"Aku janji tidak akan meninggalkanmu pada saat hujan turun, Vino aku janji!!!"
Aku hanya memandangnya sayu.
Dia langsung mendekatkan wajahnya ke wajahku dan kemudian menempelkan bibirnya dengan bibirku.
Detik itu juga aku pejamkan mata.
Kak Tristan menciumku dengan lembut, aku masih diam akan ciumannya.
Tak lama yang tangannya hanya diam, kak Tristan memegangi leher bagian belakangku dan menariku untuk bisa lebih dalam dalam ciumannya.
Lidah kak Tristan mulai menerobos memaksa memasuki mulutku. Aku tidak bisa protes akan hal itu. Aku hanya bisa membiarkan kak Tristan beraksi dengan semaunya. Malam ini aku hanya untuknya.
Ku buka bibir perlahan, dan detik itu juga lidah kak Tristan menerobos masuk ke dalam mulutku. Lidahku bertemu dengan lidahnya. Aku mulai membalas ciumannya secara perlahan tapi pasti. Lidah kami berdua bermain dengan lincah. Kak Tristan mengabsen seluruh isi dalam mulutku.
"Ahhhh"
Aku tidak sengaja mendesah pada saat kak Tristan menekan lebih dalam leherku ke arahnya. Tanganku yang semula diam, sekarang mulai menjalar ke leher kak Tristan.
Kak Tristan menjemput lidahku dan dia menyedotnya hingga berhasil lidahku masuk dengan full ke mulutnya kak Tristan. Dia menarik ulur lidahku dengan pasti. Aku yang sudah panas di buatnya tidak tinggal diam.
Aku ganti menyedot lidah kak Tristan dan aku benar-benar menyedotnya hingga berhasil lidah itu masuk ke dalam mulutku dengan sempurna.
Kak Tristan melepaskan lumayan ciuman diantara kami. Namun dia tidak diam disitu. Kak Tristan turun mencium leherku dan menjilatinya membuat isapan-isapan dan gigitan kecil di leherku.
Aku yang gak kuat dengan rasa nikmat ini, hampir setiap dia menjilat leherku, aku selalu mendesah karena kurasakan, rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Kak Tristan menidurkanku. Dan sekarang dia berada tepat di atasku.
Dia langsung menyantap kembali bibir mungilku dan menggigit bibir bagian bawah miliku.
"Ahhhh kak"
Aku mendesah kembali pada saat kak Tristan memberikan sebuah rasa yang sangat tidak bisa aku jelaskan. Rasa itu nikmat.
Dia melepaskan bibirku, dan kemudian beralih menuju ke telingaku. Dia menjilati telingaku, hingga membuat aku menggeliat bagaikan cacing kepanasan. Geliatan dan desahanku membuat kak Tristan semakin menjadi.
Dia memaksa melepaskan kaos yang aku pakai, dan anehnya aku hanya menuruti apa yang dia minta. Setelah dia berhasil mencopot kaosku, sekarang gilirannya dia membuka kaosnya.
Astaga, tubuhku yang begitu Indah aku bisa melihatnya sekarang tepat di depan mataku langsung.
Dia duduk di atas perutku, sambil membuka kaos yang agak sulit dia buka di bagian kepala. Aku yang sudah melihat otot perutnya langsung membuat aku menjadi nakal untuk membelai menggerayangi dengan rabaan halus di perutnya dengan kedua tanganku.
Detik itu juga kak Tristan langsung mendesah dengan hebat.
"Ahhhhh Vin, ahhh!"
Dia tidak tinggal diam, setelah aku membelai perutnya yang kotak-kotak itu dia langsung menerjunkan kepalanya di dadaku, ku rasakan rasa geli yang nikmat, pada saat dia menghisap dan menjilati putingku.
"Ahhh kak!!!"
Aku menekan kuat kepalanya kak Tristan agar lebih dalam dalam melumat putingku. Kedua tanganku berada di punggungnya kak Tristan. Aku mengelus dan membelainya dengan sentuhan yang lihai.
Aku juga bisa merasakan sda sesuatu yang mengeras, ingin menyeruak keluar dari bukusan celanan kak Tristan. Aku bisa merasakannya bahwa aset rudal yang dimiliki oleh kak Tristan begitu besar dan keras.
Dan karena aku sudah mulai asik dengan permainan ini. Aku langsung memberanikan diri untuk langsung bangkit dan gantian menidurkan kak Tristan.
Setelah sudah berhasil lada posisi yang aku maksud. Aku langsung menduduki rudal milik kak Tristan yang sudah mengeras sejak dari tadi.
Aku menggesekkan bokongku maju dan kebelakang yang membuat kak Tristan merem melek karnaku.
Aku tak diam disitu saja, aku langsung melumat kembali bibir kak Tristan dengan binal. Kak Tristan juga tidak diam, tangannya mulai nakal karena meremas bokongku dengan erat dan menuntunku dengan gerakan maju, mundur untuk merasakan bahwa rudal yang ia miliki sudah tidak sabar untuk dimainkan.
Aku langsung melepaskan lumatan bibirku darinya, dan kemudian aku turun perlahan dari bibirnya ke leher, ke dada dan ke otot perutnya aku absen dengan cara memberikan isapan dan jilatan lembut.
"Arghhh Arghhhh!!"
Kak Tristan tidak berhentinya mengeluarkan erangan-erangan nikmat yang dia keluarkan.
Aku berhenti di pusar kak Tristan, aku menjilatinya dan mengihisap beberapa kali lada perutnya. Dia menekan tengkukku agar bisa lebih dalam untuk mengisap pusarnya.
Rudal kak Tristan yang sudah mengeras dari tadi, mengganggu leherku. Tanpa meminta persetujuan darinya, aku langsung membuka celana kolor milik kak Trista, dan Rudal yang dari tadi menunggu sebuah belaian, berdiri dengan keras dan menegang di hadapannku.
Aku langsung memegangnya dengan tanganku, wow hampir jari jempolku tidak bisa menyentuh jari telunjukku, besar sekali dan berotot pula.
Aku menggerakkan tanganku naik turun membuat irama yang membuat kak Tristan lebih menggeliatkan tubuhnya dan mengerang denga semakin menjadi.
Tanpa pikir panjang aku langsung memasukan Rudal milik kak Tristan ke dalam mulutku.
"Arghhh!!!" Aku mengulum rudalnya dengan perlahan dan memberikan irama yang masih pelan naik turun. Aku sulit bernapas karena saking besarnya aset kak Tristan.
Aku menjilati mengelilingi dan mengulumnya kembali. Tangan kak Tristan menuntunku untuk bisa membuat irama yang semakin keras dan pasti.
Aku bisa merasakan kak Tristan sudah mulai basah. Dia langsung bangkit duduk dan menariku dan di lumatnya bibirku kembali, dan dia langsung membantingku menggangti posisi. Aku sekarang berada di bawah dan dia berada di atasku.
"Kamu hanya milikku seorang!"
Bisik kak Tristan dan yang langsung melumat telingaku.
"Ahhhhh kak,, Ahhh!!!"
Aku menggigit bibirku merasakan nikmat Yang luar biasa, yang pertama kali aku rasakan saat ini.
Kak Tristan langsung mengangkat pinggangku ke atas dan menaruhnya di depan perutnya. Dia menempelkan Rudalnya bokongku yang masih tertutupi oleh celana pendekku.
Tanpa izin dariku dia langsung membuka celanaku.
"Bolehkah aku melanjutkannya!" tanyanya sambil melihat dalam ke arahku.
Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku pelan. Menunggu setelah ini apa yang akan terjadi.
Kak Tristan menempelkan rudalnya yang basah karena liurku itu ke lubang di pantatku.
Aku merasakan agak geli yang nikmat saat dia mencoba untuk menekan dan memberikan sentakan disana.
"Ahhh!!"
Erangku saat rudal itu mulai, menerobos lubang pantatku.
Perih rasanya, karena besarnya aset milik kak Tristan, membuat aku mengerang kesakitan.
"Vin?" Tanyanya pada saat dia memberhentikan aktivitasnya.
"Aku gak papa!" aku memberikan isyarat padanya bahwa dia harus melanjutkannya.
Dan detik itu juga kak Tristan menekan dengan kuat rudalnha hingga berhasil masuk ke dalam lubangku.
Aku meremas dengan kuas sprei ranjangku.
Kak Tristan membuat genjotan perlahan namun pasti. Genjotan yang semula seret karena masih awal, namun sekarang lancar karena sudah benar-benar bisa melewati aksesnya. Aku mulai merasakan enak pada genjotan kak Tristan, aku membalasnya dengan goyangan kecil pada pinggangku.
Kak Tristan terus memompa dan memompa hingga pada akhirnya dia memberikan genjotan yang sangat cepat dan kuat, aku rasa dia sudah di ujung.
Aku membantunya dengan mengoyangkan pinggulku dengan irama yang pasti.
Genjotan itu semakin menjadi dan menjadi hingga akhirnya aku dan kak Tristan sama-sama merasakan hal Yang kita tunggu-tunggu.
"Ahhhhhh!!!"
Aku dan kak Tristan mendesah panjang secara bersamaan pada saat aku dan kak Tristan sudah mencapai puncaknya.
Aku merasakan cairan hangat dan kental memenuhi bokongku.
Kak Tristan langsung terkapar dan memejamkan mata sambil memelukku.
Kami berdua kelelahan hingga akhirnya aku putuskan untuk langsung terlelap dalam kelelahan yang sejati.
Kami berdua akhirnya tertidur dengan pulas.
"Kak Tristan, gimana kalau aku suka sama kaka?"
.
.
.