Chereads / Bad Boy in the Mask / Chapter 2 - Chapter 1

Chapter 2 - Chapter 1

Selamat datang di chapter 1

Tinggalkan jejak dengan vote dan komen

Tandai jika ada typo (suka gentayangan di mana mana)

Thanks

Buat diri teman teman senyaman mungkin untuk membaca

Well, happy reading everyone

Hope you like it

❤❤❤

________________________________________

Friendship is so weird, you just pick a human you've met and you're like "Yup, I like this one" and you just do stuff with them

•• Anonim ••

________________________________________

Enam bulan sebelumnya

Jakarta, 16 Juli

06.30 a.m.

"Kaaakkkkk buruaaannnn ntar telat!" terikakku di pagi hari pertama akan masuk sekolah SMA. Aku sudah rapi, siap berangkat dan sedang menunggu kakakku di foyer depan.

"Bentar napa masih jam segini juga!" balas kak Brian sama berteriaknya. Ia masih menali tali sepatu kets dengan tas yang di selempang asal.

"Gue kan MOS. Kalau kakak sih enak udah kuliah, masuknya terserah!" semprotku sebal.

Beberapa detik berikutnya, kak Brian alias kakakku itu sudah berjalan setengah meter dari tempatku berdiri. "Dek, jangan marah - marah! Masih pagi nih, bising kuping gue!" balasnya, mencondongkan tubuh ke arahku sambil menunjuk - nunjuk lubang telinganya dengan jari kelingking kiri. Aku hanya memutar bola mata malas. "Uda pamit daddy belom?" lanjutnya dan aku langsung nyengir kuda. "Oh ya sih hehe saking semangatnya ampe lupa."

"Ooo dasar oon!" hardik kak Brian sambil menjitak kepalaku.

"Aw, sakit bego!" gaduhku, saat ingin membalas, daddy sudah berdiri di antara kami, memegang kepala kami masing - masing—melerai agar tidak memulai pertengkaran.

"Masih pagi, jangan ribut wahai anak - anak daddy!" kata daddy alay bin lebay. Tapi cukup berhasil membuat kami berhenti dan hanya saling melempar tatapan murka. Oh ya beliau juga sudah memakai setelan pertanda siap berangkat kerja.

"Dad aku berangkat ya," pamitku sambil salim di susul kak Brian. "Aku juga dad," katanya.

"Hati - hati, jangan ngebut, turunin aja adekmu sepuluh meter dari gerbang, suruh dia lompat biar tambah tinggi," kata daddy yang langsung kuhadiahi cemberut.

"Siap komandan!" tukas kak Brian semangat. Tangannya hormat ke daddy mirip hormat ke tiang bendera saat upacara hari senin. Btw, hampir lupa, sekarang hari senin, itu artinya aku juga harus upacara.

"Nyebeliiiinnnn!" teriakku marah.

Inilah yang kusebut sebagai duo jahilun. Daddy kalau sudah duet bersama kakak, jadi dua kali lipat sangat menyebalkan! Dan benar saja, saat sudah mendekati kawasan sekolah, kak Brian menuruti kalimat nyeleneh daddy, memberhentikan mobil tepat sepuluh meter dari gerbang dan mendorong - dorong lengan kurusku agar keluar. "Udah keluar sono lo dek!"

Wajahku murung seketika. "Ih kak masih jauh kali! Sampe depan gerbang napa sih?!" protesku, selain menghindari dorongan dari kak Brian juga sambil menunjuk depan gerbang.

"Udah sono! Keburu telat lho!"

"Jahat banget sih kak!"

"Makanya punya pacar!" tukas kak Brian.

"Apa hubungannya?"

"Biar lo di anterin ampe depan gerbang oon! Udah buruan sana keluar!" seru kak Brian. Dorongannya sudah ganti acara jadi menjitak kepalaku.

Kesal! Kenapa sih kakak selalu saja menjitak kepalaku? Jadi, mau tidak mau aku terpaksa keluar dari mobil. Jangan lupakan wajah cemberut dan sikap bar - barku yang menutup pintu mobil kak Brian dengan keras.

Biarin! Rasain! Emang ya duo jahilun itu! Huh!

Huuffftttt sabar Mel, sabar, ini hari pertama lo masuk sekolah, harus sabar dan tenang, rapalku dalam hati sambil melirik jam tangan Dior kesayanganku lalu mulai panik berlari ke sekolah karena sebentar lagi akan masuk dan upacara akan di segera mulai.

Terus berlari tidak melihat jalan, tiba - tiba tubuhku tertabrak seseorang sampai jatuh tersungkur di halaman sekolah. Dengan geram aku mengumpat, meringis dan berdecak sebal.

Demi Neptunus! Ini masih pagi, tapi kenapa semua orang seakan bersekongkol ingin membuatku kesal?!

Masih dengan posisi yang sama, aku baru hendak berdiri bersiap untuk memakinya tapi orang yang baru saja menabrakku sudah pergi. Great!

Sekali lagi aku berdecak tapi  memaksakan kesadaran untuk segera lari ke majalah dinding guna mencari info tentang kelasku karena ini sudah jam tujuh kurang dua menit. Itu artinya upacara akan segera di mulai dua menit lagi. Di samping itu aku juga harus meletakkan tas di dalam kelas sebelum bergabung ke lapangan. Entahlah dengan waktu dua menit ini sebenarnya aku juga tidak yakin mampu untuk tiba di lapangan tepat waktu.

Celingukan ke sana kemari, beruntungnya pandanganku menemukan mading yang letaknya tidak jauh dari gerbang, tapi sialnya kelasku berada di bangunan sekolah paling ujung. Tanpa menunda waktu lagi aku segera berlari ke sana.

Well, sekarang mungkin adalah hari senin pagi terkacau dalam hidupku. Bayangkan saja, aku sudah bangun pagi, lalu berangkat lebih awal yang sialnya diturunkan kak Brian sepuluh meter dari gerbang dan menabrak seseorang tapi orang tersebut tidak minta maaf, malah pergi begitu saja. Alhasil, aku benar - benar terlambat. Upacara sudah di mulai sejak sepuluh menit yang lalu.

Oh ya tasku sudah kuletakkan di bangku nomer tiga sebelah kanan jendela jika kau ingin tahu. Aku akan berterima kasih pada sahabatku sejak SMP bernama Karina yang ternyata sekelas denganku. Yang telah berbaik hati menyiapkan tempat sebangku dengannya melalui catatan kecil yang ia tinggalkan di atas meja—jaga - jaga jika aku tidak mengecek ponsel.

Meneruskan acara maraton pagiku ke lapangan upacara, sesampainya di sana, semua mata tertuju ke arahku yang malah tidak tahu malu menyusupkan diri ke salah satu barisan paling belakang karena terdekat dari arahku berlari. Aku juga sempat menyenggol seorang murid laki - laki, namun kuhiraukan. Selain itu, juga berusaha menghiraukan suara bisikan - bisikan dari deret barisan yang kususupi. Setidaknya, aku harus bertahan sampai upacara selesai.

Dan kau pasti tahu bagaimana kisah selanjutnya saat selesai ucpacara. Yap. Aku di panggil kakak OSIS—yang mengisi MOS di kelas—untuk di beri hukukan. Dan kau mungkin juga sudah menebak bentuk hukuman apa yang harus aku jalankan. Tentunya hukuman klasik yang sudah turun - temurun menjadi tradisi setiap sekolah.

Jadi, dengan berat hati, perasaan dongkol, mood hancur lebur, dan wajah cemberut aku berjalan ke tengah lapangan sesuai perintah salah satu kakak OSIS tadi.

Dan disinilah diriku berada. Di tengah lapangan menghadap tiang bendera. Satu - satunya yang kusyukuri adalah sekarang masih jam delapan pagi, jadi matahari yang menyorot dari ufuk timur masih sehat, masih banyak mengandung vitamin D, baik bagi tulang yang mungkin akan berguna untuk pertumbuhanku.

Dalam hati aku berhitung. Satu menit, lima menit, setengah jam, keringat mulai mengalir di dahiku. Empat puluh lima menit, sejam, rambut kuncir kudaku sudah mulai basah. Aku menyeka keringat ketika seseorang mengagetkanku.

"Dek, ini minumnya, ayo masuk aja."

Aku melihat sebotol minuman dingin segar yang di ulurkan kepadaku kemudian menelusuri pandangan untuk melihat ke arahnya lalu memekik dalam hati. Oh my gosh! Siapa cogan alias cowok ganteng nan baik yang mirip malaikat ini?

"Sorry dek, tadi pagi gue yang nabrak, lo jadi telat dan kena hukuman," katanya lagi.

Oh jadi dia yang nabrak gue tadi pagi? Kalo gini mah mau aja di tabrak terus hehe.

Lain halnya dengan hati, wajahku terpasang mode stay cool. "Oh, nggak papa kok, lagian tadi emang berangkatnya mepet," kataku sambil berusaha senyum semanis mungkin.

Ayo senyum Mel, senyum, cogan nih cogan!

"Btw gue Jordan Michelle, ketua OSIS di sekolah ini, lo murid baru kan?"

Oh My God! Ketua OSIS pula!

Diam - diam dalam hati aku berterima kasih kepada duo jahilun dan seluruh alam semesta yang telah bekerja sama dalam menjadikanku terlambat sekolah jika bisa bertemu laki - laki tampan seperti ini. Maklum, sudah jomblo seumur hidup. Jadi kalau ketemu yang bening - bening, keinginan hati untuk tidak jatuh hati itu sulit.

"Eh kok tau?" tanyaku bingung.

"Belum pernah liat sebelumnya, terus tadi lo yang nyenggol gue di barisan anak kelas dua belas waktu upacara," katanya.

"Ha?"

Jadi tadi aku masuk ke barisan kelas dua belas?

Tanpa sadar, telapak tanganku yang bebas menyusup ke tengkuk dan mengusap daerah itu secara perlahan karena tidak enak hati. "Eh maaf."

"Nggak papa. Ayo ke kelas lo, gue mau ngomong sama OSIS yang lain biar hukuman lo di cancel."

Ya ampun jodoh gue, uda ganteng baik pula.

Hatiku memang petakilan, namun aku tetap menjaga sikap dan ekspresi wajah agar tidak kelihatan belingsatan. "Nggak usah kak, kan ini juga kesalahan gue, bentar lagi hukumannya kelar kok, masih—" Aku menggantung kalimat untuk melirik jam tangan sebentar. "Sejam lagi," lanjutku.

Kak Jordan yang mendengarnya pun menggeleng sambil tersenyum. Yap. Senyum kurang ajar yang hangatnya mengalahkan mentari pagi. "Itu masih lama, suka banget ya di hukum? oh ya siapa nama lo?"

"Ya nggak juga, mana ada orang yang suka di hukum?" Kecuali ri hukum ama kakak, lanjutku dalam hati. "Em nama gue Berlian Melody, panggil aja Melody."

"Nah Melody, yuk gue anter ke kelas. Anggep aja ini permintaan maaf dari gue jadi jangan di tolak."

Jangankan ke kelas kak, ke hati kakak aja gue cap cus.

Dengan ekspresi yang se-cool mungkin, aku mengikuti kak Jordan berjalan ke kelasku sambil memegang sebotol minuman dingin segar yang di berikannya tadi. Seisi kelas yang tadinya sedikit ramai—karena sedang ada sesi mini games peningkat konsentrasi—pun mendadak berubah jadi senyap begitu melihat kami masuk. Aku juga dapat melihat semua teman perempuan yang menatap kak Jordan kagum, kasmaran, memuja, atau sejenis itulah.

Well, langkah kami berhenti di depan salah satu kakak OSIS yang berada di sebelah white board, kemudian kak Jordan mulai bicara padanya. "Biarin dia ikut kelas, dia telat gara - gara gue tadi," pintanya pada salah satu kakak OSIS yang cantik mirip boneka. Wajah kakak cantik itu tampak sedikit kesal saat menatapku yang berdiri di samping kak Jordan.

"Nggak bisa gitu Jo, peraturan tetep peraturan," jawab kakak OSIS itu ketus nan tegas.

"Ya udah jadiin aja tugasnya dua kali lipat, nggak usah hukuman berdiri di tengah lapangan gitu, unfaedah, lain kali kita rapatin lagi hukumannya," perintah kak Jordan masih dengan nada yang sama. Pandangannya menyapu ke seluruh OSIS yang ada di ruang kelas. Sedangkan kakak OSIS cantik itu sendiri, tentu saja tidak dapat membantah apa kata sang KETOS. Detik berikutnya, mata cantiknya beralih melirikku dan berkata, "ya udah duduk di kursi, tar tugasnya di kerjain dobel."

Entahlah, aku tidak tahu harus bagaiamana. Harus senang karena tidak jadi di hukum berdiri di tengah lapangan menghadap tiang bendera atau sedih karena harus mengerjakan tugas rangkap dua.

~~~

Jakarta, 16 Juli

14.05 p.m.

Sepulang sekolah, setelah ijin kak Brian dan daddy, aku tidak langsung pulang ke rumah, melainkan ikut Karina pulang ke rumahnya untuk mengerjakan tugas MOS bersama di kamar Karina yang penuh dengan poster Christopher Bang—biasnya.

Di tengah - tengah pengerjaan tugas, sesekali kami gibah. Di mulai dengan Karina yang bertanya, "kok lo bisa sih ama ketua OSIS tadi? Duh ngiri deh."

Kemudian kuceritakan tentang kronologi kejadian tadi pagi dan sahabatku ini memeking senang. "Baiknya kak Jo."

"Kira - kira doi uda punya pacar belum ya Kar?" tanyanku sambil menatap tugas dengan tatapan menerawang.

"Napa lo? Suka ama kak Jordan?"

"Kayaknya deh, abisnya ganteng plus baik gitu sih."

"Coba pikir deh Mel, masak cowok seganteng kak Jordan belum punya pacar, kan mustahil," jawab Karina sebelum beralih ke tugas MOS lagi. Namun tiba - tiba gerakannya berhenti. "Coba deh kepoin instagramnya."

Karina kini menyambar ponsel di atas kasur untuk membuka aplikasi tersebut. Sedangkan aku ikut mencondongkan tubuh untuk menilik ponsel milik karena penasaran.

Saat Karina menggeser - geser layar ponsel, mata kami berhenti pada satu photo yang menampilkan kak Jordan tengah bersama dengan seorang perempuan yang tidak asing. Perempuan cantik mirip boneka yang bicara dengannya tadi. "Yah, doi uda punya pacar, kakak OSIS cantik ini pula pacarnya. Kalah telak gue Kar. Padahal mau maju eh uda potek duluan ati gue."

________________________________________

Yah baru aja mau maju tapi uda potek duluan hati dedek

Gimana kalo misal Melody nekat jadi pelakor?

Beuh, serem cuy

Well, See you next chapter teman - temin

With Love

Chacha Nobili

👻👻👻

Post : 16 Juli 2019

Revisi : 15 Maret 2020