Chereads / The Roommate 1 / Chapter 49 - 49 SATU-SATUNYA (1)

Chapter 49 - 49 SATU-SATUNYA (1)

"ARISSSSAAAAAAA….."

Suara teriakan yang menggelegar langsung menyentak mereka berdua.

George sedang berlari ke arah mereka sambil melambaikan kedua tangannya ke atas lebar-lebar.

Arissa bangkit berdiri sambil tersenyum. "Ada apa, George?"

Dalam waktu singkat, George sudah sampai di depan mereka. Wajahnya memerah karena habis berlari dan raut wajahnya berseri-seri.

"Ibuku baru saja membuat mengeluarkan pudding pannacotanya dari dalam kulkas dan ia menyuruhmu untuk cepat pulang untuk mencicipinya. Kau pasti suka! Puding pannacota ibuku terkenal sekali di daerah sini…" kata George berapi-api. Tangannya langsung menarik tangan Arissa yang masih terpaku bingung karena cepatnya kalimat George tadi. Tapi, dengan pasrah, Ariss lalu mengikuti langkah kaki George yang langsung mengajaknya ke rumahnya. Sementara Cristan masih terpaku di tempatnya.

"...menyukaimu…"

Sayangnya, Arissa sudah jauh.

Melihat pernyataan cintanya gagal total, Cristan mengacak kesal rambutnya sendiri sambil menggerutu sebal.

Akhirnya, Cristan pun menyusul ke rumah George dengan langkah gontai.

...................

Di dalam rumah, Bu Leila sudah menyiapkan 4 buah piring kecil berisi pudding pannacota yang terlihat sangat menggiurkan dengan kombinasi warna putih susu dan oranye. Sangat pas untuk snack sore walaupun hari itu sebenarnya tidak terlalu panas.

Di meja makan, hanya Arissa, Bu Leila dan George yang makan dengan semangat sambil membicarakan serta memilih hasil-hasil foto pemandangan Lavender Hill yang barusan diambilnya. Bu Leila terlihat sangat senang dan memuji-muji semua hasil foto Arissa sementara Arissa hanya bisa tersipu malu saat mendengar pujian Bu Leila. George tersenyum bangga saat ikut mengamati hasil foto sembari matanya sesekali melirik ke arah Arissa dengan senyum malu-malu.

Hanya ada 1 orang yang jelas-jelas bete dan bad mood saat melihat pemandangan tersebut di hadapannya. Jika Arissa cukup peka, mungkin ia bisa melihat kumpulan awan badai yang jelas-jelas sedang berada di atas kepala Cristan sekarang. Malangnya, Arissa sama sekali tidak sadar akan hal itu.

Cristan bangkit berdiri dan dengan wajah keruh, ia berkata, "Ayo pulang sekarang! Aku masih banyak tugas kuliah yang harus dikerjakan!"

Tanpa menunggu reaksi Arissa dan berpamitan dengan tuan rumah, Cristan langsung keluar sambil setengah membanting pintu sampai tertutup.

Mata Arissa berkedip tak percaya beberapa kali saat melihat tingkah laku Cristan yang ajaib seperti itu. Dengan tak enak hati, ia langsung mohon diri pada George dan Bu Leila serta bergegas menyusul masuk ke dalam mobil Cristan.

Begitu Arissa menutup pintu mobil, Cristan langsung menyalakan mesin. Detik berikutnya, mobil sport putih tersebut sudah meluncur di jalanan. Seakan-akan tidak mau membuang waktu lebih lama di Lavender Hill.

Melihat Cristan ngebut, Arissa ikutan sewot.

"Cristan!! Kenapa sih kau ini!! Jangan ngebut!! Pelan-pelan saja!!"

Tapi Cristan malah menambah laju mobilnya.

"Arggggghhhhhhh!!!!"Arissa memejamkan matanya karena ngeri saat melihat mobil tersebut menukik-nukik tajam menuruni jalan perbukitan dengan kecepatan dewa sementara di kanan kiri mereka hanya dibatasi dengan sebuah pembatas jalan ala kadarnya yang berbatasan langsung dengan jurang curam di bawah sana.

"Okeehhhhh.. Okehhh… ampunn!!! Aku mengaku salah!!! Aku minta maaf!!!" jerit Arissa ngeri sementara badannya meringkuk sambil terus memegangi dashboard mobil. Walaupun Arissa bingung kenapa ia harus minta maaf tapi ia hanya ingin Cristan untuk berhenti ngebut.

SEKARANG!

Dalam sekejab, kecepatan mobil sport itu langsung turun drastic. Arissa dengan badan yang masih sedikit gemetar lalu menepuk-nepuk pundak Cristan dan memberi tanda supaya mobil segera menepi ke pinggir jalan sebentar.

Cristan menurut.

Begitu mobil menepi, Arissa langsung keluar dan memuntahkan isi perutnya di pinggir jalan. Termasuk pudding pannacota super lezat yang barusan dimakannya.

Sementara Cristan hanya melihat pemandangan tersebut dengan santai sambil bersiul-siul riang.

Setelah beberapa lama, Arissa lalu kembali ke dalam mobil dengan wajah pucat pasi. Seakan-akan seluruh darah di dalam tubuhnya baru saja dihisap oleh vampire.

Cristan lalu memberikan sebuah termos berisi teh hangat yang mereka bawa untuk bekal sebelumnya. Arissa meminum teh tersebut beberapa teguk dan langsung merasa lebih baik setelahnya. Cristan menunggu dengan sabar sampai warna di muka Arissa kembali seutuhnya.

"Selesai?" tanyanya singkat tanpa ekspresi. Arissa mengangguk lalu memandang Cristan dengan tatapan dongkol.

"Never… ever do that again to me…"

Melihat reaksi Arissa padanya, Cristan hanya menyunggingkan senyum ringan lalu menyalakan mesin mobilnya sekali lagi. Lalu, dengan kecepatan normal, mereka sampai di depan apartemen.

............….

Cristan baru saja selesai mandi ketika ia melihat Arissa sedang memindahkan foto-foto tadi ke dalam notebooknya dari kameranya di ruang tengah. Mimik wajahnya sangat serius ketika ia mendadak merasa kalau ada gerakan asing di sebelahnya.

Ketika ia menoleh ke samping, ia melihat Cristan dengan rambut setengah basah dan wangi segar dari sabun mandi menyergap hidungnya. Entah kenapa, Arissa tiba-tiba merasa wajahnya langsung memanas seketika itu juga dan detak jantungnya kembali berdebar tak keruan. Ia segera memalingkan wajahnya dari tatapan tajam Cristan yang sedang duduk di sampingnya dan pura-pura fokus pada notebooknya.

Sayangnya, perubahan itu dengan cepat ditangkap oleh mata Cristan.

"Maaf…aku tak tahu kalau hari ini kau ada banyak tugas kuliah. Kalau tahu begini, aku takkan merepotkanmu untuk mengantarku tadi.." kata Arissa dengan rasa bersalah sementara matanya terus menatap layar notebooknya.

"Hmm… minta maaf saja tak cukup. Aku sudah banyak berkorban loh. Terutama berkorban waktu. Aku mau kompensasi ganti rugi.." balas Cristan dengan nada cuek seperti biasa. Perlahan, ia mendekatkan dirinya ke arah tubuh Arissa. Hmm.. wangi tubuh gadis ini harum sekali? Musk?

Arissa yang mendengar omongan itu langsung menoleh ke arah Cristan.

"Ok, kamu mau ganti rugi a...."

Sepasang mata biru laut bening Arissa langsung menatap sepasang bola mata hitam milik Cristan yang sekarang berada sangat dekat dengannya. Arissa bahkan bisa merasakan hangatnya nafas Cristan yang hanya beberapa centimeter dari wajahnya.

"….pa?"

Arissa mati kutu.

Rasa panas di wajahnya kembali lagi. Debaran jantungnya terasa semakin kencang sekarang.

"Cium aku…"