Chereads / My Bastard Husband / Chapter 7 - Rasa Lelah

Chapter 7 - Rasa Lelah

"Apa maksud dari ucapanmu, Zio?" pertanyaan sang kakak memecah kesunyian. Semua sempat terdiam karena ucapan Zio tadi, termasuk dengan Clara sendiri. Dia tak tahu harus menjawab apa.

"Maksud Zio, kenapa Kak Cerry tidak mau mempercepat pernikahan jika memang kalian saling mencintai," lirih Zio degan tatapan sendu menatap kearah sang kakak dan sesaat memalingkan wajah kearah kakak iparnya.

"Zio tidak seperti itu, Kakak hanya masih sibuk saja, karier Kakak sebagai model membuat Kakak tidak bisa bernapas sama sekali," seru Clarysha dengan suara yang rendah. Wanita itu mamang sedikit kikuk. Karena pertanyaan Zio memang ada benarnya. Lagian dia bukanlah Cerry, jadi dia pun tidak tahu jawabannya sama sekali.

"Kalau Kakak lelah, berhentilah menjadi model dan menikahlah dengan orang yang Kakak cintai," kata Zio sambil meneguk minumannya.

"Aku pasti akan menikah, tetapi tidak sekarang, ok," lirih Clarysha dengan suara rendah. Vano sendiri memang merasa tertusuk oleh pertayaan dari sang adik. Dia sangat mencintai Cerrysha dan ingin segera menikah dengan wanita tersebut, tetapi kenapa Cerry bahkan tidak ada banyak waktu untuknya. Bahkan acara kumpul keluarga seperti pun harus di gantikan oleh Clarysha adiknya.

Sebuah pertanyaan besar tumbuh di benaknya. Apakah Cherrysha masih mencintai dirinya. Kenapa Cerry begitu cinta dengan pekerjaannya sampai-sampai Cerry harus berbohong padanya.

Mengingat hal itu sungguh membuat dirinya sakit. Rasa sakit timbul karena pria itu begitu mencintai tunangannya. Dia ingin selalu bersama dengan Cerry namun kini yang mendampingi dia malah Clarysha. Calon adik iparnya sendiri.

"Sudah lupakan dulu soal pernikahan, sebaiknya kita bahas hal lainya saja ya." Mommy Kisya mencium bau-bau perselisihan. sebagai seorang ibu, dia tidak mau ada pertengkaran di dalam rumahnya yang dia buat seperti sebuah istana. Karena memang moto Mommy Kisya adalah rumahku istanaku, rumah yang ia bangun seindah surga. Karena itulah dia tak mau ada perdebatan di surganya yang damai.

"Baiklah terserah Mommy." Pemuda berusia dua puluh tahun itu langsung pergi meninggalkan ruang keluarga.

"Sayang ragilnya Mommy, mau kemana, Sayang?" tanya Mommy Kisya.

"Zio mangantuk Mom, mau tidur sebentar," kata Zio sambil berjalan menelusuri anak tangga.

Zio memang sudah tidak nyaman jika terus berada di dalam ruang keluarga bersama dengan Cerrysha. Pria itu merasa bingung dengan sikap kakak iparnya. Zio menghempaskan tubuh lelahnya di atas kasur kesayangannya yang empuk,

"Emh nyaman sekali," desahh pria itu sambil memejamkan matanya. Lalu dia terigat kembali masa dimana Cerry sedang merayunya di hotel waktu itu.

"Kak Cerry, apa sih sebenarnya maunya kakak, kakak ingin terus bersama dengan abang Vano, tetapi malah menggodaku, bukankah kakak sudah tahu kalau aku dulu sempat tergila-gila kepadamu, dan sekarang pun kamu masih tidak mau memutuskan memilihku atau memilih abang, aku harap kak Cerry cepat memilih abang, karena sungguh aku tidak mau merusak hubungan kalian berdua, aku sekarang sudah punya seseorang yang harus aku berikan pelajaran, jika nanti saatnya aku bertemu dengan dia lagi, Alea. Tunggu sampai aku menemukanmu, kamu akan menerima akibatnya karena sudah berani meningglkan aku dan menyiksa kepala dan hatiku selama tiga tahun ini," lirih Zio di dasar hatinya.

Jujur saja, Zio memang merasa bingung dengan sikap sang kakak ipar, namun rasa cintanya untuk Cerry seolah pudar, karena setelah Alea memutuskan hubungan mereka saat itu, Zio seolah masih berharap Alea datang kembali dan memeluknya dengan dekapan cinta.

Selama tiga tahun ini Zio berusaha mencari keberadan Alea. Tetapi tiada hasil. Alea adalah satu-satunya gadis yang berani menolak dirinya. Karena itulah sebuah tantangan untuk si bastard ini untuk menaklukan hati gadis salju tersebut.

"Aku harus cari kamu kemana gadis nakal? Berani-beraninya kamu meninggalkan aku, bahkan kamu membuat aku gila, karena setiap aku melihat perempuan, aku berharap itu kamu, Lea-Lea-Lea, ya ampun aku ingin menangkapmu dan mengikatmu, mengunci kamu dalam kamar bersamaku agar kelak tidak seenaknya lagi pergi sesuka hati, aku lelah Lea lelah," lirih Zio sambil menutup matanya.

Pria itu merasa sangat lelah dengan aktivitasnya setiap hari, baginya tidak ada yang menyenangkan sama sekali, karena dia selalu saja di temani bayangan senyuman Alea yang manis. Tiba-tiba saja suara ponselnya bordering. Zio menoleh dan mengambil ponselnya tersebut.

"Asya?" seru Zio dengan kening yang mengerut. Dengan segera pria tampan itu menerima panggilan telepon tersebut.

"Asya hallo, ada apa?' Zio to the point.

"Zio, kamu sedang berada di mana?" tanya Asya.

"Aku sedang berada di rumah, Sya. Ada apa?" tanya Zio dengan malas.

"Kamu tidak mau ikut balapan denganku, kamu tahu tidak, kali ini taruhannya satu unit mobil milik Reyvan," kata Asya sumringah.

"Mobil itu bukannya mobil sport ya, ko bisa-bisanya si brengsekk Reyvan berani bermodal dengan tinggi?" Zio mengerutkan dahinya.

"Iya itu bahkan sebuah tantangan untukku, aku bahkan tidak punya mobil di rumah." Asya terkekeh.

"Ini seperti sebuah kejanggalan Sya, sebaiknya kamu jangan ikut," kata Zio.

"Loh ko begitu, ini tantangan loh Zio, kamu beneran gak mau ikut?" tanya Asya.

"Hmm … moodku sedang tidak baik, jadi jangankan untuk balap, untuk sekedar bangun pun aku malas, aku merasa lelah dengan hidupku, rasanya garing." Zio menghela napas panjang.

"Kamu curhat ceritanya?" Asya terkekeh.

"Ah kamu menyebalkan, sudah-sudah kamu pulang saja jangan ikutan balapan, aku mencium bau kecurangan," ucap Zio tegas.

"Zio, kamu tidak bisa mengaturku." Asya masih terkekeh.

"Oke-oke yang penting aku sudah memperingatkan kamu ya Sya, hati-hati," kata Zio dengan bersungguh-sungguh.

"Oke terima kasih Zio, aku tutup dulu ya, karena aku harus bersiap-siap," kata Asya sambil menutup sambungan telepon tersebut.

Zio melempar ponselnya lalu kembali memejamkan matanya. Pikirannya tak tentu arah, dia sangat ingin menemukan Alea, dan Zio juga sangat ingin kakak iparnya segera menikah dengan abangnya, karena ia tidak mau sampai merebut Cerry dari pelukan sang kakak.

Tidak di pungkiri bahwa semua rasa yang bertumpuk di dalam kepalanya semuanya hanya tentang Alea dan Cherrysha. Dua wanita yang sempat menjadi bayangan nyata untuk cintanya.

Zio akhirnya tertidur dalam kegundahan. Bahkan di dalam mimpinya pun Alea tidak nampak sama sekali. Padahal pria itu berharap bisa memimpikan gadis itu. Sampai akhirnya dia terbangun karena bermimpi buruk.

"ASYA!" teriak Zio dengan sangat kencang. Napasnya memburu dengan sangat cepat. Dia terkejut karena dia bermimpi buruk soal sahabatnya Asya. Keringat sudah mengucur dengan begitu deras.

"Asya apa yang terjadi kepadamu, kenapa perasaanku tidak enak?" Zio langsung bangun dan branjak keluar dari kamarnya, dengan setengah berlari.