"Itu luar biasa." Nier tersenyum melihat puluhan gadis yang kini telah memakai pakaiannya.
Gadis gadis ini berumur 15-30 tahun, mereka semua cukup cantik tetapi sangat takut terhadap laki laki.
"Kau mesum, apa yang akan kita lakukan sekarang?" Lucia bingung karena party mereka penuh dengan gadis gadis yang tidak bisa bertarung.
"Kalian sedikit menjauh dari sini." Nier memperhatikan rumah bandit.
"Apa yang akan kau lakukan?" Yue bingung dengan sikap Nier.
Nier menyeringai dan menatap teman temannya, "Aku akan membakar rumah ini, ...aku hanya ingin memastikan tidak ada para bandit yang kembali kesini dan menaruh dendam ke desa."
Mereka semua terdiam mendengar jawaban Nier. Sebenarnya apa yang dikatakannya itu memang benar, mereka tidak tahu apakah semua bandit itu sudah terbunuh atau belum dan jika mereka membiarkan rumah ini tetap ada mungkin saja bandit yang masih hidup akan membangun kembali kelompoknya lalu menghancurkan desa karena dendam.
"Kau benar, aku tidak ingin melihat bandit menjijikan seperti mereka lagi." Lucia mengkerutkan keningnya.
"Sebentar..., kita tidak memiliki mage bukan?" Yue mengangkat alisnya, dia bertanya karena diantara mereka bertiga tidak ada yang menggunakan skill berelement api.
Nier tersenyum mendengar pertanyaan Yue, "Siapa yang butuh mage? aku punya kompor!"
Dengan santai Nier berjalan ke dalam rumah dan meletakan kompor di tengah ruangan, kompor itu membesar sepanjang 10 meter lalu dia kembali kedalam kelompoknya.
"Dark Stove tingkatkan ke suhu ekstrim!" Nier berteriak dengan keras.
Boooommmmm!
Rumah itu meledak dan dari atapnya terlihat api dark stove yang berwarna merah kegelapan masih menyala.
Para gadis yang telah menjadi budak menangis melihat rumah para bandit itu terbakar, mereka semua akhirnya mendapatkan kebebasannya lagi bagaimana bisa mereka tidak bahagia dengan kehancuran ini?
"Nier kompormu terlalu menakutkan." Lucia menyipitkan matanya melihat rumah yang terbakar.
"Apa kamu tidak mengingat sesuatu tentang kompor dan ledakan?" Nier tersenyum, yang dia maksud adalah ledakan di dapur Orcoz.
"..." Lucia diam dan menatap api yang semakin membesar.
"Baiklah ayo kita kembali ke desa!"
* * *
Sudah jam 9 pagi dan mereka telah mengantarkan para gadis kembali ke desa. Sebelum Gord memberi hadiah kepadanya Nier langsung logout, dia sudah bermain terlalu lama dan bahkan tidak berlari pagi ini.
Hal pertama yang dilakukan Rein setelah keluar dari permainan adalah berguling guling dikasur. Setelah bermain Exaworld Online dia tidak pernah tidur karena kesadarannya akan ditransfer ke dalam permainan, walaupun itu tetap baik untuk fisiknya tetapi tidak untuk mentalnya, dia juga butuh mengistirahatkan mentalnya.
"Apa yang dilakukan pemain ranker yang terus merebutkan peringkat tertinggi? Apakah mereka menjadi no life di dunia nyata?" Rein masih berguling guling di kasur dan mulai berbicara sendiri.
"Tunggu... kenapa no life jika pekerjaannya adalah permainan? apa pemain ranker Indonesia juga seperti itu? Rudi juga mengatakan kalau memasuki guild akan diberi gaji tetap..." Rein berhenti berguling lalu membuka smartphonenya.
Dia membuka browsernya dan mengunjungi forum Exaworld Online, yang pertama dilihatnya adalah informasi tentang turnamen nasional yang akan berlangsung di seluruh negara termasuk indonesia.
Acara yang akan diadakan nanti malam ternyata bukan hanya diadakan di Indonesia saja tetapi juga diseluruh negara.
"Sepertinya Exaworld sangat habis habisan tentang turnamen kali ini kuharap hadiah yang diberikan juga begitu." Rein menyeringai dan kembali menelusuri forum, sayangnya tidak ada yang menarik lalu dia mematikan smartphonenya.
Masih ada sekitar 8 jam sebelum Lucia menjemputnya, tentu saja dia harus bersiap dan mulai merapikan diri, bagaimana mungkin dia terlihat jelek jika Lucia terlihat seperti malaikat! itu tidak dapat diterima.
8 jam berlalu dengan cepat, Rein memakai setelan jas dan sepatu yang terlihat formal, dia tidak tahu apa apa tentang acara yang dimaksud oleh Lucia jadi dia hanya memakai apa yang diperintahkan.
"Kakak, ada apa dengan bajumu?" Suara yang imut terdengar dari belakang Rein.
"Aku ingin mengikuti pesta yang akan diadakan oleh pihak Exaworld." Rein merapikan rambut hitamnya.
"Bukannya kakak baru bermain selama sebulan?" Remi mengangkat alisnya karena penasaran.
"Tenang saja, kakakmu tidak akan masuk secara ilegal kok..." Rein tersenyum melihat adik yang mengkhawatirkannya.
Vroommm!
Suara mobil terdengar dari depan rumah Rein. Tentu saja dia sudah tahu siapa yang datang, suara ini telah membekas di hati Rein yang menyebabkan dia terus merenungkan nasibnya.
Rein membuka pintu dan melihat mobil Ferrari berwarna putih, dan dia tidak lupa melihat ekspresi Remi yang terkejut di sebelahnya.
Rein mendekatkan wajahnya ke telinga Remi lalu berbisik, "Remi, sambutlah calon kakak iparmu."
"A-Apa!" Remi terkejut tetapi dengan cepat menenangkan dirinya.
Pintu mobil terbuka dan terlihat Lucia yang mengenakan gaun berwarna putih keluar dari mobil dan berjalan ke arahnya.
Rein dan Remi tetap terdiam melihat Lucia yang berdiri di depannya, lucia tiba tiba tersenyum, "Jadi ini Remi?"
"Iya dia adikku, kamu terlihat cantik seperti biasanya Lucia." Rein membalas senyumnya.
Lucia menatap Remi lalu memperkenalkan dirinya dengan sopan, "Halo adik kecil, namaku Lucia Erilyn salam kenal ya..."
Rein melihat Remi yang masih terdiam menjadi sedikit tertawa karena tingkahnya, lalu dia mengetuk bahu Remi untuk menyadarkannya.
"Eh.. ahh... halo juga, namaku Remi salam kenal juga kakak ipar." Remi membungkuk.
"Uhukk.. uhukkk..." Rein yang berada disebelahnya panik dan tersedak.
Lucia juga terkejut dan dia menatap Rein dengan tajam, Rein sendiri memalingkan wajahnya dari Lucia.
"Tidak Remi, aku dan Nier hanya teman." Jawab Lucia dengan tersenyum.
Jawaban singkat itu membuat Rein seperti dibanting dari surga ke neraka, wajahnya menjadi terlihat masam.
"Nier? Siapa? Maksudmu kakak?" Remi mengangkat alisnya karena bingung.
"Ohh.. aku sampai melupakan itu, yah... itu kakakmu kami hanya berteman." Lucia tersenyum.
"Ok stop stop, mari kita akhiri percakapan yang tidak berguna ini." Rein memasang wajah sedih.
Lucia dan Remi terlihat menahan tawanya ketika Rein memisahkan mereka berdua. Setelah perkenalan yang singkat Lucia dan Remi saling berjabat tangan.
Rein sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi, mereka baru saja bertemu tetapi sudah terlihat akrab? wanita itu memang sangat aneh.
"Oke kalau begitu kami akan pergi dulu." Lucia tersenyum ke arah Remi.
"Kakak Lucia... jaga kakakku yaa." Remi balik tersenyum.
Rein dan Lucia berjalan ke mobil lalu masuk kedalamnya. Dia bingung tentang hubungan Lucia dan adiknya, karena penasaran dia tidak tahan lagi untuk bertanya.
"Lucia, kamu mengenal adikku?" Rein mengangkat alisnya.
"Entah..., mungkin iya dan mungkin saja tidak..." Ucap Lucia dengan nada yang menggoda Rein.
Merasa dirinya telah dibodohi Rein tidak lagi bertanya, dan mengosongkan apa yang ada di benaknya.
Karena Rein tidak memiliki kartu SIM dia duduk di kursi penumpang dan membiarkan Lucia yang menyetirnya.
Ding!
Suara smartphone berbunyi, Rein langsung mengambil smartphonenya karena yang memiliki kontaknya hanya keluarga dan sedikit temannya, biasanya jika ada pesan itu pasti pesan yang penting.
Lalu dia melihat sebuah pesan yang dikirim oleh Remi.
『 Remi: Kakak, kamu tahu? Kakak ipar itu sangat menarik, jadi aku menerimanya! 』
===========================
Jangan lupa vote dan comment