Chereads / I LOVE MY BROTHER - BOYXBOY / Chapter 13 - Makan Bareng

Chapter 13 - Makan Bareng

Rasa yang bingung tidak bisa Vino sembunyikan dari wajahnya. Begitupun dengan Tristan, berpura-pura sok jutek tapi tetap saja gak berhasil di hadapan Vino. Tapi dengan kukuh Tristan masih memakai topeng tersebut.

Mereka berdua berjalan dengan cepat menuju ke sebuah tempat.

Dimana tempat itu tidak jauh dari sekolah mereka berdua...

Astaga nih orang ada apa ya... Apa dia cemburu karena aku dekat sama Bryant? Atau ada yang ngasih tahu dia kalau tadi Bryant sujud-sujud di hadapan ku. Duh bingung gue, jadi serba salah rasanya berhadapan dengan orang ini. Batin Vino bingung dan berkecamuk dengan pemikirannya sendiri.

Vino malah menjadi semakin bingung pada saat Tristan membawanya ke sebuah tempat makan. Lebih tepatnya adalah Bakso. Tempat Bakso ini lumayan luas karena memberikan keleluasaan untuk duduk di manapun. Tristan memilih tempat duduk yang sepi dan berada di bawah rindangnya pohon beringin.

"Duduk!" ujar Tristan sambil berbisik di samping Vino.

Dengan cepat Vino langsung duduk di tempat yang sudah Tristan siapkan.

"Yaelah kak kalau mau ajak makan gak usah kay...mmmm... Mmmm!!" belum sempet Vino menyelesaikan kalimatnya, namun Tristan langsung memasukkan pentol bakso ke mulutnya Vino.

"Mendingan kamu makan dari pada ngoceh aja!" seru Tristan sambil menyodorkan seporsi mangkuk bakso ke hadapannya Vino.

Vino hanya bisa mengunyah sambil memberikan lirikan mautnya kepada Tristan kalau dia ingin sekali menghabisi kakaknya detik itu juga.

Namun perasaan jengkel tersebut hilang pada saat melihat kakaknya duduk sambil makan bakso dengan lahap di hadapannya.

Astaga ini kakak gue sendiri anjir, tapi kenapa aku bisa jatuh hati padanya. Mau nyesel kok udah terlanjur sayang sama dia. Gumam Vino sambil mengaduk-aduk bakso yang berada di depannya itu.

"Kamu gak makan! Aku malah pesen satu porsi lagi buat kamu!" seru Tristan sambil memelototkan matanya kepada Vino.

"Alaahhh iya iya kak!"

Akhirnya Vino memakan bakso yang di berikan oleh kakaknya itu.

Namun setiap suapan itu, mata Vino tidak bisa kunjung lepas dari pandangannya kepada laki-laki seksi kekar di hadapannya.

Setiap suapan rasanya penuh arti pada saat dia memandangi wajah kakaknya itu...

"Nanti kita gak langsung pulang ya... Temani aku buat ke market! Mau beli kebutuhan pribadi!" ceplos Tristan yang langsung membuat Vino kaget dan tentunya keselek.

"Uhukk... Uhuukk!"

"Nih, nih.. Buruan minum, lagian ngapain sih ngelamun gak jelas!" ucap Tristan sambil memberikan segelas air putih kepada Vino.

Dan pada saat itu berlangsung keduanya membeku pada saat tangan Tristan bersentuhan dengan tangan Vino. Tentunya mata mereka saling pandang dan seolah tidak memperdulikan siapapun yang berada di sekita mereka.

Dan di saat yang bersamaan pula, ternyata Bryant melihat mereka berdua sedang asyik saling pandang dan berpegangan tangan... Detik itu juga Bryant langsung bingung. Karena bukannya si Tristan ini adalah Kakaknya Vino, tapi keterdekatan mereka kok berbeda.

Dari pada Bryant berpikiran sendiri dengan pikirannya yang tiba-tiba negatif itu. Dia langsung memutuskan untuk menemui Vino dan juga Tristan.

"Hayoooo!" teriak Bryant sambil menggebrak meja pelan.

Dan detik itu juga, Vino dan juga Tristan langsung kaget dengan kehadiran dari Bryant.

PRAKK

Karena kaget, gelas yang belum pasti siapa yang megang itu akhirnya terjatuh dan pecah di bahwa kaki Vino dan juga Bryant.

"Resek lo!" ujar Tristan menimpali.

Dan untungnya saja Bryant tidak mengerti ucapan dari Tristan, jadi dia cuek saja. Namun dengan segera dia langsung berdiri dan menuju ke arah dimana gelas tersebut terjatuh.

"Awww!" erang Vino pada saat mencoba membersihkan pecahan gelas tersebut, namun tangannya malah terluka akibat pecahan kaca dari gelas itu.

Dengan cepat pada saat itu Tristan langsung memegang tangan Vino dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Pada saat itu Vino merasa langsung waktu berjalan dengan lambat terasa Hanya mereka berdua yang ada pada saat itu.

Sedangkan di sisi lain Bryant yang melihat mereka berdua dia hanya bisa terpaku diam dan mencoba memaklumi bahwa itu adalah pertolongan pertama dari kakak kepada adiknya. Semoga saja yang dia rasakan Memang benar bahwa Tristan adalah kakaknya dari Vino dan dia melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang kakak.

Tristan terlihat begitu khawatir pada saat tangan Vino terluka karena dia sangat mengkhawatirkan sekali dengan keadaan adiknya itu.

Namun alih-alih dari mengkhawatirkan keadaannya sebagai adik, Tristan lebih khawatir dengan apa yang terjadi pada Vino melalui perasaannya.

"Apakah kamu tidak papa! " ujar Tristan kepada adiknya pada saat itu.

"Aku tidak apa-apa!" Sambil mengerang pada saat Tristan menyedot kembali darah yang keluar dari tangan Vino.

"Ahh pelan-pelan ya Kak!"

Tristan langsung memandang kembali ke wajah Vino yang terlihat kesakitan itu dan kemudian membelai poninya dengan perlahan.

Pada saat itu Bryant yang melihat kejadian itu dia langsung mendekat ke arah mereka berdua dan mencoba untuk memisahkannya.

"Ehemmm!"

Bryant langsung mengambil tangan Vino dan gantian memasukkan jarinya Vino ke dalam mulutnya. Dia memandang Vino dengan penuh harap pada saat melumat jarinya Vino yang terluka itu.

Rasanya akan terjadi sebuah persaingan ketat pada saat ini.

Namun disisi lain Tristan yang melihat itu langsung emosi dan menarik tangan Vino dengan paksa kemudian di bawanya Vino pergi dari hadapan Bryant. Pada saat itu Bryant hanya bisa diam membeku melihat tingkah laku yang aneh dari kakaknya Vino itu.

Tristan membawa Vino pergi jauh dari hadapan Bryant, karena merasa emosi dengan apa yang dilakukan oleh Bryant kepada Vino Tristan merasa tidak suka dengan kelakuan yang diberikan Bryant kepada Vino.

Tristan membawa Vino menuju ke sebuah tempat yang tidak diketahui oleh siapapun, Di mana tempat tersebut hanyalah Tristan yang tahu. tristan mengajak Vino melewati persawahan yang berada di sebelah sekolah.

"Kak kita mau ke mana!"

Namun yang ditanyakan oleh Vino tidak dijawab sama sekali oleh Tristan.

Tristan hanya terus berjalan sambil memegang tangan Vino dan berjalan terus melewati persawahan yang berada di sebelah sekolahnya itu.

"Kita mau ke mana, sebentar lagi kita masuk sekolah lagi lho!"

Namun sekali lagi Tristan tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh Vino.

Dia hanya terus berjalan menggandeng tangannya Vino menuju ke sebuah tempat yang mungkin belum ketahui sebelumnya. Mereka berdua berjalan perlahan melewati pinggiran dari persawahan menuju sebuah tempat yang hanya Tristan ketahui itu.

Jalan Setapak yang mereka lalui semakin lama semakin jauh menyembunyikan diri mereka dari pandangan orang di sekitarnya. Yang bisa dilihat di tempat itu hanyalah Sungai, Tristan dan juga Vino.

Tristan Membawa adiknya itu menuju ke sebuah batu besar yang berada di pinggir sungai dari belakang sekolahnya itu.

"Duduk sekarang!" ujar Tristan denga nada yang agak tinggi.

.

.

.