Bab 2 Menjaga Diri
Entah kenapa semenjak menginjakan kaki di Jakarta, Kayla sangat mudah mendapatkan tempat tinggal dan juga pekerjaan. Menurut Kayla ini semua bantuan dari kedua orangtuanya yang memohon pada Tuhan untuk dimudahkan segalanya.
Walau terlihat begitu mudah, tapi Kayla tetap harus berusaha untuk mandiri di kota yang sama sekali tidak pernah dia datangi itu. Mulai dari membiasakan diri dengan lingkungan dan juga beradaptasi dengan sekitar tempat tinggal juga pekerjaannya.
Sambil bekerja, Kayla menyempatkan untuk mencari informasi tentang kampus yang kelak menjadi tempat dirinya untuk menimba ilmu. Kayla harus mencari kampus yang menerima mahasiswa lanjutan dari kampusnya yang terdahulu. Beruntungnya, ada kampus yang tidak jauh dari tempat tinggalnya menerima mahasiswa pindahan.
Sepulang dari tempat kerja Kayla menyempatkan untuk mencari informasi tentang universitas itu, mulai dari berapa biayanya dan sebagainya. Untuk Kayla sebenarnya universitas itu terlalu mahal, tapi dia ingin memberikan yang terbaik buat mendiang kedua orangtuanya.
Setiap hari sebelum Kayla resmi menjadi mahasiswa, dia disibukkan dengan pekerjaan dia sebagai pelayan. Kayla bertemu dengan berbagai kalangan setiap harinya. Kayla juga suka bertemu sekumpulan mahasiswa sambil mengerjakan tugas di tempatnya bekerja. Kadang Kayla merasa iri dengan mereka, tapi dengan cepat Kayla menepis semua rasa irinya dan kembali bekerja.
"Hari ini bawa roti lagi?" tanya Deni yang menghampiri Kayla saat jam istirahat tiba. Kayla melirik dan tersenyum mengangguk pada Deni sambil menyimpan buku yang tadi dia baca ke dalam ranselnya.
"... kenapa tidak makan, makanan yang ada di sini? 'Kan sudah disediakan," tanya Deni lagi.
"Aku kurang begitu suka dengan makanan cepat saji. Maklum lidah kampung, jadi belum terbiasa saja," jawab Kayla sambil menikmati roti di tangannya. Deni yang mendengar ucapa Kayla terkekeh, "Aku tidak menyangka kamu orangnya bisa lucu juga." Kayla ikut tertawa kecil.
Orang pertama yang Kayla kenal di Jakarta adalah Deni. Dilihat dari parasnya Deni seperti seumuran dengannya. Tidak banyak yang Kayla kenal di tempat kerjanya, karena dia cukup menutup diri dan tidak membiasakan diri bergabung pada jam istirahat tiba. Hanya Denilah yang mau menghampirinya saat itu.
Bukan menutup diri, tapi lebih menjaga diri dari pergaulan kota Jakarta. Seperti pesan almarhum ayahnya, kalau dia harus memilih teman agar tidak terbawa sesat dalam pergaulan yang bebas. Terlebih, Feri selalu mengawasi dirinya dari jauh dan terus mengingatkan Kayla agar selalu berhati-hati di kota orang.
Selesai istirahat, Kayla akan kembali bekerja. Dia benar-benar menggunakan waktunya untuk bekerja dan sama sekali tidak berkerumun dengan pegawai lainnya untuk sekedar mengisi jam kosong saat bekerja. Kayla menggunakan waktu kerjanya benar-benar hanya untuk bekerja. Itulah mengapa atasannya sangat menyukai Kayla. Hal ini juga yang menjadi gosip kalau dia hanya mencari perhatian atasan saja dari teman-teman kerjanya. Tapi, Kayla ssma sekali tidak menghiraukan itu dan tetap konsentrasi bekerja.
Selepas bekerja, Kayla selalu menyempatkan mampir ke toko buku yang berada di jalan arah pulang ke rumahnya. Setiap harinya seperti itu sehingga dia sama sekali tidak mempunyai teman kecuali Deni teman kerjanya. Walaupun Kayla menutup diri, dia tetap bertegur sapa dengan tetangganya apabila saat pulang kerja mereka berada di sepanjang jalan.
Sebelum pulang ke rumah, Kayla akan mampir terlebih dahulu di warung yang menjual makanan rumahan.
"Eh Neng, seperti biasa ya?" ucap penjual nasi itu, Kayla mengangguk tersenyum.
Ya ... Dia selalu memesan telur dadar dan juga tumisan sayur dengan nasi setengah. Pesanannya selalu seperti itu dan tidak pernah berubah, sehingga pemilik warung tahu saat Kayla datang ke sana.
Keseharian Kayla buat orang yang tinggal di Jakarta munkin akan sangat membosankan, tapi tidak untuknya. Dia benar-benar menikmati kehidupannya saat ini. Sampai di tempat tinggalnya, Kayla terlebih dahulu membersihkan diri sebelum melahap makanannya. Tidak lupa dia selalu mengirimkan kabar pada Feri kalau dirinya sudah tiba dengan selamat.
Setelah menyantap makanannya, Kayla mulai mempersiapkan semua berkas-berkas, karena mulai besok dia akan mendaftar ke universitas. Setelah melakukan pendaftaran melalui on-line, Kayla harus memasukkan data dirinya ke kampus beserta skrip nilai dan juga pembayaran pertama untuk pendaftaran.
Kayla menatap foto kedua orangtuanya, sambil meneteskan air matanya. Dia tidak menyangka kalau dia akan benar-benar hidup sendiri. Dia berjuang sendiri. Kalau bukan karena impian ayahnya, Kayla tidak akan mau mekllanjutkan pendidikannya. Tapi, semua ini demi sang ayah, demi impiannya.
Kayla sengaja menukar shift kerjanya besok untuk mengurus semuanya. Semua berkas-berkas dan persyaratan untuk pendaftaran ke universitas sudah lengkap. Sambil membawa foto kedua orang tuanya, Kayla merebahkan tubuhnya dan memeluk foto yang ada di dadanya.
'Ibu, Ayah, aku pasti akan menjadi orang yang sukses. Kalian adalah alasan aku bertahan hidup sekarang. Kalian adalah satu-satunya sumber kekuatan aku. Aku sangat merindukan kalian Ibu, Ayah!' sambil menutup matanya Kayla berdoa dan berharap kalau dia bisa bertemu dengan keduanya walau hanya dalam mimpi.
~Bersambung~