Be Mine
- Infinite -
=======
Tuan Hong terdiam sejenak. Mungkin menimbang baik dan buruknya, namun dia mengangguk pada akhirnya. "Baiklah. Bermain amanlah kalian berdua, yah!" Menepuk lengan Vin sekali, Beliau pun menyusul sang istri ke kamar.
Kalimat dari sang ayah menyiratkan pada Vince agar mereka menggunakan pengaman jika memang mereka tidak bisa menguasai diri dan menginginkan hal yang lebih jauh nantinya.
Dan tentu saja Vince paham makna ucapan ayahnya. Namun, itu akan dilaksanakan atau tidak, semua tergantung pada keputusan Vince.
"Ayo, Feifei, kita ke kamarku. Kau bisa puas menonton film apapun yang kau suka." Vince menggandeng Feiying naik ke atas menuju ke kamar dia di ujung, berlawanan dengan kamar sang ayah.
Feiying mengangguk malu-malu. Hatinya riuh berdebar. Ini adalah pertama kalinya dia berkunjung ke kamar seorang lelaki, apalagi akan menginap.
Namun, Feiying bagai tersihir dan membiarkan Vince mengendalikan semuanya sehingga dia bisa meneguhkan hati dan menyetujui apapun yang direncakan Vince.
Mungkinkah sihir pesona Vince terlalu luar biasa? Hingga seorang gadis lugu seperti Feiying pun akhirnya tak kuasa membentengi dirinya dari sihir sang Womanizer?
Bisa jadi ini karena Feiying belum pernah dirayu dan mendengar pujian dari lelaki sebelumnya, sehingga jiwanya tersentak runtuh dan membiarkan kewaspadaannya luruh menggenang ketika kalimat demi kalimat manis nan mesra Vince berlabuh di pendengarannya.
Sesampainya di kamar Vince, Feiying takjub pada luasnya kamar 'Pangeran Hong'. Matanya berkeliling menatap sekitar. "Kamarmu seluas ruang tamu rumahku, hahah." Ia begitu lugu mengatakannya.
"Benarkah?" Vince langsung raih pinggang Feiying dan memeluk sang gadis dari belakang. "Apakah itu artinya kau sudah merasa di rumah sendiri? Kau sudah kerasan di sini?" Ia mengecupi tengkuk Feiying setelah menyibak rambut di sana.
Feiying bergidik geli. "Anghh... urmm... iya, mungkin." Ia menoleh sedikit mencari wajah tampan Vin.
Tuan Muda Hong segera merespon dengan tangkap bibir sang gadis lugu menggunakan bibirnya. "Ayo kita lanjutkan yang tadi terhenti..." bisiknya seduktif.
Cumbuan pun terjadi. Vince tidak bermain tergesa-gesa. Justru dia memperlakukan Feiying penuh kelembutan hingga gadis itu kian luluh terhanyut dengan permainan Vince yang memabukkan dan baru baginya.
"Angghh... Vin..." desah Feiying ketika mulut Vince mulai merambat ke leher. Seketika ada yang berdenyut dalam tubuhnya secara kontinyu. Kulitnya terasa memanas akibat dari kecupan-kecupan mesra Vince di sana.
"Kau sangat cantik... urmmchh... sangat... menawan... hrmchh..." rayu Vince kian melambungkan hati lugu Feiying.
Gadis itu kian mendesah. Kalimat luar biasa yang pernah dia dengar dari mulut pria, apalagi setampan Vince.
Vince balikkan Feiying sehingga berhadapan dengannya. Cumbuan kembali tercipta, dibarengi merayapnya tangan Vince di tepi lekuk Feiying. "Aku mulai tergila-gila padamu, Fei..." bisik Vince disela-sela cumbuan.
Feiying yang lugu makin terbang ke awang-awang semu buatan Vince. Dia tak menyadari jerat yang telah ditebarkan Vince, laksana laba-laba mengundang lalat masuk ke jaringnya dengan berbagai iming-iming menggiurkan yang memabukkan sang lalat.
Gadis lugu itu makin kehilangan kendali saat lehernya ditelusuri bibir Vince yang ahli, sementara tangan Vince sudah mulai mendatangi dada si gadis. "Angh! Vin, jangan!" Tiba-tiba Feiying tersentak menolak tangan Vince.
"Ah, maaf, maaf. Aku jadi hilang kendali." Vince seketika hentikan aksinya, dan mundur sejenak. "Ini karena aku terlalu terpesona padamu, Feifei. Apakah selama ini tak ada satu pun pria menyadari kecantikanmu yang memukau begini?" Ia pandangi Feiying dari atas hingga bawah seakan sedang men-scanning.
"Ti-tidak, tidak pernah ada." Feiying menjawab malu-malu, tertunduk.
"Ah, mereka semua bodoh!" Vince langsung memeluk sang gadis. "Tapi untung saja mereka buta akan pesonamu, karena aku bisa mereguk dan menjadikanmu milikku saja, iya kan?" Ia tatap mesra ponakan Ruby yang juga menatapnya.
"Vin, kau berlebihan..."
"Tidak, sayank. Ini jujur dari hatiku." Dielusnya bibir Feiying memakai ibu jari secara erotis. "Ah, kalau kau belum siap menjadi milikku sepenuhnya, aku takkan memaksa." Vince pun menjauh dan berjalan ke depan lemari pakaiannya. Dia main lepas baju saja seenaknya di hadapan Feiying.
Gadis itu sontak palingkan wajah ketika Vince melucuti bajunya sendiri. Mukanya memerah malu, karena baru kali ini dia melihat lekuk tubuh lelaki secara nyata di depan mata. Namun, ia melirik juga secara diam-diam dan kian mengagumi Vince. Wajah tampan, tubuh atletis menawan. Feiying menelan ludah membayangkan lengan kokoh Vin memeluk dirinya.
'Apakah... apakah aku tolol jika menolak dimiliki Vin? Toh dia mencintaiku, bahkan terang-terangan bersitegang dengan Tante karena memperjuangkan aku.' batin Feiying bergolak. Pelan, dia menghampiri Vince, lalu memberanikan diri memeluk pria muda rupawan itu dari belakang.
Vince lumayan kaget, tak menyangka respon dari Feiying. Sebegitu cepatkah gadis itu menyerah? Ia menyeringai tanpa bisa terlihat oleh Feiying. Tangan sang gadis ia tangkup di pinggangnya yang hanya memakai celana dalam merah terang.
Feiying bisa merasakan kerasnya otot perut Vin, menandakan pria itu rajin mengolah tubuh. "Aku... aku ingin jadi milikmu, Vin."
Vin berbalik menghadap ke Feiying. "Kau yakin?"
Feiying mengangguk malu-malu.
"Ayo, katakan sekali lagi kau ingin jadi milikku, Fei. Ucapkan dengan jelas agar aku yakin dan kita tidak perlu menyesali apapun." Vin naikkan dagu sang gadis, kembali usap bibir itu dengan ibu jari.
"Aku... ingin jadi milik Vin, selamanya..." Feiying berusaha kuat mengatakannya karena dia malu setengah mati.
Vin sontak memeluknya. "Terima kasih, Feifei. Aku tidak salah pilih." Ia mengecup puncak kepala Feiying. 'Ya, aku memang tak salah pilih mangsa yang ternyata sangat mudah,' batin Vince.
Usai melepaskan pelukan, Vin membimbing Feiying ke tempat tidur, mendudukkan gadis itu di tepinya. "Apa kau mau mandi? Bersamaku?"
"Eh?!" Feiying tak menyangka akan tawaran dari Vin. Wajahnya merah padam tak karuan.
"Ayo, tak apa. Aku janji pasti menyenangkan. Kita bisa saling mengenal diri kita bersama-sama. Yuk!" Vince lekas tarik pelan tangan Feiying. Sudah tak mungkin menolak lagi bagi sang gadis.
Bahkan saat bajunya satu persatu dilucuti Vin, Feiying menunduk dan pejamkan mata. Dua tangan dia silangkan menutupi dadanya. Ketika celana dalam kecilnya diturunkan Vince, ia segera punggungi sang pria setelah benda mungil itu terlepas dari kakinya.
Vince tergelak geli. Ia hadapkan Feiying ke dia, lalu pelan-pelan elus lengan kurus Feiying sembari buka ikatan tangan Feiying di depan dada. "Bagaimana aku bisa memilikimu jika kau masih menguasai untuk dirimu sendiri? Ayo, jangan segan-segan membagi pesonamu padaku, sayank..."
"Unghh..."
"Atau kau belum yakin pada kesungguhanku? Aku bisa tinggalkan kau mandi di sini kalau kau tak nyaman."
"Jangan!" Feiying lekas menahan tangan Vince ketika pria itu hendak beranjak pergi.
Vince tersenyum menang, lagi.
====================
Jadilah milikku, aku mencintaimu, oke?
Aku khawatir tentangmu, oke?
Aku akan menjagamu sampai akhir
Ayo pergi bersama, jangan berjalan di atas jalur susah, oke?
Itu tidak akan mudah, benar?
Aku tidak ingin melihatmu seperti itu lagi
Datanglah padaku, Ini karena aku suka ketika kau tersenyum
Aku kan membuatmu nyaman, yeah
-Be Mine by Infinite-