Chereads / Separated Of Sera / Chapter 10 - Episode 10

Chapter 10 - Episode 10

Kau pernah merasa menyesal? Selamat! Kau sudah menjadi manusia seutuhnya jika begitu.

****

"Selamat datang dikastil hijaumu sera! Kini kau benar benar sudah menjadi seorang murid" der berujar seraya membuka pintu kastil dengan tangan merentang, mempersilahkan.

Sesuatu hal yang harusnya bisa kau kerjakan, namun kau pilih untuk di tinggalkan. Lalu tau tau saja yang kau tinggalkan berbenih dan tumbuh sempurna. Lalu kau merasa sial dan marah pada keadaan. Kau bilang itu takdir. Kau bilang itu nasib.

Tidak adil katamu. Tidak baik katamu. Kau bilang tuhan pilih kasih. Kau bilang tuhan benci pada mu. Bukankah kau yang tidak adil pada dirimu sendiri? Bukan kah kau yang benci dirimu sendiri? Bukankah kau yang terlampau mengasihi dirimu sendiri. Hingga kau tak ingin sedikit berusaha agar dirimu tak lagi merana.

Karena kau kan memang suka dengan bersantai ria. Menyepelekan yang ada. Menyepelekan waktu yang tahtanya tak lagi kau puja. Kau tau waktu tak akan menunggu, bahkan untuk orang dengki seperti mu.

Lalu matamu menangkap satu sosok yang tak kau sangka sangka telah duduk disebuah tempat yang baik. Kau dan mulutmu hina dia. Kau bilang dia curang. Kau bilang dia beruntung. Kau bilang dia tidak sakit seperti mu.

Kau coba balik tubuhnya. Kau liat punggung nya. Memar berdarah patah. Kepahitan yang ia jalani tergambar jelas disana. Kau lihat telapak kakinya. Bernanah berdarah pecah. Lalu masih kau sebut dia beruntung? Matilah kau dengan mulut tergantung.

Sera kini tengah masuk kedalam kastil hijau miliknya dan der. didalam sana benar benar terasa sangat sederhana. Meja dan kayu yang ada di ruang pertama hanya terdapat  dua kursi dan meja panjang yang terbuat dari kayu pula.

Tidak ada perabotan lain ataupun dekorasi dekorasi cantik yang seperti didunia. Atau benda benda elektronik seperti televisi layar tipis ataupun lukisan elektronik yang tergantung di dinding dinding bercat lembut.

Tidak ada sofa sofa empuk atau meja kaca dengan karpet beludru dibawahnya. Tidak ada meja hias. Tidak ada guci. Tidak ada lukisan. Dan tidak ada tumbuhan mini yang berada di sudut sudut ruangan.

Sera memandang ke lantai diatasnya yang dibangun menyatu dengan atap hingga ruangan diatasnya dapat terlihat. Yang mana ,disana hanya ada dua buah ruangan dengan warna masing masing pintu yang berbeda.

Namun, meski demikian. Sera tetap merasa senang dan terharu karena pada akhirnya dirinya benar benar bisa berteduh . Memiliki tempat sendiri dan tak terluntang lantung seperti anak jalanan lagi.

Sera segera menaiki undakan anak tangga berbatu dan membuka pintu pertama yang ia jumpai disana.

Sebuah meja kayu lengkap dengan kursi terpampang disudut kanan ruangan. Tempat tidur ukuran single terhampar disana. Dan sebuah lemari kosong yang berada tepat disebelah meja.

Sera merasa bahwa ini bukan ruangan miliknya. Dia pun kemudian kembali memeriksa ruang setelahnya. Dan yakin lah ia bahwa ruangan itu benar miliknya.

Karena, begitu membuka pintu ruangan tersebut. Didalamnya hanya ada sebuah kasur berukuran single. Tanpa ada pernak pernik lain. Tanpa ada perabotan lain. Sera berteriak gembira. Setelah dirinya hampir berlama lama berjalan dalam terik dan gersang. Dia akhirnya bisa memiliki tempatnya sendiri.

Sera kembali berlari dan menuruni tangga menuju der yang tengah duduk bersender di kursi kayu. Dia kelihatan nyaman sekali duduk disana.

"Der, aku melihat kamarmu di pintu pertama setelah menaiki tangga" kata sera.

"Hmm.. aku akan kesana sebentar lagi. Kursi ini terasa nyaman. Padahal ini hanya terbuat dari kayu biasa saja" ujarnya.

Sera mengangguk dan mendudukan dirinya disana pula. Dia sedikit mrasa lelah karena perjalanan jauh dirinya.

Teringat pada sera bagaimana bentuk rumahnya yang ada didunia. Rumahnya memiliki banyak sekali perabotan lengkap yang mempermanis tiap tiap ruangan. Kamarnya bahkan terlihat besar dengan poster poster dan rak rak buku di dinding dindingnya. Namun, dia masih saja menggurutu dan tidak menyukuri semua itu.

Kini, setelah ia mati. Dan mendapati rumah sementara yang tidak pula besar dan hanya perabotan minim seperti ini dirinya malah merasa bahagia. Sera merasa bahwa alangkah baiknya jika ketika ia masih hidup, ia banyak menyukuri hal hal yang telah tuhan beri. Mungkin semasa hidupnya dia akan merasa terus bahagia dengan hati yang tentram. Sera tersenyum getir. Manusia memang se buruk itu.

"Kenapa kau tersenyum senyum seperti itu?" Tanya der .

Sera menoleh dan tersenyum.

"Aku merasa bahwa manusia itu benar benar buruk ya." Ujar sera.

"Buruk bagaimana maksudmu?" Sahut der.

"Ketika dia diberi hal yang sudah sangat baik dari orang lain. Dirinya malah tidak bersyukur, merasa kurang. Dan ingin lebih lagi" ujar sera.

"Kenapa kau berfikir seperti itu? Kau.. pastilah di dunia sering begitu ya?!" Balas der menuduh.

Sera mengangguk, mengakui sifat buruknya.

"Kalau begitu jangan sebut manusia nak. Sebab manusia baik akan selalu berterima kasih pada tuhanya. Apapun yang ia punya" jelas der.

"Hmm.. aku. Aku memang sering tidak bersyukur"

"Aku setuju. Kau itu keras kepala, mudah dihasut, bawel, pemalas. Buruk sekali sifat mu. Jadi wajar saja kau sudah mati pun masih bermasalah" ujar der lagi.

"Astaga der. Kau benar benar menyebutkan seluruhnya?!. Aku malah merasa semakin buruk" ujar sera dramatis.

"Sudah seharusnya kau sadar, agar kau bisa merubah. Manusia diberi akal. Kau harus gunakan itu"

"Tapi percuma. Kita sudah mati" balas sera.

"Tidak ada yang percuma. Semua sudah memiliki nilai masing masing. Sekali kau sudah mati pun. Tetap ada hadiah dan hukuman" jelas der.

Sera termenung memikirkan penjelasan der barusan. Meski dirinya terlihat konyol dengan bahasa bahasa sarkas yang membuat orang sakit hati mendengarnya. Namun, dia selalu realistis.

"Jika kau diberi sekali lagi kesempatan. Jika kau seandainya dihidupkan. Apa yang akan kau lakukan didunia der?" Tanya sera iseng.

Kali ini justru der lah yang terdiam. Dia bahkan menegakkan duduknya dan berdeham canggung. Matanya berputar putar mencari jawaban.

"Tidak tahu.. tapi, mungkin aku akan menghabiskan waktu banyak sekali dengan keluargaku. Istriku, anak anak ku. Aku mungkin juga akan memberi tahu pada orang orang bagaimana mati itu. Bagaimana perhitunganya. Bagaimana perjalananya. " jelasnya sembari menghayal.

"Kalau kau, apa yang akan kau lakukan jika tuhan memang berbaik hati dan memberi satu lagi kesempatan?" Tanya der.

"Aku akan berbakti pada ibu dan ayah. Aku akan tersenyum meski orang orang menjahati ku. Aku akan membantu siapapun semampuku. Aku juga akan selalu bersyukur pada apa yang aku punya. Pada apa yang aku dapat. Aku juga akan menyeru pada orang orang, terserah jika mereka percaya atau tidak. setidaknya aku sudah memberi tahu mereka" jelas sera.

Der menguap. Kalimat sera yang terlampau panjang membuatnya mengantuk.

"Sayangnya nak, kita tidak mungkin dapat kesempatan itu. Kita terlalu buruk untuk itu" ujar der seraya bangkit berdiri.

Sera mengangguk setuju. Dirinya yang terlampau hina ini mana mungkin mendapat kesempatan sepertu itu. Dia bahkan masih bermasalah ketika mati.

"Kau hendak kemana?" Tanya sera pada der yang berjalan menuju pintu keluar.

"Berkeliling. Kau ingin ikut?" Tawar der.

"Boleh, tapi aku akan berkeliling sendiri." Balas sera seraya berdiri.

"Kau menerima tawaran ku tapi tak ingin berjalan sama sama? Memang manusia buruk" ujar der sengit.

Sera terkekeh. "Ucapanmu barusan benar benar menggelikan"

Mereka akhirnya benar benar berpisah. Sera berjalan mengitari komplek kastil berwarna biru, sedang der memutari komplek kastil berwarna merah muda.

Komplek tersebut benar benar besar. Disana semua murid yang terdaftar mendapat masing masing kastil dengan seorang guru pembimbing.

Maka dari itu, kastil kastil tersebut berdiri rapat dan banyak hingga hampir menutupi seluruh sisi kaki bukit ungu.

Sera berjalan sedikit menepi. Dirinya sangat tertarik sekali pada air sungai jernih yang mengalir disisinya. Dia ingin sekali melompat masuk kesana. Bermain air, merendam tububnya ataupun berenang. Namun, teringat kalimat der mengenai arus sungai yang akan berubah jika tersentuh oleh seseorang. Maka sera hanya berani memandanginya. Tidak ingin mengambil resiko.

Sepanjang jalan ia menelusuri komplek kastil biru. Tidak satupun ia melihat seseorang yang berjalan atau melakukan kegiatan sendiri. Seluruh dari mereka terlihat sedang berlatih dengan fokus bersama masing masing pendamping.

Mereka terlihat giat dan gigih untuk menyelesaikan pembalajaran, sebab sera melihat beberapa kali orang orang tersebut jatuh terjerembab ketika mengambang. Ada yang mendadak melayang tinggi sekali. Ada yang berputar putar tidak terkendali.

Sera susah payah menahan tawanya ketika salah satu anak laki laki yang terbang tidak lebih dari sepuluh senti namun dengan keadaan terbalik. Kelapalanya berada dibawah dan kakinya berada diatas.

Puas mengelilingi komplek biru, sera kembali ke kastilnya. Dia ingin segera memulai pembelajaranya dengan der agar dia dapat lulus juga di ujian kenaikan level beberapa waktu lagi.

Sera memasuki kastil sendiri. Dan mendudukkan dirinya disana. Dalam keadaan sepi seperti itu ia teringat pada ayah dan ibunya lagi.

Namun, kali ini sera mencoba agar tidak menangis. Karena pun, dia juga sudah tidak bisa kembali.

Berbicara tentang kembali. Sera teringat lagi dengan pembicaraan dirinya dengan der saat sebelum mereka berpencar. Mengenai tentang kesempatan untuk kembali di dunia.

Bagaimana, jika tuhan memang berbaik hati memberikanya kesepatan untuk kembali hidup? Bagaimana jika tuhan memang berbaik hati untuk memberikan ia kesempatan sekali lagi?

Sera menghayalkan kesempatan itu. Dirinya bahkan sudah merasa senang membayangkan itu semua. Dia akan benar benar menjadi manusia baik. Dia berjanji akan berbakti pada ibu dan ayahnya. Dia berjanji untuk menjadi aktif dan tidak malas malasan. Dia berjanji akan menolong orang orang yang membutuhkan. Dia tidak akan mengeluh. Dia tidak akan mengumpat. Dia tidak akan menggurutu. Dia tidak akan membuang buang waktu hanya untuk hal hal yang tak berguna.

Namun, der memang benar. Bahwa tuhan tidak akan memberikan kesempatan seperti itu. Jika ada, tuhan pasti akan memberikan kepada manusia yang hidupnya sudah baik dari dulu. Bukan seperti sera yang memilih tidur siang dari pada membantu ibunya masak didapur.

Tak lama setelah itu, der akhirnya tiba ke menara. Dia melihat sera terduduk seorang diri. Dan terkekeh ketika perempuan itu masih tidak menyadari bahwa der telah ada disebelahnya.

"Nakk.. kau terlalu banyak bermenung" ujar der.

Sera terlonjak kaget. Dia mengusap dadanya pelan.

"Kau mengejutkan ku" sahut sera.

"Kau terlalu banyak melamun, kau pasti memikirkan dunia lagi"

Sera berdeham tidak enak. Dia kemudian berdiri.

"Kapan kau akan mulai mengajar ku der?" Sera bertanya.

"Besok pagi" jawab der dengan tawa.

Sera terdiam sebentar. Pagi? Bukanya intensitas waktu sudah mati di kehidupan ini? Bukanya waktu sudah tidak ada lagi?

"Apa maksudmu pagi? Disini mana ada lagi namanya pagi der" seru sera kesal.

"Hahaha.. nah itu kau tahu. Makanya buang jauh jauh fikiran mu tentang dunia. Kita sudah jauh dari mereka sera. Relakan lah" jawab der.

Sera memandang der tidak terima. Dia melipat tangan di dada.

"Aku ingin pelajaran ku. Orang orang itu bahkan sudah bisa terbang terbalik" ujarnya merengek, mengalihkan pembicaraanya.

****

kembali lagi dengan sera !

jangan lewat kan petualanganya ya!

sebenarnya, tiap tiap bab ada petunjuk yang mengarahkan pada seuatu kebenaran!

kalau kalian tahu apa itu. kalian pasti tahu gimana ending novel ini!

selamat membaca!

salam, Alfa ;)