Group Line Abrakadabra.
IsmantoR : mana ada Es bisa jalan Prilly, kecuali Es-nya di bawa orang jalan.
AmandaM : untuk kali ini gue setuju sama Isma.
AliaS : Es goyang π itu kalau kata si cantik SintaNifha ππ
PrillyM : Dasar cowok!!
AmandaM : Prilly cemburu.... Cie cie π
.
Gue melemparkan ponsel gue di ranjang, gue sebel. Entah kenapa dengan gue, tapi yang pasti gue nggak suka ada orang lain selain gue di bilang cantik sama Ali.
Haahhhh
Gue memegang kalung doraemon gue yang udah kembali gue pakai lagi. Waktu itu gue udah sempet putus asa karena gue nggak nemuin kalung ini, tapi beberapa hari kemudian Ali memberikan kalung doraemon punya gue yang gue kira udah hilang.
Gue nggak tau darimana Ali mendapatkan kalung itu, tapi yang jelas gue sangat berterima kasih sekali karena Ali sudah mengembalikan kalung yang sangat berarti buat gue.
Memang itu cuma kalung biasa dan murahan, tapi itu adalah satu satunya hadiah terindah dari sahabat kecil gue Alia. Walau gue belum ingat jelas bagaimana wajahnya saat kecil, tapi gue sekarang ingat kenapa gue sering mimpiin anak cowok bernama Alia itu karena dia sahabat gue.
Gue tersenyum mengingat masa kecil gue bersama Alia, walau tidak banyak yang gue ingat tapi setidaknya gue sudah tau siapa Alia.
Alia Suraputra atau yang anak anak kenal sebagai Ali Putra Damian.
Kiss You.
ββ’ββ’
"Pagi Ayah." ucap gue mencium pipi Ayah gue lalu ikut duduk bersamanya di meja makan.
"Pagi sayang, kamu sudah bangun ternyata." ucap Ayah gue sambil tersenyum.
Gue mendengus lalu berkata. "Belum Prilly masih tidur."
"Kamu mau kemana kok udah rapi gini, bukanya masih libur ya?" tanya Ayah gue seraya menatap gue dengan tatapan menyelidik.
"Main kerumah Amanda atau Arie mungkin." balas gue asal sambil memasukkan nasi goreng ke dalam mulut gue.
"Ini masih pagi dan kamu sudah mau main?"
"Memangnya kenapa? Aku bosan dirumah sendirian. Kak Zani juga sudah tinggal di rumah nenek, Bunda juga jarang pulang kerumah." ucap gue.
"Maafkan ayah..." ucap Ayah gue lirih sambil mengusap kepala gue pelan.
"Kenapa Ayah harus minta maaf, Ayah tidak salah sama sekali." ucap gue.
"Tapi---
"Prilly udah tau Ayah. Prilly tau kenapa Bunda jarang dirumah."
"Apa saja yang kamu sudah tau sayang?"
"Prilly ingat semuanya Ayah. Prilly ingat kalau Bunda Priaten itu bukan Bunda-nya Prilly kan." ucap gue hati hati menatap kearah Ayah.
Gue sempat melihat Ayah yang terkejut dengan ucapan gue dan langsung memeluk gue dengan erat.
"Ayah maafin Prilly ya, karena Prilly, Ayah harus kehilangan keluarga ayah dan juga kak Zaini." ucap gue sedih setelah gue mengingat semuanya.
"Sayang jangan pernah berkata seperti itu, kamu adalah keluarga ayah. Kamu adalah anak ayah."
"Tapi karena Prilly, Ayah harus berpisah dari Bunda Priaten dan juga kak Zaini."
"Sayang ini semua salah Ayah bukan kamu, jadi jangan pernah merasa bersalah sedikit pun."
"Tapi--
"Ssttthhh... Sekarang kamu lanjutkan sarapan kamu." ucap Ayah menghapus air mata gue yang entah sejak kapan udah mengalir.
Gue pun mengangguk dan mengahus sisa sisa air mata gue dan kembali melanjutkan sarapan yang sempat tertunda, begitu juga dengan ayah.
Gue masih tidak percaya kalau sebenarnya kehadiran gue di dunia ini telah menghancurkan kebahagiaan hidup seseorang.
Dan gue juga nggak percaya kalau gue pernah mengalami Amnesia . gue pikir hal seperti itu cuma kalung di tv tv yang sering gue tonton, nggak taunya gue juga ngalamin itu.
Gue kena Amnesia saat umur gue 11 tahun karena kecelakaan beruntun yang membuat gue juga kehilangan Bunda gue, Apriyanka Syafir.Β Dan gue baru ingat semua itu beberapa hari yang lalu saat gue nggak sengaja jatuh dari sofa karena di gelitikin Ali dan kepala gue terbentur lantai cukup keras.
"Sayang kamu melamun."
Lambaian tangan Ayah di depan wajah gue membuat gue kembali sadar dalam dunia nyata.
"Ahh nggak kok ayah."
"Jadi apa kamu mendengarkan apa yang ayah ucapkan tadi?"
"Um ya ya, aku mendengarkan ayah." ucap gue asal, sebenarnya gue sama sekali nggak tau apa yang ayah katakan tadi.
"Benarkah?"
"Iya."
"Padahal ayah tadi nggak bilang apa-apa lo." ucap Ayah sambil terkekeh.
"Kamu lucu banget sih kalau lagi bingung. Mirip kayak Priya."
"Aku kan anaknya Yah."
"Oke jadi kamu mau kan bantu Ayah."
Gue mengangguk. "Mau, memang bantu apa Ayah?"
"Begini, kamu kan sudah kembali ingat masa kecil kamu dan tentu saja kamu masih ingat dengan Alia kan?" tanya Ayah dan gue cuma menganggukkan kepala gue.
"Bisa minta tolong hubungi dia untuk kesini? Ayah butuh bantuannya." ucap Ayah.
"Bantuan apa Ayah? Kenapa harus Alia?" tanya gue.
"Nanti kamu juga tau, jadi bisa bantu ayah."
Gue mengangguk malas, Ayah hanya tersenyum melihat kearah gue.
"Sekarang."
"Apanya yang sekarang ayah?"
"Ya hubungi Alia-nya sekarang Prilly. Duh kamu sembuh malah jadi lemot sih."
"Aku tidak lemot ayah."
Gue mengambil ponsel gue yang ada di saku jeans gue dengan malas. Demi apa guru harus ngehubungi dia duluan, nanti pasti dia langsung besar kepala. Selama ini kan dia yang selalu ngubungi gue duluan!
"Hallo Prilly, ada apa? Tumben nelpon gue? Kangen ya."
Gue mendengus malas, walau gue udah ingat dia adalah sahabat kecil gue, tapi rasanya udah beda nggak kayak waktu kecil lagi kan?
"Lo bisa kesini sekarang nggak?" tanya gue langsung.
"Wahh lo beneran kangen sama gue ya."
"Idih najis banget gue kangen sama lo. Bokap gue yang minta lo kesini bukan gue."
"Duh sayang jangan malu-malu gitu napa, pake alesan bokap yang nyuruh segala. Eh apa jangan jangan bokap lo mau nyuruh gue buat nikahin lo ya."
"Heh kalau mimpi jangan di siang hari woy.. Cepetan kesini."
"Galak banget sih yang, gue udah ada di depan rumah lo nih, cepet buka pintunya."
Gue memutar bola mata gue kesal, tapi sebenarnya gue seneng sih di panggil sayang π
Gue pun langsung bangkit dari kursi dan berjalan menuju pintu utama, membukanya tanpa menutup telpon Ali.
"Lo dimana gue udah buka pintunya tapi kok lo-nya nggak ada?" tanya gue clingak clinguk.
"Hahahha lo beberan keluar, padahal gue aja baru keluar kamar. Duh kayaknya lo beneran nggak sabar ketemu gue ya."
Gue mendelik kesal karena ternyata gue di kerjain Ali.
"Bangsat lo Ali."
Tut. Tut. Tut.
Gue langsung mematikan ponsel dan kembali masuk kedalam rumah.