Cristan menggigit bibir bawahnya dengan sikap salah tingkah sementara Arissa menatapnya dengan tatapan ingin tahu.
Akhirnya, Cristan menghembuskan nafas panjang. Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, ia malas sekali membahas masalah ini tapi ya sudahlah…
"Apakah kau pernah mendengar tentang Klan Levy?" tanya Cristan.
Arissa menganggukkan kepalanya dengan tegas. "Iya, kalau tidak salah, mereka adalah organisasi yang banyak bergerak di bidang kemanusiaan dan pendidikan untuk anak-anak di negara-negara miskin bukan?"
"Iya, itu salah satu kegiatan kami tapi sebenarnya Klan Levy memiliki banyak sekali unit bisnis dan melakukan beragam riset serta inovasi di bidang ilmu pengetahuan untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan umat manusia di muka bumi ini. Sampai saat ini, kami sudah memiliki banyak sekali cabang perusahaan di bidang teknologi, property, pariwisata, infrastruktur, dan banyak lagi. Bisa dikatakan, hampir di semua aspek bisnis dan setiap negara di dunia, kami menguasai semuanya dan kami menyatukannya di bawah bendera Levy Corp.." terang Cristan pelan.
Arissa hanya termangu saja saat mendengar semua hal tersebut.
"Sementara di bawah kepemimpinan ibuku, Levy Corp bisa dibilang sangat berkuasa dan Levy Corp mencapai puncak keemasannya. Hampir di semua unit bisnis yang dikelola oleh Levy Corp, semuanya memberikan potensi keuntungan yang luar biasa. Jauh melebihi para ketua klan sebelumnya. Kami juga bahkan bisa berekspansi dan membeli beberapa perusahaan yang hampir bangkrut serta membangun jaringan manajemen mereka sehingga perusahaan-perusahaan tersebut bisa bangkit kembali. Kakek Besar sangat bangga pada semua pencapaian yang diraih oleh ibuku. Sayangnya….."
Mata Cristan kembali dipenuhi oleh sebuah kesedihan yang mendalam.
"Kesuksesan Klan Levy dibayar dengan hancurnya pernikahan ibuku."
Cristan menghela nafas berat dan melanjutkan ceritanya.
"Mungkin kau berpikir kalau kehidupan sebagai orang kaya pasti selalu senang dan bahagia. Padahal kenyataannya sama sekali tidak begitu. Ayahku sibuk berselingkuh dengan sekretarisnya, Tante Wanda. Ia sendiri tadinya merupakan sahabat dekat ibuku sewaktu mereka kuliah. Dulu.
Sementara alasan ibuku membawanya masuk ke dalam rumah kami adalah karena Tante Wanda sedang mengalami kekerasan domestik di dalam rumah tangganya dan kasusnya sedang diurus oleh polisi pada saat itu. Karena tidak berpenghasilan, maka ibuku berbaik hati untuk menjadikannya sebagai sekretaris pribadi ayahku. Walaupun dari awal, aku dan Kakek Besar sama sekali tidak menyukainya.
Dan ayahku, secara biologis, aku merupakan anak kandungnya, tapi aku sama sekali tidak pernah merasakan kedekatan emosional dengannya. Ia selalu sibuk di dalam laboratorium berkutat dengan riset obat-obatannya atau bermesraan dengan Tante Wanda. Sementara biarpun ibuku sangat sibuk, ia selalu menempatku menjadi prioritas dalam hidupnya. Kalaupun kami tidak bisa bertemu setiap hari, ibuku pasti menyempatkan diri menelepon via video call atau hanya bertelepon biasa untuk mendengar suaraku atau cerita saat aku berada di sekolah. Kakek Besar juga sangat dekat denganku. Otomatis, di dalam kehidupan pribadiku, aku hanya dekat dengan Kakek Besar, ibuku, Arina, dan Jade."
"Jade?" tanya Arina bingung.
"Jade adalah tangan kanan keluarga kami. Kami besar bersama. Ayahnya sudah meninggal dan dulu, dari generasi kakek buyutnya, keluarganya sudah melayani keluarga kami."
Arissa hanya manggut-manggut saja setelah mendengar penjelasan Cristan. Tapi, entah kenapa, ia merasa ada sesuatu yang salah di dalam ceritanya Cristan. Terutama seputar keretakan rumah tangga kedua orangtuanya.
"Jadi, karena ayahmu berselingkuh dengan Tante Wanda jadi kau pergi dari rumah, begitu?" tanya Arissa untuk mengkonfirmasi cerita yang baru saja didengarnya.
"Bukan masalah perselingkuhannya, tapi karena di saat-saat terakhir ibuku dimakamkan pun, ayahku sama sekali tidak pernah muncul. Sekali pun. Saat itu aku benar-benar merasa kalau memang sebenarnya dari dulu aku tidak punya ayah. Dan, ya.. aku muak melihat mereka berdua di dalam rumah….."
Kali ini giliran Arissa yang menghela nafas panjang.
Tidak diduganya kalau masalah keluarga Cristan akan serumit itu. Ia bisa mengerti bagaimana kecewanya Cristan saat ayahnya mengkhianati ibunya sendiri secara terang-terangan dan meniduri wanita lain yang dulunya adalah sahabat ibunya. Arissa juga paham bagaimana rasanya ditinggalkan oleh seseorang yang dirasanya sangat dekat secara mendadak. Arissa tahu dan mengerti itu semua karena ia pernah mengalaminya dulu. Sedih, muak, kecewa, pahit… Arissa sangat-sangat familiar dengan itu semua. Dulu.
Ia bahkan pernah berpikir kalau ia tidak sepantasnya hidup. Tapi kelahiran Jacob mengubah semuanya.
Pertemuannya dengan Suster Hua dan Kak Jose merubah segalanya. Karena mereka berdualah, Arissa yang sekarang bukanlah lagi seorang gadis lusuh yang hanya bisa gemetar ketakutan di dalam kegelapan sambil menghitung hari seperti dulu.
"Bagaimana jika sebenarnya papamu memang tidak sadar akan tindakannya padamu? Bagaimana jika sebenarnya ia sedang berada di bawah pengaruh Tante Wanda sehingga ia melakukan semua hal yang kaubenci di bawah pengaruh orang lain?" tanya Arissa pelan setelah ia mendengarkan semua cerita Cristan dengan penuh perhatian.
Tidak ada seseorang yang terlahir jahat tapi keadaanlah yang memang membuat orang tersebut menjadi seorang penjahat. Hal itu yang diajarkan oleh ibu angkatnya kepada Arissa. Karena itulah, Suster Hua selalu mendidik semua anak-anak angkatnya di panti asuhan dengan penuh kasih dan disiplin tanpa pilih-pilih.
"Ada sebuah bagian yang hilang di dalam ceritamu tentang keretakan hubungan papa dan mamamu. Tapi aku tak tahu apa itu…" terang Arissa lagi.
"Seorang introvert seperti ayahmu biasanya adalah seorang yang sangat setia. Jadi, pasti ada sesuatu hal yang menyebabkan ayahmu bisa berselingkuh dengan orang lain."
Arissa ingat kalau ia pernah membaca buku-buku psikologi milik Kak Jose dan ada beberapa buku yang menerangkan tentang konsep anagram dalam kepribadian manusia. Mendengar cerita Cristan, Arissa mendadak teringat hal tersebut.
"Lalu, dengan kepergianmu, bukannya kau malah menambah beban pada Kakek Besar? Ia sudah tua tapi di satu sisi, ia juga sangat memahami perasaanmu karena kehilangan ibumu sehingga ia tidak mau merepotkanmu untuk mengurus klan dan perusahaan. Tapi, bukanlah dengan kepergianmu, kau malah memberikan kesempatan lebih banyak pada Tante Wanda untuk menguasai ayahmu?" tanya Arissa dengan mimik wajah serius.
DHARRRR!!!
Kata – kata Arissa terasa bagai sebuah sambaran halilintar bagi dirinya di siang bolong.
Iya juga? Kenapa Cristan tidak pernah memikirkan masalah ini sebelumnya?
Selama ini ia hanya berfokus pada dirinya sendiri dan bagaimana buruknya perlakuan ayahnya kepada dirinya. Ia sama sekali tidak pernah memikirkan perasaan Kakek Besar atau kalau misalnya ayahnya memang sedang berada di bawah pengaruh Tante Wanda selama ini.
Gadis ini….
Tidak hanya berwajah cantik tapi juga sangat pintar!
Ia mampu memikirkan berbagai hal dari sudut pandang berbeda yang tadinya sama sekali tidak terpikirkan oleh Cristan sebelumnya! Astaga!
"Ibu angkatku selalu mengajarkan aku jangan pernah melarikan diri dari masalah. Jika kita memang berada di jalur yang benar maka pertahankanlah kebenaran itu sampai titik darah penghabisan…"
Seulas senyum manis muncul di wajah Arissa saat ia mengatakan kalimat tersebut.
Cristan terpana saat mendengar kalimat dan melihat senyum tersebut.
Untuk sejenak, hanya wajah Arissa saja yang ada di hadapannya sementara semua warna lain memudar pelan-pelan di sekitarnya.
Ini saatnya…
Sudah waktunya ia menyatakan perasaanya yang sebenarnya pada gadis ini.
Cristan meneguk ludah.
"Arissa, aku..."