Zio dan Asya terdiam sambil saling memandang. Kedatangan pria itu membuat semua terdiam. Dia adalah Reyvan musuhnya Asya yang tadi mengajak balapan dengan Asya.
"Kalian asik berbicara berdua, sampai melupakan aku, huh?" Reyvan tersenyum miring. Dan Zio hanya tersenyum malas.
Semenjak SMA Reyvan memang selalu tidak mau kalah dengan Zio. Apalagi Reyvan seolah selalu mendekati Asya setiap ada kesempatan. Namun sayang Asya tidak pernah mau di dekati oleh Reyvan. Karena Reyvan itu termasuk keras melebihi Zio. Reyvan bahkan selalu menghalalkan segala cara demi mendapatkan semua yang dia mau.
Karena Reyvan itu anak dari seorang mafia. Yang sangat terkenal di Indonesia. Ayahnya Reyvan adalah Jhon Wey ketua preman yang kaya raya, karena memiliki 80 persen diskotik di Indonesia.
Kekayaan keluarga Reyvan tiada banding. Bahkan perusahaan Daddy-nya Zio sendiri masih di bawah Reyvan. Karena itulah seolah Reyvan tak mau terkalahkan oleh Zio dalam segala hal.
Selain arogan Reyvan juga selalu mau menang sendiri. Saat dia kalah balapan dari Zio. Reyvan akan mengamuk dan tidak segan untuk memukuli anak buahnya sendiri.
Bau amunisi menyengat dengan sangat keras. Saat kini Zio malah tersenyum seolah menyepelekan kehadiran Reyvan di hadapan mereka. Dan itu membuat Reyvan tidak senang.
"Kalian melupakan keberadaanku." sekali lagi Reyvan tersenyum dengan mata yang memicing.
"Hmm, makasih sudah membawa aku ke sini." Asya mencoba menyunggingkan senyumnya. Tetapi seolah di paksakan. Sedangkan Zio hanya terdiam. Zio memang tidak pernah akur dengan Reyvan. Apalagi dulu Reyvan pernah mengusik Zio dengan melaporkan Zio ke Polisi ketika Zio sedang tawuran semasa SMA.
Masa SMA Zio memang tidak jauh dari tawuran. Tetapi setiap ada polisi yang menggiring Zio ke jeruji besi, selalu ada abang Vano yang melindungi Zio dan membebaskan Zio dari tahanan.
Zio anak yang nakal selama SMA. Selain selalu berganti-ganti pasangan remaja itu pun selalu tawuran, dan abang Vano menjadi Dewa pelindung untuknya.
Tetapi kenakalan Zio itu selalu di simpan rapih oleh sang kakak. Vano selalu merahasiakan semua kenakalan adiknya di hadapan kedua orangtua dan keluarga besarnya. Itu hanya bertujuan agar kedua orangtuanya tidak merasa pusing. Dan malah darah tinggi karena memikirkan kenakalan sang buah hati yang nakalnya tidak ketulungan.
Dan sampai sekarang abang Vano masih selalu melindungi adik bungsunya. Karena itulah Zio semakin menyayangi sang kakak. Walau kini Zio sudah mulai beranjak dewasa dan sudah tidak tawuran antar sekolah lagi, tetapi kebiasaan berganti-ganti pasangan masih selalu dia lakukan. Dan abang Vano masih pusing karena tingkah adiknya. Karena jika Zio sudah menginap dengan seorang perempuan, dia akan kebagian membayar biaya hotel sang adik.
Terkadang abang Vano kesal dengan sikap bastard sang adik tetapi ia selalu sabar. Karena ia anak yang paling tua dan harus selalu melindungi keluarganya. Tetapi kenakalam Zio tidak sebanding dengan Reyvan. Karena ayah Reyvan mafia terkenal, yaitu tuan Jhon Wey. Maka Reyvan bersikap deskriminasi dan berlaku menjadi sang diktator. Untuk semua anak buahnya.
Tetapi Zio paling tidak mau berhubungan dengan Reyvan. Jika mereka berdekatan seperti ini seolah ada bau amunisi di antara mereka.
"Iya aku kurang baik apa, kamu bahkan kalah saat balapan tadi," kata Reyvan dengan nada mengejek.
"Iya aku kalah." Asya terlihat sedih. Asya biasanya tidak kalah. Tetapi karena rem motornya tiba-tiba blong, akhirnya motor Asya oleng dan beruntung Asya melompat sebelum akhirnya motornya menabrak pohon. Karena itulah kaki Asya patah.
"Ada apa dengan motormu, bukankah semua baik-baik saja, aku tidak percaya motormu rusak begitu saja, padahal selama ini aku yang selalu membantu mengecek motomu," kata Zio dengan suara rendah namun penuh dengan penekanan.
Zio curiga dengan tragedi kecelakaan ini adalah hasil rekaya dari Reyvan. Karena Zio tau sendiri bahwa Reyvan sangat suka dengan Asya. Asya memang gadis cantik dan polos karena itulah banyak pria menyukai Asya. Termasuk Reyvan sendiri seolah berambisi untuk mendapatkan gadis tersebut. Reyvan tidak tahu bahwa Asya memiliki trauma buruk dengan pria. Karena dia pernah salah masuk kamar tiga tahun lalu dan malah masuk ke dalam kamar bandot tua, sehingga Asya di siksa dan di nodai oleh kakek tua itu.
Asya terdiam ketika Zio mengatakan semuanya.
"Itu murni sebuah kecelakaan," kata Reyvan sambil mendekati Asya dan Zio.
"Iya aku tahu, itu kesalahanku," lirih Asya.
"Baiklah-baiklah, kamu memang kecelakaan dan tidak sampai ke finis maka pemenangnya adalah aku, dan kamu tahu kan harus apa jika kalah," kata Reyvan dengan senyum sinisnya.
"Apa yang harus kamu lakukan Sya?" tanya Zio dengan kening yang mengerut.
"Aku harus bayar uang 100 juta Zio, kalau tidak aku harus jadi kekasihnya, selama satu bulan" lirih Asya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Apa? Seratus juta? Kamu gila Sya?!" kata Zio dengan sangat keras. Pria itu terkejut dengan apa yang Asya katakan kepadanya.
"Aku hanya percaya diri saja, tidak menyangka bahwa aku akan terjatuh," lirih Asya dengan wajah yang sendu.
"Bukankah sudah aku peringati, kamu tidak menurut apa yang aku katakan, ya ampun Asya, uang 100 juta itu bukan jumlah yang sedikit," kata Zio sambil menahan amarahnya.
"Iya aku tahu, aku salah Zio," kata Asya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kamu itu ...."
"Tenang saja ada pilihan kedua, dan aku lebih suka itu," kata Reyvan dengan senyum devilnya. Zio mengepalkan tangannya ketika Reyvan berkata seperti itu.
Pria tampan itu tidak terima bahwa sang sahabat kini sudah menjadi bulan-bulanan dari musuh bebuyutannya.
"Tidak bisa, aku akan membantu membayar uangnya, tidak akan aku biarkan kamu menyentuh Asya," kata Zio dengan suara yang rendah.
"Terserah kamu saja, aku menerima opsi satu dan dua, terserah." Reyvan terkekeh lalu pergi meninggalkan Zio dan Asya.
Asya sendiri hanya terdiam dengan wajah yang sendu. Wanita itu kini sudah masuk ke dalam perangkap dari anak mafia itu. Asya menyesali karena tidak mendengarkan ucapan Zio dan malah dia sangat nekad melawan Reyvan, taunya mungkin saja Reyvan menjebak Asya dengan kelicikannya
"Kamu itu membuat aku kecewa, aku sudah mengatakan bahwa dia itu orang yang licik, dia bukan orang baik," kata Zio dengan suara rendah.
"Maaf." Gadis itu hanya bisa menundukkan wajahnya, dia tidak bisa membuang rasa sesal dalam dadanya.
"Aku tidak bisa membiarkanmu jatuh ke dalam peranhkap bedebah itu, aku akan mengusahakan mendapatkan uang itu secepatnya," kata zio dengan suara rendah.
"Tidak zio tidak perlu," tangkas Asya.
"Diamlah dasar gadis pembangkang," kata zio dengan suara yang lantang dan wajah yang kesal.