Chereads / Separated Of Sera / Chapter 5 - Episode 5

Chapter 5 - Episode 5

Bibirmu pandai sekali berterima kasih. sedang hatimu pandai sekali mengumpati pedih.

****

Sera meluruskan pandangannya patah patah kearah pria tua yang tengah berdecak panik diujung sana.

Dia tidak dapat mengeluarkan suaranya saat wanita disebelahnya tengah terkikik kikik geli mengerikan.

Sera pucat pasi, kakinya melemah dan gemetaran. Dan nyawanya nyaris hilang ketika suara teriakan diujung sana menyuruhnya untuk bergerak.

"Kenapa kau diam saja?! Lari!!"

Kau akan selalu dihadapakan pada dua pilihan. Dalam satu pilihan membuka lebih dari satu kejadian yang akan memunculkan pilihan lain yang berbeda.

Tidak memilih termasuk kedalam pilihan yang sebenarnya tidak tertulis. Namun,Kau tidak akan mendapatkan apa apa jika tidak memilih.

kau harus sadar dan tahu pasti apa apa saja dasar yang harus kau gunakan untuk melandaskan pilihan yang akan kau ambil nantinya. Jangan sampai kau menyesali sebab kau akan menangisi itu sendiri. Jangan kau menyesali karna nanti hatimu berteriak memaki.

Jangan panik jika jantungmu berdebar. Jangan rusuh ketika gigimu gemetaran. Jangan berpaling pada apa yang kau anggap benar. Anggapan tidak akan berguna banyak. Tentramkan hatimu dan kau akan menemukan jalan pulang.

Sera masih gemetaran dengan pandangan ketakutan. Semua tulang dan engsel yang ada pada dirinya mendadak kaku. Hatinga mengumpat ngumpat saat wanita yang kini sudah berubah menjadi wujud mengerikanya semakin menggengam tangan sera kuat.

"Hihihi.. dia sudah terhipnotis padaku.. hihihi.. dia tidak akan mendengarkan mu.." ujarnya terkikik kearah pria tua yang mondar mandir tampak gusar.

Tolong aku pak tua! Aku ingin lari! Astaga, kaki kaki sialan! Disaat seperti ini dia tak ingin bergerak.

Sera mengumpati dirinya, dia masih gemetaran ketika otaknya berteriak menyeru lari. Hatinya sudah berubah dingin sebab terlampau kaku. Bibirnya semakin pucat dengan mata yang mengerjap ngerjap  kalut.

"Pejamkan matamu! Jangan bayangkan wujudnya! Kau bisa! Lari nak!" Teriak pria tua tersebut.

Sera menuruti. Dia memejamkan matanya, dan berupaya untuk tidak membayangkan wujud wanita tersebut. Namun justru kata jangan malah memantra kepalanya untuk membayangkan sosok disampingnya yang lebih mengerikan.

"Kau menghayal apa?! Kau membuatnya tambah mengerikan!" Teriak pria tua lagi.

Sera semakin menutup matanya rapat rapat. Tubuhnya semakin gemetaran.

"Itu tanah ilusi nak! Apapun yang kau khayalkan akan menjadi nyata disana! Bayangkan hal lain! Jangan takut! Rubah bentuk wanita itu menjadi kucing gendut! Atau, keledai gila!" Ujarnya lagi.

Mendengar itu, sera tak lagi panik. Otaknya kosong. Dia bahkan sempat tidak memikirkan apapun. Dia mencerna kalimat kalimat yang didengarnya dari pria tua lamat lamat.

Tanah ilusi? Benarkah?! Oh.. sebab itulah bangunan bangunan itu tampak sangat mirip dengan khayalanya ketika kecil. tanah ini mewujudkan ilusi nya. Tanah ini mewujudkan khayalannya.

Sera tersenyum. Dia mengikuti perintah pria tua yang sedang tampak cemas berseru seru menyuruhnya untuk mengubah wujud wanita tersebut. Dia lalu menghayalkan wanita mengerikan yang ada disampingnya menjadi seekor berang berang kecil berwarna kuning.

"Bagus nak! Bagus sekali! Kau benar benar merubahnya!Sekarang berjalanlah dengan lurus. Jangan buka matamu sampai kau berjalan agak jauh darinya!" Pria tua tadi kembali memerintahkan sera.

Sera mengangguk. Dia berjalan lurus dengan langkah cepat. Jantungnya berdegup geli karena dia masih memijak tanah ilusi. Salah salah ia mengubah wujud wanita itu menjadi lebib mengerikan.

"Astaga kau sedang apa?! Kau merubah wujudnya! Lebih dari yang tadi! Ubah kembali! Dia sedang mengejarmu!" Teriak pria tua panik.

Sera yang mendengar itu tak sengaja membuka matanya. Dia melihat kebelakang dan mendapati wanita tua yang tadi sudah mengerikan terlihat berkali kali lipat bertambah menyeramkan. Rambutnya berubah menjadi ular ular kecil yang mendesis desis. Matanya merah menyala dengan darah yang mengalir deras dari kedua rongganya. Kepalanya basah dan lepek menempel pada wajah tengkorak miliknya. Dia bahkan memiliki sepasang sayap yang kini tengah mengembang sempurna untuk mengejar sera.

Sera panik. Tidak tahu mesti bagaimana. Dia berteriak meminta tolong pada pria tua yang sedikit lagi ia capai.

"Dia mengejarku! Tolong!" Pekik sera.

"Tutup matamu dan khayalkan sesuatu untuk mengubah dia!" Balasnya cepat.

Rav kembali memejamkan mata, dia tidak bisa membayangkan apa apa. Otak kecilnya menjadi lambat dan tersendat.

Ayolah sera, berfikir!

Ujarnya dalam hati.

"Jika kau tidak mengubahnya sekarang kau akan mati!" Pria tua berteriak memperingati.

Sera merasa benar benar dikejar oleh maut. Jantungnya berdetak keras dan bertambah paniklah dirinya ketika ia merasa tubuhnya tak lagi menapak. Sepasang tangan mencengkram bahunya kuat. Dan saat dia membuka mata, dirinya telah mengambang tinggi dibawah cengkaraman tangan kurus wanita tadi.

"Jangan panik! Kau masih bisa lolos dari dia! Ikuti saranku nak! Tutup matamu dan khayalkan sesuatu yang menyenangkan! Tanah itu tanah ilusi! Mengkhayal lah nak!" Teriak pria tua yang kini tengah memandang sera dari bawah, " menkhayalah sebelum kau dibawa masuk kedalam wilayahnya!" Lanjutnya.

Sera menunduk, melihat kakinya yang melambai lambai mengikuti ayunan sang wanita yang membawanya terbang menuju tempat gerbang kristal yang tadi menghipnotisnya.

Sejak awal dirinya dilahirkan, sera memang berbeda dari anak anak lain. Dia tidak terlalu suka bergaul. Dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk tidur siang atau pun membaca. Dia sering kali diejek oleh teman temanya. Dia dikatai anak aneh karena terlalu menyendiri. Dia selalu diremehkan. Dan saat itu terjadi, akan selalu ada sang ibu yang memeluknya menenangkan.

Kini dia sendiri, tengah dibawa terbang oleh wanita mengerikan. Tidak akan ada ibu yang akan menenangkannya lagi. Karena dia harus berusaha sendiri. Sera menangis lagi. dia benar benar merasa ketakutan sekaligus pasrah pada apa yang akan terjadi padanya.

Tepat sebelum memasuki batas tempat gerbang tadi berdiri. Dirinya mendadak jatuh terhempas kebawah. Wanita tadi mendadak hilang beserta dengan danau mengerikan yang hampir ia masuki.

Dia mengerjap kaget sekaligus lega. Dia bertambah menangis menyukuri keberuntungan yang akhirnya berpihak padanya.

"Kerja Bagus nak, kau menghilangkannya! kau sudah aman. Sekarang bergegaslah kesini. Tunda dulu tangis mu. Mereka tidak benar benar hilang, mereka akan kembali muncul sebentar lagi"

Tak membuang waktu sera langsung bangkit berdiri dan berlari menuju pria tua yang sudah bisa tersenyum lega. Langkah sera bahkan lebih besar ketika ia akhirnya menemukan seseorang yang ia kira akan membantunya.

Sera berterimakasih pada ibunya, sebab karena dia teringat padanya, wanita mengerikan beserta dataranya menjadi hilang. Sera menangis tersedu sedu dengan bibir yang tak berhenti mengucap syukur.

Dia akhirnya tiba dihadapan pria tua yang sejak tadi berteriak teriak padanya. Kakinya kembali merasakan hawa panas dan gersang tanah padang tersebut. Dia menolehkan kepalanya kebelakang dan tepat saat itu juga, wanita mengerikan beserta dataran yang sempat hilang kembali muncul. Sera bergidik dan berniat untuk tidak akan pernah memasuki dataran ilusi itu lagi.

"Kau selamat nak. Kau selamat" ujar pria tua tadi lega.

Sera memandang penuh terimakasih pada pria tua yang kini tengah mengelus kepala setengah botaknya. Sera merasa ingin memeluk pria tua tersebut karena telah menyelamatkan dirinya.

"Terimakasih.. aku.. mungkin akan mati dua kali disana jika.. jika kau tidak ada. " ujarnya seraya menangis.

Pria tua tadi terkekeh dan menepuk nepuk kepala sera pelan.

"Kau yang menyelamatkan dirimu nak. Tapi ya, mungkin kau beruntung karena entah kenapa aku mendadak ingin kesini sejak tadi. Dan, rupanya aku menemukan kau disana" balas pria tua tersebut.

"Kenapa kau bisa masuk ke tanah ilusi itu nak? Apa yang membuatmu bisa masuk kederah mengerikan itu?" Tanya nya pada sera.

"Aku sebenarnya tidak tahu menahu tentang tanah itu. Aku tidak tahu harus kemana dan berjalan saja tanpa arah. Lalu aku menemukan wanita jelek itu. " jelas rav masih sesenggukan.

Pria tua tadi terkekeh kembali. Dia mengusap usap janggutnya. Sera melihat bentuk pria tua tersebut dan merasa tenang sebab dia sangat mirip dengan karakter tokoh seorang pertapa dari serial anime yang ia tonton selama didunia.

Pria tua itu memiliki kepala bulat yang besar dengan rambut yang botak ditengahnya. Dia memiliki mata besar dengan kelopak mata lebar sehingga matanya terlihat seperti sedang menahan kantuk. Tulang pipinya kurus tinggi. Hidungnya besar dan panjang. Kulitnya putih bersih meski dia sudah tampak tua.

Ada jangut panjang sejengkal yang menghiasi dagunya. Dia juga terlihat bungkuk jika dilihat lihat. Namun, lebih dari itu semua sera merasa nyaman dengan pria tua tersebut. Tidak merasa ketakutan dan merasa ganjil seperti saat tengah berada wanita jadi jadian yang menerbangkannya barusan.

"Aku sera" kata sera memperkenalkan diri. Dia sudah merasa tenang dan tidak menangis lagi.

"Oke sera. Kau bisa memanggilku der yang tampan. Atau der yang hebat. Oh, atau der yang terlewat hebat" ujarnya bercanda.

"Aku akan memanggilmu der saja kalau begitu" balas sera tersenyum .

Der tampak sangat rileks saat berbicara kepada sera. Dia tidak bermuka datar atapun diam seperti para manusia manusia yang tadinya berjalan bersamanya ke arah gerbang agung. Dia juga tampak tua dibanding mereka semua, yang mana membuat sera semakin bingung dengan perhitungan kehidupan didunia nya yang baru ini.

"Kau tidak berwajah datar seperti mereka." Ujar sera

"Kau mau melihatku berwajah begitu? Baikalah" katanya.

Dia selanjutnya mengubah ekspresi wajahnya yang sama sekali tidak berubah datar. Malah lebih terlihat konyol. Der melipat bibirnya kedalam dan mengendurkan semua otot wajahnya. Matanya ia turunkan setengah hingga terlihat hampir tertutup. Sera tertawa melihatnya, dia sama sekali tidak bertampang datar. malah wajahnya kini benar benar seperti orang yang sedang menahan kantuk.

"Astaga hahaha.. wajahmu konyol sekali.," sera masih tertawa "kau sebut itu wajah datar? Hahaha itu terlihat seperti der yang mengantuk" ujar sera sambil tertawa.

Dia benar benar tergelak kencang, hingga merasa perutnya keram.

"Karna kau bilang begitu aku jadi benar benar mengantuk" ujarnya pelan.

Sera bertambah tergelak melihat der yang kini menguap besar. Jika dia sedang didunia dan der juga berada disana. Der mungkin akan dinasehati perihal mitos yang beredar dikotanya tentang menguap. Karena jika kau sedang menguap, kau harus menutup mulutmu agar tidak ada setan atau jin yang akan masuk kedalam mulut.

Tapi lihatlah, jika saja mitos itu benar benar terjadi. Mungkin, kini seluruh alam semesta tengah tersedot masuk kedalam mulut der yang tengah menganga besar.

"Kau bilang tadi kau berjalan tidak tau arah. Memang kau dari mana?" Tanya der

"Aku dari seberang sana. Aku berjalan hingga sampai ke gerbang agung bersama banyak orang. Namun aku tersesat sebab semua orang telah pergi dengan tanda masing masing yang ada dibawah kakinya. aku tidak punya tanda, jadi aku tidak tahu harus berjalan mengkuti apa. " jelas sera.

Der mendadak terdiam dan memandang sera dengan raut wajah aneh. Dia kemudian berdeham canggung.

"Jadi kau tidak memiliki tandamu?" Tanyanya.

****

jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen.

dukungan kalian sangat amat berarti. ♡♡

selamat membaca!

salam, Alfa!