"Tito?" Zio berkata dengan sebuah kelegaan yang terpancar di wajahnya.
"Iya ini aku, aduh Asya kamu kenapa?" Tito langsung menghampiri Asya dan memeluk Asya dengan lembut. Tito tidak tahu kalau di ruangan itu ada kedua orangtuanya Asya.
"Aku gak kenapa-kenapa, ko. Kamu jangan khawatir ya." Asya tersenyum dengan manis.
Kedua orang tua Asya mengerutkan dahinya. Kenapa bisa-bisanya ada anak laki-laki memeluk putri mereka.
"Eh tunggu-tunggu, ada apa ini datang-datang main peluk seperti itu, kamu sangat tidak sopan, lihat di sini ada kedua orangtuanya Asya," tangkas papa hendrik sambil menarik tubuh Tito yang sedang memeluk putrinya.
"Aduh om, Tante. Mohon maaf Tito tidak lihat ada Om dan tante di sini, saking cemasnya Tito langsung masuk dan memeluk Asya." Pria itu kesakitan saat papa Hendrik menjewer telinganya.
Zio terkekeh melihat tito di jewer seperti itu. Begitu pula dengan Asya.
"Udah Pa, kasian Tito," ucap Asya dengan senyumannya.
"Asya, kamu belain anak gak tau diri ini, dia tidak sopan tiba-tiba memeluk kamu tanpa permisi," kata papa Hendrik.
"Dia tito pa sahabat Asya," jawab Asya.
"Benarkah?"
"Iya Om, aduh sakit, lepasin Om." Tito kesakitan. Sedang Zio hanya terkekeh karena bisa menonton adegan lucu tersebut.
Papa Hendrik lalu melepaskan jewerannya itu.
"Aduh Om tega sekali sama Tito, perkenalkan Om saya Tito teman main Asya," kata Tito sambil mengelus lembut telingannya yang kemerahan karen jeweran tadi.
"Tito kamu jangan seenaknya mau meluk anak saya seperti itu, kalau pun kalian berteman, kamu tidak menghargai Zio ada disini?" kata apa Henrik kepada Tito.
"Zio? Apa hubungannya aku mau meluk Asya dengan kehadiran Zio di sini, Om?" Tito mengerutkan dahinya mencoba untuk menggaruk kepalanya padahal tidak gatal sama sekali.
"Jelas saja ada hubungannya Tito, bukankah Zio kekasihnya Asya," kata Papa Hendrik kepada Tito.
"Semenjak kapan dia menjadi kekasihnya Asya, Om he he he." Tito terkekeh dia benar-benar merasa sakit perut mendengar ucapan dari ayahnya Asya.
"Loh kenapa kamu tertawa? Bukankah itu sebuah kenyataan," jawab pak Hendrik.
"Zio itu bukan kekasihnya Asya, Zio punya pacar namanya Alea Om. Om itu gimana sih bikin di tito tertawa, tidak ada antinya tapi lucu, lucu juga sih Om lucu," ucap Tito kepada Papa Hendrik. Pak Hendrik terdiam dan terlihat tidak suka dengan ucapan Tito barusan.
"Kamu jangan sembarangan berbicara ya." Tuan Hendrik benar-benar tidak suka.
"Oh maaf apa yang dikatakan Tito adalah kenyataan, aku dan Asya tidak punya hubungan apapun dan Alea adalah orang yang paling aku sayangi saat ini," kata Zio dengan suara yang tegas.
"Benar Papa, apa yang dikatakan Tito dan Zio itu adalah kenyataan, aku Tito dan Zio Kami bertiga bersahabat Papa, dan Asya masih belum memiliki seorang kekasih," kata Asya dengan suara yang rendah, namun terdengar jelas di telinga mama dan papanya.
"Dengar tuh Papa kata anak-anak, Papa tu suka berpikiran yang aneh-aneh saja," ucap Mama Aida kepada sang suami.
"Tapi memang kan Zio begitu perhatian kepada putri kita, Ma," kata papa Hendrik.
"Aku Sayang sama Asya, Om. Tetapi bukan sebagai kekasih, hanya sebagai teman saja, Zio sayang sama perempuan lain," ucap Zio dengan senyuman yang manis.
"Jadi beneran kamu bukan calon menantu Papa?" Tuan Hendrik terlihat kecewa mendengar ucapan dari calon menantunya.
"Bukan Om, Ya sudah sekarang karena sudah ada Tito, aku harus kembali ke rumah karena kebetulan di rumah sedang kumpul keluarga, Om dan Tante tidak usah khawatirkan biaya yang sudah saya keluarkan, saya Ikhlas membantu Om dan Tante karena saya ingin membantu sahabat saya Asya cuma itu." Zio berkata dengam ramah.
"Hati-hati di kalan Zio," kata Tito.
"Makasi Zio," seru Asya.
"Makasi Nak Zio." Mama Aida tersenyum manis kepada Zio.
Lalu dengan segera dia pun pergi meninggalkan ruang rawat inapnya Asya. Dia merasa sangat tenang dan terbebas dari semua beban pikirnya, sedari tadi papanya Asya mengira bahwa Zio adalah kekasih dari putrinya. Padahal semua itu tidaklah benar. Dia tersenyum manis sambil berjalan menelusuri lorong sebuah Rumah Sakit.
Tetapi kini beban pikirannya bertambah ketika mengingat dari mana dia harus mencari uang 100 juta untuk membantu Asya. Zio sesaat tak menghentikan langkahnya, dia menyandarkan tubuhnya ke tembok dan memejamkan mata, dia harus memutar otak mencari cara untuk mendapatkan uang 100 juta tersebut, bagaimana pun caranya walau pun dengan cara meminjam dia harus segera mendapatkannya, karena dia tidak akan membiarkan Asya jatuh ke dalam perangkap untuk kedua kalinya.
___________________
Di sisi lain tuan Hendrik merasa kecewa dengan penjelasan dari Zio. Pasalnya tuan Hendrik sudah sangat suka pada Zio.
"Apa iya Zio punya seorang kekasih?" Sekali lagi papa Hendrik bertanya sambil menatap putrinya.
"Iya Papa, namanya Alea. Cuman alea sekarang sedang kuliah di luar Negeri, tetapi Zio begitu sayang pada Alea, karena itulah Papa tidak boleh berkata seperti itu lagi ya," seru Asya dengan suara yang rendah.
"Tapi kamu sangat cocok dengan Zio Sya, nama belakangnya sangat terkenal, keluarga Davis, bahkan sering muncul di televisi," ucap tuan Hendrik dengan kening yang mengerut.
"Papa kenapa bisa berkata seperti itu, kita memang bukan orang kaya seperti mereka, tetapi kenapa Papa tiba-tiba jadi matrealistis," kataama Aida dengan kening yang mengerut.
"Bukan matre Ma, tapi mereka keluarga yang sangat terkenal, mereka keluarga baik-baik, sangat berwibawa dan di segani, Papa hanya ingin yang terbaik untuk Asya," kata tuan Hendrik dengan wajah sendu.
"Papa, Asya pasti akan dapat jodoh yang terbaik Pa, Asya yakin ko. Tetapi bukan Zio Pa, karena Zio menyukai gadis yang bernama Alea." Asya berkata dengan suara yang rendah.
"Sudahlah jangan lanjutkan lagi pembahasan ini pa, kita fokus untuk kesembuhan Asya saja, Papa tuu kenapa mendadak aneh?" Mama Aida mendesahh dengan kesal.
"Ah ini terlalu rumit ya, Asya. Om Tante, sebaiknya Tito permisi dulu ya," ucap Tito
"Mau kemana?" tanya Asya.
"Tidak nyaman berada di sini Sya, saya permisi," kata Tito sambil pergi meninggalkan Asya dan kedua orangtuanya.
Asya lalu berjalan dengan cepat. Tiba-tiba langkah Tito terhenti karena Tito melihat seorang gadis yang sudah tidak dia lihat. Tito dengan segera mengikuti gadis tersebut. Dan ternyata benar saja gadis itu adalah gadis yang sangat dia kenal.
"Ya ampun ini sebuah kejutan," seru Tito dalam hatinya lalu Tito bergegas mengikuti gadis tersebut. Tito tidak mau ketinggalan informasi sama sekali. Dengan cepat Tito menguntit keberadaan orang tersebut.