarang, kau dan Ken harus mulai terbiasa memanggil bibi dengan sebutan Ibu dan menganggap sepupu kalian sebagai saudara."
Ekspresi Kimberly menjadi sangat mengerikan. Dia tidak akan pernah mau hidup dalam rumah yang sama dengan bibi serta sepupunya. Lebih baik dirinya pergi, toh meminta ayahnya berhenti akan percuma setelah apa yang dia dengar hari ini.
Kimberly tidak pernah menduga kalau ayahnya akan sejahat itu, walau masih samar-samar. Tapi otak Kimberly sudah di cuci oleh sang bibi sehingga tidak bisa berpikir normal.
Meninggalkan kedua wanita tersebut. Kimberly pergi ke dalam rumah, sedangkan yang di tinggalkan tersenyum senang. Mereka tidak menduga kalau mempengaruhi Kimberly akan semudah itu.
Awalnya mereka berniat melenyapkan Kimberly, namun mereka memilih jalan lain. Mungkin mengusir gadis itu dari rumah jalan terbaik, bagaimanapun, melenyapkan satu-satunya putri keluarga Smith tidak semudah itu. Belum lagi masalah kematian istri Smith yang masih berada dalam pencarian si pelaku.
"Kita berhasil, Bu."
"Tentu, Sayang. Sebentar lagi, kekayaan Smith akan menjadi milik kita."
"Aku tidak sabar lagi, Bu."
"Begitu juga dengan ibu. Membayangkan kita akan menjadi pusat rasa iri banyak orang, benar-benar sebuah mimpi yang sangat indah."
"Setelah dia pergi, aku akan membuat paman Edward menyukai ku."
"Itu baru putri ibu."