Arissa sampai ke apartemen pada malam itu dengan tubuh yang sangat letih. Ini adalah hari pertamanya bekerja dan setelah ia menjadi model pengganti, ia diharuskan untuk mengikuti sesi pemotretan sebagai fotografer dan mendampingi para model untuk pengisi majalah fashion selama 7 jam non stop.
Tulang-tulangnya serasa sangat lunglai dan tak bertenaga sementara matanya sulit untuk diajak berkompromi untuk tetap terbuka lebar. Arissa segera menjatuhkan dirinya ke atas sofa dan segera jatuh tertidur tanpa sempat membuka kacamatanya lagi. Dalam hitungan detik, kesadarannya sudah beralih ke alam mimpi. Bahkan deringan suara telepon dari Jacob pun tidak mampu membangunkannya.
............…
Cristan sampai di apartemen ketika malam sudah sangat larut. Setelah ia membuka pintu apartemen, ia merasakan hembusan angin dingin menerpa tubuhnya. Ternyata, Arissa belum sempat untuk menutup jendela tadi dan angin malam berhembus cukup kencang saat itu. Tanpa menunda lagi, Cristan lalu menutup jendela dan tanpa sengaja melirik ke belakang saat tubuh Arissa meringkuk dan keningnya sedikit berkerut karena menahan dinginnya udara. Dengan cepat, Cristan lalu segera mengambil selimut cadangan dari dalam lemari bajunya dan menyelimuti tubuh Arissa. Tak lupa, ia juga melepas kacamata yang masih bertengger di atas pangkal hidung Arissa dan meletakkannya di atas coffee table.
Di bawah penerangan lampu apartemen yang samar, Cristan lalu mengamati wajah Arissa lebih dekat. Hari ini mereka tak banyak berkomunikasi tapi sejak hari pertama mereka bertemu, Cristan sudah merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan gadis ini. Ia tak sama seperti semua perempuan yang selalu mengejar-ngejarnya selama ini. Bahkan terkesan selalu menjaga jarak dengan hati-hati. Walaupun kalau dinilai secara fisik, penampilan Arissa mendekati sempurna dengan tubuhnya yang tinggi dan langsing serta bentuk rupawan wajahnya, tapi kelihatannya gadis ini sama sekali tidak pernah menggunakan hal tersebut sebagai poin plus bagi dirinya. Ia malah cenderung menghindar dan menutup diri. Sifat inferior yang tidak pernah disadari oleh gadis ini membuatnya terasa begitu menarik bagi Cristan. Ia ingin membuka cangkang Arissa dan mengetahui semua hal tentang dirinya.
Tanpa sadar, jarinya lalu mengelus pipi Arissa yang halus dan turun menuju ke arah bibirnya yang setengah terbuka tapi kemudian gerakannya terhenti secara tiba-tiba ketika badan Arissa secara reflex, bergerak ke samping. Cristan tertegun. Sentuhan tadi sedikit terasa aneh baginya. Ada sebuah sensasi yang tertinggal di ujung jarinya. Sebuah perasaan yang menyenangkan sekelebat masuk ke dalam hatinya, membuat pipinya sedikit merona.
Cristan lalu menepuk-nepuk pipinya dengan kasar dan segera bangkit menuju ke arah wastafel. Ia mencuci wajahnya cepat-cepat sambil berusaha menenangkan dirinya. Otaknya masih berusaha untuk mencerna kejadian yang ia alami barusan. Apa yang terjadi?
Sial!! Kenapa ia jadi salah tingkah begini?
Telepon genggam Cristan tiba-tiba berbunyi dan ketika Cristan melihat nama yang tertera di atas telepon, ia bergegas membuka pintu apartemennya dan di depan pintu, tampak 2 orang gadis cantik belia sedang berdiri dengan senyum manis di wajah mereka. Melihat kedua orang gadis tersebut, Cristan lalu merangkul mereka dengan mesra dan langsung membawa mereka berdua ke dalam kamarnya.
..............
Wanda menguap di dalam mobil ketika mobil itu tiba-tiba berhenti di depan sebuah mansion besar dengan halaman depan yang sangat luas. Ia sudah sampai!
Perlahan, pintu gerbang pun bergeser pelan untuk mempersilakan mobil tersebut memasuki halaman. Tepat di depan rumah, mobil tersebut lalu berhenti dan Wanda melangkah keluar sementara Pak Darman, sopir pribadinya, tengah mengeluarkan koper-koper besar Wanda dari dalam bagasi.
Sambil tersenyum kecil, Wanda mengamati rumah mansion itu. Seumur hidupnya dulu, ia sama sekali tidak pernah bermimpi untuk bisa tinggal dan hidup sebagai seorang ratu seperti sekarang. Hidupnya dulu sangat melarat walaupun ia diberkahi dengan wajah yang cantik. Mantan suaminya dulu, Baskoro, yang pernah dianggapnya sebagai dewa penyelamat malah kemudian berubah menjadi dewa penyiksa dari neraka yang tega untuk memukulinya secara bertubi-tubi setiap saat emosinya memuncak. Titik balik kehidupannya adalah ketika Arina datang dan melaporkan Baskoro ke polisi disertai dengan bukti visum KDRT dan saksi dari kedua pembantu rumah tangganya. Sayangnya, Arina terlalu lugu dan percaya padanya, kini, siapa yang tertawa dan berdiri paling akhir di panggung? Dirinya!! Wanda Sonata!!
Dengan penuh percaya diri, Wanda lalu memasuki rumah besar itu sementara Pak Darman mengikutinya dari belakang dengan koper-kopernya. Di tengah ruang tamu, seorang pria tampan bermata sayu sedang duduk menunggunya. Ia mengenakan pakaian kasual rapi seperti biasa dan memakai sandal rumah. Melihat kedatangannya, pria itu tersenyum lebar dan menyambutnya dengan kedua tangannya yang terentang.
Wanda menyambut pelukan pria itu dan mencium wangi cedarwood samar dari tubuhnya. Pria ini dulunya adalah milik Arina, sekarang ia adalah miliknya. Seorang raja dalam industry farmasi yang akan mengguncang dunia.
Sambil berangkulan, pasangan itu segera larut dalam sebuah ciuman mesra yang sangat intens. Lidah mereka saling berpagutan di dalam mulut selama beberapa saat ketika akhirnya mereka melepaskan diri dengan nafas terengah-engah.
"Kenapa lama sekali? Aku sudah menunggumu sejak tadi…" tanya Leo Levy dengan tatapan penuh kasih sayang.
Wanda tersenyum manja dan mempererat pelukannya.
"Maaf… agak macet di jalan tadi. Tapi sekarang aku sudah di sini kan?"
Leo hanya menanggapi dengan sebuah kecupan di atas keningnya dan menggendongnya di atas kedua lengannya sambil memasuki kamar tidur mereka. Begitu mereka berdua sudah berada di atas kasur, ruangan tersebut langsung bergolak dengan aroma percintaan mereka.
............…..
Belum satu hari berlalu, tapi Jojo merasa kalau pisau pemenggal sudah diletakkan di atas lehernya. Tindakan spontannya pagi ini sudah membukakan pintu surga sekaligus liang neraka untuk Arissa. Otaknya berputar keras untuk mencari solusi dalam masalah ini. Belum lagi tuntutan dari Robert yang hanya memberinya waktu seminggu untuk menemukan Snow atau Robert akan menggunakan koneksinya untuk mem-blacklist namanya dari dunia entertainment.
Saat ini, karir dan nyawanya benar-benar berada di ujung tanduk. Tapi ia juga mengetahui bahaya besar yang akan menimpa Arissa jika identitas asli Snow bocor ke depan public.
Kepalanya berdenyut-denyut sakit saat memikirkan masalah ini. Di tengah keputusasaannya, ia menekan beberapa tombol di telepon genggamnya dan menunggu dengan sabar sampai seseorang di seberang sana mengankat teleponnya.
"Vikaaaaaaaaaaa....tolongin gueeeeee….." tangis Jojo dengan suara sangat memelas.
Ia benar-benar tak ingin sendirian malam ini.