Chereads / The Roommate 1 / Chapter 45 - 45 TOLONG.... JANGAN PERGI...

Chapter 45 - 45 TOLONG.... JANGAN PERGI...

"Cristan, kita pulang ya…"

Hanya empat kata. Begitu sederhana. Tapi api yang membakar di hati Cristan langsung padam seketika. Mata Cristan terlihat kuyu sekali ketika Arissa menepuk punggungnya pelan untuk membimbingnya masuk ke dalam apartemen.

........................….

Di dalam alam bawah sadarnya, Arissa sudah tahu ada sesuatu yang tidak beres saat Cristan mengajaknya ke kebun belakang dan memperlihatkan taman mawar yang bermandikan cahaya itu padanya. Tatapan mata Cristan saat itu begitu sedih dan pedih seperti seekor hewan yang terluka parah sementara Arissa dengan bahagia mengelilingi taman tersebut dan memperhatikan setiap detil miniature yang ada di dalamnya.

Lalu, ketika tanpa sengaja ia memperhatikan kedatangan sepasang kekasih yang mendekati Cristan. Sang wanita tengah menggelayut manja kepada pria bermata sayu tersebut. Wajah Cristan saat itu benar-benar tidak enak dilihat. Ekspresi muak dan jijik terlihat jelas di sana. Apalagi setelah pria tersebut menghajar wajahnya. Arissa sendiri tidak bisa mendengar percakapan mereka, tapi menilai dari reaksi Cristan sekarang. Yang membiarkan dirinya dibasahi oleh air hujan dengan sikap pasrah, Arissa menduga, kalau hal ini ada hubungannya dengan pasangan tersebut.

Mereka sudah tinggal bersama kurang lebih satu setengah bulan tapi masing-masing dari mereka sama sekali belum banyak berkomunikasi seperti orang lain tentang kehidupan pribadi mereka berdua. Selain karena dulu Cristan dan Arissa sudah menandatangani surat perjanjian untuk tidak saling mencampuri urusan mereka masing-masing, Arissa pun merasa tidak perlu tahu lebih dalam tentang kehidupan Cristan.

Tapi, perlahan-lahan Arissa merasa kalau takdir mulai menuntunnya ke arah yang berbeda. Pelan tapi pasti, Cristan dan Arissa mulai saling berbaur tanpa mereka sadari. Ketika Arissa mengunjungi Rose Mansion kemarin malam, Arissa tahu kalau Cristan bukanlah hanya seorang pemuda kaya biasa. Dugaannya dulu, Cristan mungkin calon pewaris seorang konglomerat terkenal yang sedang jatuh miskin atau apalah. Tapi ternyata, kenyataannya Cristan adalah anak kandung dari Arina Levy. Seorang filantropis dan presdir dari Levy Corp yang sangat terkenal itu.

Apa yang terjadi dengannya sampai-sampai ia harus meninggalkan rumahnya yang sangat megah tersebut dan hidup menggelandang di apartemen tua seperti ini?

..............................

Ketika mereka berdua memasuki ruang apartemen, ruangan yang tadinya berantakan kini terlihat jauh lebih rapi sehingga ruang keluarga tersebut menjadi lebih luas sekarang.

Arissa sudah menyiapkan 1 set piyama lengan panjang milik Jacob dan air hangat untuk Cristan mandi. Penampilan Cristan saat itu benar-benar berantakan. Seluruh tubuhnya basah kuyup dan badannya dingin sekali. Kemejanya kusut dan wajahnya terlihat pilu tanpa ekspresi.

Ketika Arissa mengambil sebuah handuk kering, barulah Cristan mulai bersin-bersin dan menggigil karena kedinginan. Melihat hal itu, Arissa lalu bertanya," Aku sudah menyiapkan air hangat untuk mandi. Kau bisa mandi sendiri? Atau perlu kubantu?"

Mendengar pertanyaan Arissa, Cristan langsung menggeleng keras dan mengambil handuk serta piyama yang sudah disiapkan oleh Arissa sambil berkata," Terima kasih. Tidak apa-apa. Aku bisa sendiri.."

Tak lama, Cristan langsung masuk ke dalam kamar mandi sementara Arissa menyiapkan segelas minuman coklat panas untuk Cristan di atas coffee table.

Setelah kurang lebih 30 menit, Cristan keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut setengah basah. Uap hangat mengepul dari dalam kamar mandi sementara Cristan berjalan ke arah ruang keluarga dan menjemur handuk basahnya di gantungan handuk di sana. Arissa sudah menunggunya di atas sofa sambil membaca majalah Fashion Blast.

Cristan lalu duduk di seberangnya dan mengambil gelas berisi coklat panas yang sudah disiapkan olehnya.

"Terima kasih…" ujarnya lirih.

Arissa hanya tersenyum saat mendengar ucapan tersebut dan balik menatap Cristan sambil berkata,

"Kembali…"

Sebagai seorang wanita, walaupun ia memiliki berjuta pertanyaan di hatinya tentang peristiwa malam kemarin, tapi ia tahu diri. Yang sangat dibutuhkan oleh Cristan saat ini adalah segelas coklat panas untuk menghangatkan tubuhnya dan kasur empuk supaya ia bisa beristirahat. Arissa menunggu sampai Cristan menghabiskan minumannya dan kemudian mengambil gelas kosong tersebut lalu beranjak pergi tapi tangan Cristan menahannya.

"Tolong… jangan pergi…." ucapnya lirih. Sorot matanya pedih sekali.

Arissa tidak bisa mengabaikan Cristan dalam kondisi seperti ini. Ia lalu duduk di sebelah Cristan ketika Cristan mendadak menyandarkan kepalanya ke bahu Arissa.

"Kumohon… tetaplah tinggal…. di sini" bisik Cristan pilu. Tak lama, Cristan pun jatuh tertidur.

Arissa merasa salah tingkah. Ia tak menyangka kalau sikap Cristan akan bisa sedekat ini padanya. Ia berpikir untuk setengah memanggul tubuh Cristan ke dalam kamar tidur pemuda tersebut. Tapi, aduhhhh… berat sekali! Ia tak kuat.

Pada akhirnya, Arissa pasrah. Sambil setengah memeluk tubuh Cristan, mereka berdua akhirnya jatuh tertidur di atas sofa.

.................................

"A home is not a house, it's a person…."

Di alam mimpi, Cristan lamat-lamat mengingat ucapan tersebut. Entah siapa yang mengatakannya. Tapi saat ini, ia merasa nyaman sekali. Rasanya begitu hangat dan menenteramkan. Ia lupa sudah berapa lama ia merindukan kenyamanan ini. Rasa dicintai dan disayangi tanpa syarat.

Walaupun ada puluhan perempuan yang pernah menemaninya untuk tidur bersama, tak ada seorang pun yang mampu memberikannya rasa nyaman seperti ini. Dulu, hanya ibunya yang suka mendekapnya seperti ini kalau ia sedang sakit demam waktu ia kecil. Sudah lama sekali rasanya.

Sekarang, ia merasakan perasaan yang sama.

.....................…

Sinar matahari pagi menyelusup masuk dari tirai jendela yang tidak tertutup rapat dan menerangi sedikit area ruang keluarga. Cristan merasa silau ketika matanya memicing sebentar dan sinar matahari hangat menerangi tubuhnya.

Ia bangun dan menyingkirkan selimutnya ketika ia merasa ada seseorang di sampingnya. Cristan menengok ke sebelah dan menemukan kalau Arissa masih tertidur pulas dengan posisi tubuh yang sama saat dini hari kemarin. Sebelah tangannya terulur saat mendekap Cristan di pelukannya dan tubuh mereka berdua lembab karena keringat.

Cristan tidak ingat kenapa ia bisa berakhir untuk tidur pulas dengan Arissa kemarin malam. Ia hanya ingat kalau terakhir ia mandi dan minum segelas coklat hangat yang disediakan Arissa olehnya.

Sisanya….

Ia tak tahu.

Arissa masih tertidur pulas dengan bunyi nafasnya yang teratur. Wajahnya yang cantik terlihat lembut bersih tanpa noda sedikitpun sementara bulu matanya lentik sekali. Cristan sibuk mengamati wanita tersebut dengan perasaan bahagia. Baginya, Arissa terlihat seperti seorang malaikat yang sedang tertidur. Pelan, ia memberikan kecupan di pipi Arissa dengan hati-hati supaya wanita tersebut tidak terbangun.

Sampai beberapa saat kemudian, sepasang mata berwarna biru tua itu mulai terbuka dan melihat penampakan wajah seorang pemuda berwajah sangat menarik sedang tersenyum di depan wajahnya.

"Good morning, Sleeping Beauty…"