Robert sedang mandi ketika teleponnya berbunyi. Ia yakin kalau saat ini, Wanda pasti sudah sampai di tanah air sementara ia baru akan menyusul pulang malam ini. Puluhan email yang diterimanya menandakan kalau urusan kantornya tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk diabaikan. Beberapa perjanjian dan dokumen penting malah sudah mengantri di atas meja kerjanya.
Dengan tubuh setengah telanjang yang memamerkan otot-otot tubuhnya yang kekar, Robert lalu mengankat teleponnya.
"Hi, dear. How are you?"
Sebuah suara wanita manja menjawab pertanyaannya dari seberang sana.
"Bagaimana dengan pemotretanmu hari ini?"
Robert ingat kalau Linfey baru saja menandatangani kontrak kerja dengan majalahnya minggu lalu dan hari ini ia akan menjalani sesi pemotretan cover majalah perdananya dengan Fashion Blast. Sebuah berkah untuknya karena nama besar Linfey merupakan jaminan tambang emas di dunia fashion. Robert yakin kalau di bulan depan, oplah majalah akan meningkat sangat drastic karena kehadiran Linfey tapi kalimat berikutnya yang ia dengar dari telepon, membuat kedua matanya melotot sampai-sampai mereka hampir keluar dari rongganya.
"Apa maksudmu kalau kau tidak datang ke pemotretan hari ini?"
Suara wanita di seberang sana kembali mengatakan hal yang sama. Ia sedang berada di rumah sakit karena penyakit maagnya kambuh dan sedang dalam proses pemulihan sehingga ia tidak bisa datang ke studio hari ini.
Raut wajah Robert seketika itu juga berubah gelap. Sial!! Kenapa tidak ada yang memberitahu masalah ini kepadanya? Dari tadi teleponnya sama sekali tidak berdering, menandakan kalau tidak ada masalah besar yang terjadi di kantor. Jadi siapa yang menggantikan Linfey? Kenapa taka da seorang pun yang menghubunginya hari ini?
Tak lama, Robert menutup telepon dan melakukan panggilan lain.
Seorang pria menjawab teleponnya dan Robert menanyakan seputar sesi pemotretan hari ini. Suara di seberang sana pun mengiyakan kalau memang Linfey tidak bisa datang da nada seorang model lain yang menggantikan tugasnya.
"Ini barang bagus, bos. Model langka. Bos pasti suka deh. Auranya tidak kalah dengan Linfey.."
Suara di seberang sana memberikan rekomendasinya yang kemudian diikuti dengan tawa terkekeh. Sedetik kemudian, Robert memutus sambungan teleponnya dan menerima pesan gambar via WA.
Ada sekitar 10 gambar yang ia terima dari kantor dan tanpa membuang banyak waktu, Robert segera mengecek gambar-gambar tersebut.
Penampilan seorang gadis cantik berambut platinum dengan mata berwarna biru cerah tiba-tiba menarik perhatiannya. Walaupun gadis ini terlihat tanpa ekspresi, auranya terpancar dengan sangat kuat seperti seorang ratu. Ia terlihat dingin dan misterius. Seperti seorang dewi yang baru saja turun dari langit. Ia terlihat tidak nyata tapi mampu membawakan khariswa dari semua pakaian yang ia kenakan dengan sangat sempurna. Bahkan Linfey saja tidak mampu mencapai level ini. Siapa gadis ini sebenarnya?
Belum lagi mata birunya yang mampu membius dan membekukan Robert dalam pesonanya walaupun ia sama sekali belum pernah bertemu dengan gadis ini. Robert memegang teleponnya erat-erat ketika dalam sepersekian detik, ia lalu membuat sebuah keputusan besar. Jari-jarinya dengan terampil menekan sebuah nomor telepon lain dan langsung melakukan panggilan darurat.
............…
Jojo sedang mengantri minuman kopi di sebuah kedai local ketika tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi dengan suara keras. Dengan agak malas, ia lalu melihat kea rah layar dan matanya tiba-tiba terbelalak kaget ketika melihat nama "HELL BIG BOSS" muncul di atasnya.
Cepat-cepat ia lalu keluar dari antrian dan mencari tempat yang agak sepi untuk menerima panggilan telepon dari Robert.
"Ha… halo, bos? Tumben bos meneleponku malam-malam begini? Ada apa ya?"
Jojo menjawab panggilan telepon Robert dengan suara sedikit bergetar. Level status mereka sangat berbeda, bagaikan bumi dan langit. Robert hampir tidak pernah menghubunginya kecuali jika kepentingannya sangat darurat.
"Aku punya tugas untukmu. Jika kau berhasil mengerjakannya, aku akan memberikan bonus 3 kali lipat dari gaji bulananmu. Aku ingin kau menemukan seorang model dan menyuruhnya menandatangani kontrak dengan perusahaan kita." Kata Robert kaku dengan nada perintah yang sama sekali tidak bisa dibantah.
"Ok, boss. Apakah kau memiliki fotonya? Aku bisa membantumu dalam hal ini.."
Perlahan, Jojo menghembuskan nafas lega. Ternyata hanya menemukan seorang model. Itu tugas yang amat sangat ringan baginya karena koneksinya yang sangat luas, Jojo hanya tinggal menjentikkan ujung jarinya untuk menemukan informasi apapun yang ia butuhkan dalam dunia entertainment. Jojo terkekeh sendiri saat memikirkan jumlah bonus yang akan diterimanya. Lebih lagi, ia malah mulai membayangkan berapa banyak shopping bag yang bisa ia borong nantinya.
Tapi semenit berikutnya, ketika ia selesai mendownload semua foto yang ia terima dari Robert, matanya langsung melotot kaget sementara tangannya menutupi mulut untuk menahan teriakan kecil yang spontan keluar dari mulutnya.
Itu Snow. Alias Arissa.
Orang yang sama yang ia paksa untuk menjadi cover model dadakan dan ternyata kehadiran singkatnya mampu membius mata semua orang. Lebih parah lagi, Robert tertarik padanya!!! Astaga!
Astaga!
Jojo hanya bisa mengutuki dirinya sendiri sekarang. Ia tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis saat ini. Instingnya terhadap Arissa tak pernah salah, malah tergolong sangat sukses di percobaan pertamanya sebagai seorang model pengganti. Masalahnya, apakah sekarang Arissa mau menerima tawaran ini?
Jojo langsung menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Bagaimana ia harus mengatakan hal ini pada Arissa? Lebih tepatnya, bagaimana ia bisa meyakinkan Arissa untuk mau menjadi seorang model?
............…..
Linfey masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Tubuhnya masih terasa lemas tapi perutnya sudah tak terlalu sakit seperti sebelumnya. Besok, mungkin ia sudah bisa pulang. Sisanya ia hanya harus mengambil cuti beberapa hari lagi di rumahnya.
Ia baru saja selesai menelepon Robert ketika asistennya, Della, masuk sambil membawa semangkuk bubur ayam yang masih hangat. Linfey lalu mengucapkan terima kasih sambil tersenyum lemah. Hari ini ia memang tidak bisa datang ke sesi pemotretan tapi toh, dalam beberapa hari ke depan, ia sudah bisa beraktivitas normal seperti biasa.
Linfey tidak mendengar berita apapun hari ini dari studio Fashion Blast jadi ia berpikir kalau mereka sedang melakukan sesi pemotretan lain dan menunda sesi pemotretan untuk dirinya. Ia sama sekali tidak tahu kalau ada orang lain yang sudah menggantikan dirinya sebagai cover majalah.
"Bagaimana perutmu?" tanya Della kuatir.
"Sudah jauh lebih baik.…"balas Linfey singkat. Della menggeleng. Di hadapan orang lain, Linfey terlihat sangat ramah dan lembut tapi pada kenyataannya, ia sangat angkuh dan sombong pada semua orang dekatnya, termasuk Della.
"Robert meneleponmu?"
Linfey mengangguk. Seulas senyum muncul di wajahnya yang anggun.
"Apa ada kabar terbaru dari studio?" tanya Linfey penasaran. Della menggeleng pelan.
Linfey mengerutkan keningnya. Aneh! Kalau ia tidak bisa datang untuk melakukan pemotretan, biasanya dari pihak studio sudah mengkonfirmasi ulang jadwal supaya ia bisa melakukan sesi pemotretan berikutnya. Tapi hari ini, sama sekali tidak ada berita apapun.
"Coba kau telepon studio dan tanya jadwal berikutnya untukku.."
Della mengangguk dan melakukan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Linfey.
Tapi, tidak sampai 5 menit, Della kembali masuk ke dalam ruangan kamar dengan wajah panic dan menunjukkan beberapa foto di telepon genggamnya kepada Linfey.
"Katanya ada seorang model yang menggantikanmu hari ini…"
Wajah Linfey menunjukkan ekspresi kaget dan tak percaya.
"APA KAU BILANG?!!"