Chereads / Separated Of Sera / Chapter 11 - Episode 11

Chapter 11 - Episode 11

Karna kau makhluk sempurna maka kau berakal. Jika kau memiliki nya namun tetap bar bar, maka hilang lah kau tenggelam menyesal.

****

"Aku ingin pelajaran ku. Orang orang itu bahkan sudah bisa terbang terbalik" ujarnya merengek.

Banyak hal yang disembunyikan dari kita karena memang tak sepantasnya kita tahu. Namun kita keras kepala. Sangat. Bertingkah mencak mencak hanya untuk mencari tahu hal yang akan menyakiti perasaanmu.

Banyak orang yang hanya ingin tahu tanpa repot repot menaruh peduli. Itulah sebab mengapa banyak pula orang yang diam menyendiri. Mereka tidak ingin di ganggu dengan orang orang sepeeti itu.

Jangan kau salahkan mereka mereka yang memilih diam. Bungkam. Karena dia harus menghindar dari orang orang seperti mu yang terlalu kejam menyudutkan. Tanpa tahu dia telah berdarah darah berjuang. Dia telah berlelah lelah barjalan.

Kau terlalu menghakimi. Kau terlalu peduli dengan senjata ingin tahu mu itu. Padahl kau tidak lebih bagus dari mu. Kau memandang mereka hina sedang mereka menganggapmu kasihan.

"Kau ingin apa?" Tanya der memastikan.

"Pelajaran ku. Di dataran level pertama ini." Jelas sera lagi.

"Ahh.. itu akan kita pelajari nanti. Pelajaran itu mudah, kau pasti bisa mempraktikannya saat aku pertama kali menjelaskan." Jawab der lugas.

"Kau yakin? Kita kan tidak pernah tahu kapan tanda nya berbunyi." Jawab sera.

"Pas tahu. Kan sebelum ujian semua murid dimasukkan dulu ke dalam asrama" ujar der sembari berlalu.

Sera merasa sedikit tidak yakin dengan perkataan der barusan. Namun, hampir seluruh yang iya katakan sejak pertama kali mereka bertemu adalah benar. Jadi, karena pun der adalah gurunya. Maka dia menurut saja.

"Jadi kita akan melakukan apa? Tidak mungkin hanya duduk atau berbaring saja kan?" Sera berujar lagi.

"Ya.. kau bisa memulai pelajaran mu dengan pengamatan. Kau bisa melihat lihat bagaimana cara yang lain beradaptasi disini. Kau bisa menyapa, menegur mereka. Banyak hal sera" sahut der.

"Mereka tidak terlihat ramah. Seluruh orang orang disini berlatih tanpa henti. Hanya aku yang berkelana kemana mana." Jawab der.

"Mereka hanya terlalu kaku. Karena kau murid ku maka aku memberimu kebebasan untuk berpetualang. Kau bisa terus tertekan jika selalu berlatih tanpa istirahat"

"Kau bisa menjamin itu?" Sera berujar tidak yakin.

"Astaga, demi rusa dan belangnya. Kau benar benar cerewet. Aku gurumu nak. Kau harusnya mendengarkan aku" jawab der jengkel.

Sera membuang nafas pelan. Dia toh juga tidak punya pilihan lain. Meski dia memaksa untuk belajar tapu jika yang mengajar sedang tidak ingin, ya sia sia saja.

"Aku akan pergi berkeliling lagi. Mungkin aku akan balik ke kastil ini cukup lama. Setelah dari sana kita akan memulai pelajaran. Saran ku, sebaiknya kau juga berkeliling. Melihat lihat" der berujar seraya keluar dari menara. Meninggalkan sera yang masih terduduk di kursi kayu. Dia memandang der putus asa.

"Aku sudah mengitari komplek kastil biru. Dan aku rasa, komplek kastil yang lain juga akan sama. Semua sedang berlatih" gumam sera.

Dia kemudian menutup pintu utama kastil dan berjalan menuju kamarnya. meski dia tidak merasa lelah. Namun, memilih untuk merebahka diri dari pada berkeliling mungkin ide yang baik.

Sera tiba dikamarnya, dan langsung menuju ranjang berukuran single. Dia mendudukan diri disana dan mengernyit, karena kasur tersebut tipis sekali. Dia hampir merasa bahwa sofa di rumahnya yang ada didunia lebih tebal dari pada kasur tipisnya di kastil ini. Namun, sera tersenyum saja. Dia tidak ingin mempermasalahkan hal remeh seperti itu. Karena baginya. Kasur empuk dan tebal saat ini pun terasa sama saja.

Sera menyapu pandangannya ke penjuru kamar. Tidak ada sesuatu disana kecuali kasur yang tengah ia duduki. Dinding dindinnya polos. Sudut sudut ruanganya kosong. Semua terlihat sama berwarna hijau.

Sera menundukkan kepalanya, memejamkan mata. Dia merasa bahwa dirinya menolak untuk berada disini. Namun, dia juga sadar bahwa dirinya tidak mungkin kembali.

Sera membuka matanya pelan. Dan lagi lagi membuang nafas. Dirinya memandang kedua kakinya yang tetap tidak beralas kaki. Lantai kastil yang juga berwarna hijau terlihat dari selal sela jarinya. Dan, seakan menyadari sesuatu. Sera mendadak gugup. Jantungnya berpacu. Matanya liar memandang dua objek yang ada dibawah. Kakinya, dan lantai.

"Astaga.. kenapa aku baru sadar?!" Ujar sera histeris.

Apa yang sera lihat bukan sepenuhnya lantai kastil dan kakinya. Sera melihat bahwa seharusnya, jika ia tinggal di kastil hijau. Maka pakaiannya juga harus berwarna hijau. Dia juga seharusnya memiliki alas kaki. Seperti murid murid yang lain. Namun, dirinya saat ini masih berpakaian sama dengan saat ia pertama kali menginjakkan kakinya di dataran gersang.

Tadi, saat iya memutari komplek kastil biru. Semua murid dan guru yang ia lihat memakai pakaian berwarna biru pula. Meski birunya tidak sama, sebab semua mereka memiliki biru khas masing masing. Namun, mereka tetap tidak keluar dari jalur.

Sedangkan sera? Dia tetap memakai pakain putih, tanpa alas kaki. Der, juga begitu. Dia tetap mekai pakaian putih namun, hanya berbeda di sabuk emas serta jubahnya saja. Padahal mereka saat ini tinggal di komplek hijau.

"Aku.. tidak mengerti.." ujar sera panik.

Dia akhirnya keluar dari kamarnya, dan berlari menuju lantai dasar kastil. Namun, langkah nya terhenti. Dia yang awalnya ingin pergi menuju kastil pertama untuk memepertanyakan keanehanya pada wanita cantik tersebut mendadak berhenti. Karena sera berfikir bahwa sebaiknya der harus ia beri tahu lebih dulu. Karena bagaimanapun der itu gurunya. Dan mungkin der juga belum sadar bahwa mereka berbeda.

"Baiklah, aku akan menunggu der pulang dulu. Dia pasti juga akan langsung pergi ke kastil utama untuk mempertanyakan keanehan kami" sera mengangguk yakin.

Dia memutuskan untuk menunggu der pulang saja. Dan jika waktu masih berfungsi di dunia tersebut. Mungkin, sera sudah tahu bahwa der sudah pergi lebih dari lima jam. Dan, selama itu pula ia menunggu pria paruh baya tersebut di kursi kayu ruang depan kastil.

"Ya ampun, der pergi kemana sih? Dia pergi mengelilingi dunia ini? Lama sekali!" Sera menggerutu. Karena dia merasa der benar benar pergi sangat lama.

"Apa pria tua itu lupa dimana letak kastil ini? Atau, dia berniat tidak ingin kembali?" Lanjut sera.

"Tidak mungkin, dia berjanji membantu ku. Dia juga guru ku. Lagi pula, dia akan pergi kemana? Semua orang disini tujunya hanya tanah mulia, dia pastilah juga begitu" lanjutnya lagi.

Tapi, penantian sera masih lama. Der belum juga kembali. Sera merasa resah karena, mungkin saja praduga praduganya benar. Dan, dia benar benar merasa kesal sekarang.

"Ya tuhan der, kau kemana sih!?" Ujarnya kesal.

Tepat ketika sera akan bangkit untuk berjalan keluar dan mencari pria tua tersebut. Namun, langkah nya terhenti ketika melihat der yang tengah berjalan pelan menuju kastik hijaunya.

"Kau tersesat, atau mengelilingi seluruh dunia sini?" Tanya sera kesal saat der sudah mencapai pintu.

"kau mencemaskan ku nak?" Tanya der terkekeh.

"Tentu saja der. Ya tuhan, hanya kau orang yang ku kenal didunia sini" jawab sera putus asa. "Kau dari mana saja?" Lanjutnya.

"Tidak ada, aku hanya benar benar berkeliling. Kau tahu, ada air terjun besar di sebalah bukit ini" der memberi tahu penemuannya pada sera antusias.

"Dan kau tahu? Air terjunnya benar benar indah. Airnya bahkan berubah warna tiap matamu berkedip" lanjutnya.

"Benarkah?! Wah.. aku harus mengunjungi tempat itu! Aku juga ingin lihat" jawab sera tak kalah antusias. "Tapi, tunggu,! Kau ke balik bukit?!"

"Ya, kenapa? Hey! Biasa saja tatapan mu. Jangan pelototi aku seperti itu"

Ujar der meringis melihat pelototan sera.

"Demi tuhan der, kau benar benar berkeliling jauh sekali." Salut sera.

"Yah, aku merasa tertarik. Lagi pula, dataran ini tidak begitu panas. Jadi aku merasa santai santai saja mengelilingi bukit itu" ujarnya lagi.

Sera hanya berdecak decak takjub. Pria tua ini, pastilah sudah melihat banyak tempat didunia sini. Pantas saja dia tahu ada seorang wanita di gerbang emas. Dan dia tahu cara ketika menolong sera dari tanah khayalan.

Sera merasa sedikit curiga pada der yang kini tengah terduduk seperti kelelahan di atas kursi kayu yang ia duduki saat menunggu der tadi.

Segala hal yang der tahu di tanah ganjil ini benar benar tidak masuk akal.

Sera mengingat ngingat hal hal yang tidak ia rasa benar terhadap der. Namun, dia segera menghentikanya karena dia masih ingin percaya pada guru nya itu. Sebab dia terlalu takut jika saja segala ketidak masuk akalan der benar benar membawa dampak buruk bagi dirinya. Dan membuat dia tidak percaya pada orang yang telah menyelamatkannya dua kali.

"jika dunia ini masih mempunya hitungan waktu. Kau mungkin sudah pergi selama sepuluh jam der" ujar sera.

Der menoleh dan terkekeh.

"Kau ini, berlebihan sekali. Aku hanya pergi selama tiga jam" jawabnya sok tahu.

Sera hanya mendengus dan menatap der kesal. ekspresi wajahnya mendadak berubah saat hal penting yang membuat dia menunggu der lama kembali muncul dalam ingatannya.

"Oh ya! Aku sampai lupa, der! Akubrasa ada yang salah disini!" Sera berkata cepat dan lugas.

Sejenak, raut wajah der berubah menjadi waspada. Namun, dia segera menormalkan nya detik itu juga. Dan memasang wajah konyolnya kembali.

"Apa lagi sera? Jangan mengatakan hal hal yang ada sangkut pautnya dengan dunia lagi. Aku tidak ingin dengar" jawab der

"Tidak. Bukan. Aku hanya akan mengingat dunia dalam hati ku saja. Kau lihat, ini" tunjuk sera pada pakainya.

Der mengerutkan kening dan menatap sera tidak mengerti. Sera berdecak gemas melihatnya.

"Kau lihat der, baju ku tetap saja putih. Sama seperti pertama kami kali aku terdampar di dataran gersang. Oh, satu lagi. Aku bahkan masih tidak beralas kaki" ujar sera seraya menunjuk objek yang ia bicarakan tadi.

"Lalu?" Tanya der tidak mengerti.

"Ya tuhan der! Bukankah ini aneh? Harusnya warna pakaian ku berubah ketika aku melewati jembatan kabut. Harunya aku memiliki pakaian dan selendang yang warnanya sama dengan warna kastil ini" terang sera.

Der berdeham beberapa kali. Dia kemudian menatap sera lelah.

"Sera, kau fikir kenapa rupanya pakain mu tidak berubah hijau seperti kastil ini?" Tanya der.

Sera menggeleng tidak tahu. Jika dia sudah tahu jawabanya untuk apa lagi dia bertanya bukan? Dirinya bahkan menunggu der lama sekali hanya untuk mendapat jawaban dari keganjilan yang ia temukan.

"Kau terlambat. Dan data kita juga datang terlambat. Mereka mereka yang pakaiannya berubah warna itu karena kastil mereka sudah di buat selebih dahulu berdasarkan data data yang sudah ada . Ketika mereka menyebrang, pakain mereka akan langsung otomatis berubah. Kau, datang dan menyebrang kesini dengan pakaian putih, dan mendapat kastil setelahnya." Jelas der.

Sejenak sera merasa masuk akal dan puas dengan jawaban der. Namun, fikiran sera mendadak kembali berubah ketika matanya menangkap ekspresi wajah der yang membuat ia curiga. Sera akhirnya hanya mengangguk angguk pura pura mengerti. Dia kemudian tersenyum dan berujar pada der.

"Begitu ya, baiklah. Aku percaya pada mu der. Kau kan guruku" ujarnya sambil menatap der lurus.

*****

Sera update lagi!

Maaf kalau ada typo.

Jangan lupa vote dan comment.

Dukungan kalian sangat berarti.

Selamat membaca!

Salam, Alfa