"Zio, ya Tuhan." Wanita yang baru datang itu langsung berlari menuju ke arah ranjangnya Zio.
"Aduh, apa-apaan ini, kamu tidak boleh mengganggu lelakiku," pekik Nara sambil menghadang tubuh wanita itu dengan cepat.
"Kamu itu tidak tahu malu, Zio milikku, kamu seenaknya merayu dia di sini," teriak wanita berambut pirang itu.
"Zio milikku bukan milikmu," kata Nara dengan wajah yang kesal. Padahal Nara itu kini hanya mengenakan kemeja putih milik Zio yang mengumbar paha putihnya yang mulus.
"Diam perempuan gatal!" teriak wanita itu kesal dan itu sontak membuat Zio terbangun.
Pria itu mencoba untuk membuka matanya dengan perlahan. Matanya sepet sulit untuk di buka, tetapi suara berisik itu membuat mimpi indahnya pudar dengan sesaat.
"Jaga ucapanmu!" Nara mendorong wanita itu.
"Agnes, Nara untuk apa mereka bikin onar di kamarku," kata Zio di dasar hatinya sambil mengucek matanya.
"Kamu tidak tahu siapa aku, aku adalah Agnes kekasih Zio, tidak sepantasnya kamu dengan sangat murahan merangkak naik ke atas ranjangnya, wanita sialan." Agnes mencoba mendorong tubuh Nara dan Nara melawan sehingga akhirnya mereka kini saling mendorong. Dan saling menjambak.
"Ahh sialan, jalang!" teriak Nara sambil terus mejambak Agnes begitu pula dengan Agnes melawan semua tindakan Nara.
Agnes mencakar wajah Nara sampai berbekas warna merah, dan Nara pun membalas.
Kini Zio terbangun dan hanya duduk santai di atas kasur. Pria itu sama sekali tidak merasa bersalah karena kedua wanitanya berkelahi.
Dia malah dengan santai duduk dan memainkan ponselnya. Lalu memfoto kejadian tersebut.
"Aahhh ... aku tidak akan membiarkan wanita sepertimu mengambil Zio dariku." Agnes kembali berteriak.
"Tidak bisa, Zio milikku. Kamulah yang seharusnya enyah dari sini, kamu datang bagaikan sapi yang mengamuk, mengganggu kami," balas Nara dengan semua kekesalannya terus mencoba memukul Agnes namun Agnes menangkis dah malah mencakar Nara kembali.
Lagi-lagi Zio hanya terdiam sama sekali malas untuk melerai, sampai akhirnya Tito datang dengan dada yang terbuka.
"Hei kalian itu sangat berisik, diam kalau tidak, aku akan melaporkan kalian ke kantor polisi," tegas Tito dengan kencang. Kini wanita yang bernama Agnes dan Nara itu sudah berhasil di pisahkan oleh Tito. Sedang Zio lagi-lagi hanya jadi penonton sambil mengisap nikotin yang membuahkan asap tebal di mulutnya.
"Huh hah ... lelah sekali," lirih Naya mengstabilkan napasnya. Rasa lelah sudah menjalar ke seluruh nadinya. Wajahnya berantakan dengan luka cakar yang memerah mewarnai pipi cantiknya.
Begitu pula dengan Agnes, cewe bule itu pun benar-benar merasa kesakitan karena bahkan tadi sempat di pukul oleh Nara. Dan membuat sudut bibirnya berdarah.
"Kalian kenapa, mengganggu waktu istrirahatku," seru Zio dengan perlahan. Dan itu membuat Agnes dan Nara menatap ke arah pria yang sangat mereka sukai dan mereka perebutkan.
"Sayang." Nara tidak bisa berkata-kata.
"Honey, apa-apaan ini, kamu bermalam dengan dia? Agnes menatap Zio dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kalian siapaku, huh?" tanya Zio dengan santai sambil menghisap nikotinnya.
"Aku, aku kekasihmu."
"Aku yang kekasihmu."
Kedua wanita itu tidak mau kalah. Dan kini saling menatap sinis. Baik Agnes atau pun Nara sungguh ingin terlihat menang.
"Siapa yang kekasihku?" Sekali lagi Zio bertanya.
"Aku."
"Tidak Sayang, tapi aku."
"Kalian itu sungguh tidak mau kalah ya?" kata Tito terkekeh.
"Kalian di sini hanya teman kencanku, bukan berarti kalian kekasihku, kapan aku menyatakan cinta kepada kalian?" Zio menyunggingkan senyum sinisnya. Pria itu berdiri sambil mengenakan handuk di pinggangnya.
"Zio emhh ... aku sangat mencintaimu," lirih Naya.
"Tidak Zio, tapi akulah yang sangat mencintaimu," tangkis Agnes.
"Sudahlah kalian terlalu berisik, karena kalian aku tidak bisa melanjutkan tidurku, begini Agnes dan kamu Nara, aku tidak memaksa kalian untuk tidur denganku, aku hanya mengikuti keinginan kalian saja, bukan berarti kalian bisa mengklaim aku sebagai kekasih kalian, aku bukan kekasih kalian, lagian aku mana mau tidur dengan orang yang sama, berulang kali." Pria itu berkata dengan nada santai.
Perkataannya sontak membuat kedua wanita itu merasa malu. Benar saja Zio memang tidak pernah mau berpacaran dengan wanita mana pun. Karena yang Zio butuhkan hanya teman kencan satu malam saja.
"Zio, aku." Nara mengehentikan ucapannya. Dia merasa sakit hati dan malu dengan apa yang dia dengar barusan. Begitu pula dengan Agnes.
"Lihat wajah kalian, merah penuh carakaran kuku, tidak cantik sama sekali," balas Tito terkekeh.
"Kamu." Agnes merasa tidak senang dengan ucapan Tito barusan.
"Apa, huh?" Tito kembali terkekeh. Dan kedua wanita itu hanya bisa terdiam tak bisa berkutik sama sekali.
"Begini, aku tidak suka dengan apa yang kalian lakukan, kalian mengganggu mee time ku, tahukah kalian aku paling tidak suka di bangunkan," kata Zio sambil menatap kedua wanitanya.
"Zio maafkan aku, ini semua gara-gara wanita ini datang dengan tiba-tiba," seru Nara membela diri
"Kamu, kenapa menyalahkan aku," pekik Agnes.
"Kalian bisa diam?" Zio menatap tajam ke arah kedua wanita yang kini sudah sangat berantakan dengan rambut acak-acakan.
"I-iya." Nara terlihat ketakutan.
Begitu pula dengan Agnes.
"Begini, sebelum aku marah kepada kalian, pergilah dari sini secepatnya. Dan jangan temui aku lagi." Zio berkata dengan pelan namun penuh penekanan.
"Hah, Zio?" Agnes menitikan air matanya. Dia merasa sedih karena pria pujaan hatinya telah mengusir dia.
"Pergilah," timpal Tito.
"Aku juga?" Nara menatap Zio bagai anjing kebasahan.
"Hmm." Jawab Zio.
Dengan hati yang sakit Agnes keluar dari kamar hotel tersebut. Sedang Nara kini mencoba untuk memunguti semua pakaian miliknya yang sudah berserakan di lantai. Wanita itu langsung mengganti pakaian di kamar mandi dan pergi dengan wajah kecewa.
Tito terkekeh dengan sikap Zio. "Pantas saja kamu memberi pesan darurat padaku, kamu itu mengganggu sekali, padahal aku sedang asik memeluk Helena."
"Aku tidak suka ada keributan, betina seperti mereka tidak pantas untuk berteriak seperti itu di hadapanku, aku bahkan tidak pernah membujuk atau merayu mereka untuk tidur denganku, mereka sendiri yang nerayuku," kata Zio dengan suara yang rendah. Lalu menbuang puntung nikotin yang sudah hampir habis itu.
"Untung saja tidak ada petugas hotel, bisa-bisa terjadi sebuah gosip besar, tidak bisa di bayangkan keluargamu pasti akan marah, seorang penerus Davis terjebak dengan dua wanita di dalam kamar hotel, pasti Wartawan akan senang." Pria itu terkekeh mengejek sahabatnya. Dan Zio hanya terdiam tanpa tersenyum sama sekali.
"Apa yang kamu lakukan hari ini? Kita akan ke kampus atau membolos?" tanya tito.
"Ini hari minggu, aku akan pulang." Sahut Zio lalu bergegas ke kamar mandi.
Tiba-tiba saja telepon selulernya berdering. Ternyata itu adalah telepon dari rumah.
"Hah untuk apa Mommy meneleponku?" Zio terkejut dan jantungnya berpacu dengan sangat kencang. Dia sangat takut kejadian barusan di ketahui oleh keluarganya.
________
Catatan kecil Author :
Halo sahabat Zio. Apa kabarnya? Gimana pendapat kalian tentang Zio? tolong kemukakan pendapat kalian di kolom komentar dan jangan lupa beri batu kuasa kalian untuk si brengsekk Zio heheh.