Di tempat lain, Okta baru saja sampai di parkiran sebuah café tak jauh dari AMI Hospital. Sebelum turun, okta kembali bercermin dan merapihkan rambutnya. "perfect" gumam okta sambil meraih sebucket bunga mawar dan turun dari dalam mobil. Okta berjalan menuju taman di samping café. Café di daerah taman terlihat remang-remang dan ada danau kecil juga. Sungguh suasana yang romantic. 'gak nyangka gue, selera si nela lumayan juga dalam memilih tempat untuk kencan pertama' batin okta dan terus berjalan menyusuri taman yang dipenuhi meja itu. Tak jauh di ujung kanan dekat danau kecil, terlihat chacha tengah duduk manis dengan kemeja putih dan rok pendek warna biru seatas lutut. Okta berjalan mendekati chacha dengan senyuman manis masih terukir di bibirnya.
"hai" sapa okta dan chacha mendongakkan kepalanya seraya tersenyum kecil. "tempat yang sangat romantic, aku tidak menyangka kamu pintar memilih tempat untuk kencan" ujar okta seraya duduk disamping chacha.
"aku sudah pesankan menu special, tinggal nunggu saja" ujar chacha
"serius? Wah, ternyata kamu sangat menantikan kencan ini" ujar okta semakin tersenyum lebar.
"oh iya, aku baru tau kalau ternyata bidadari itu beneran ada yah. Dan sekarang bidadari itu berada tepat dihadapanku" ujar okta dengan nada menggoda membuat chacha memutar bola matanya malas.
"sweetz banget kata-katanya" ujar chacha tersenyum kecil.
"Ini bunga yang cantik untuk wanita tercantik" ujar okta seraya menyerahkan sebucket bunga ke chacha dan chacha menerimanya.
"terima kasih" ucap chacha. "aku ke toilet dulu yah" ujar chacha seraya beranjak menuju toilet yang tak jauh dari taman. Okta hanya menatap chacha yang berjalan dengan anggun menuju toilet.
"oh sial, pesonanya bener-bener buat gue tergila-gila" gumam okta tersenyum
"apa ini yang namanya cinta? Kenapa rasanya ribuan kupu-kupu berterbangan di sekitar hati gue yah" gumam okta tersenyum bahagia.
Drrttt Drrrtt... Hp okta bergetar menandakan pesan masuk.
Bip. Nela : Crocodile, tolongin gue !!!!!
Okta melotot sempurna membaca isi pesan dari chacha dan tanpa pikir panjang okta beranjak menuju toilet. "nela,, ini gue. Loe gak kenapa-kenapa kan?" okta berdiri diluar pintu toilet wanita. Okta bingung antara masuk atau tidak.
"masuk saja Crocodile" teriak chacha lirih dan okta segera membuka pintu toilet. Mata okta membelalak lebar saat melihat kondisi chacha. Rambutnya terlihat acak-acakan, lipstiknya belepotan dan tengah menangis. Bahkan kemejanya robek di bagian bahu.
"ini? Apa yang terjadi?" ujar okta khawatir
"ta-tadi....." chacha tidak bisa melanjutkan ucapannya dan kembali menangis. Okta segera mendekatinya., dan tiba-tiba saja chacha langsung memeluk okta tanpa aba-aba.
"a-apa yang terjadi?" ucap okta sedikit terbata-bata karena jantungnya berdetak sangat cepat saat ini.
"hikzz....hikzz....." chacha hanya menangis, membuat okta membalas pelukan chacha dan mengusap punggung chacha.
"Tolong.....tolong....!!!!!" tiba-tiba saja chacha berteriak minta tolong membuat okta kaget dan melepas pelukannya.
"Nela?" okta sungguh kebingungan dengan sikap chacha
"Tolong....Tolong...!!!!" chacha masih berteriak hingga tak lama datang beberapa orang laki-laki dan perempuan.
"ada apa mbak?" Tanya seorang pria
"tolong mas, lelaki ini mau memperkosa saya" ujar chacha menunjuk okta sambil kembali menangis
"APA??????" pekik okta sangat kaget mendengar ucapan chacha yang menuduhnya.
"sialan,, ayo bawa dia keluar dan habisi dia" ujar beberapa orang membuat okta kelabakan.
"ini kesalah pahaman" ujar okta tetapi beberapa orang mendekatinya hendak menarik okta. Saat hendak menarik kerah baju okta, okta memukul beberapa orang yang menghalanginya dan segera berlari keluar di kejar oleh beberapa orang laki-laki termasuk satpam dan penjaga café yang memakai pakaian serba hitam.
"mbak tidak apa-apa kan?" beberapa orang wanita masih menemani chacha
"sa-saya tidak apa-apa kok" ucapnya lirih, jauh dilubuk hatinya chacha bersorak ria, rencananya selesai untuk menendang jauh si crocodile. Bayangan saat chacha mengacak-ngacak rambutnya sendiri dan memberantakan lipstiknya serta merobek kemejanya sendiri. 'rasain loe crocodile...!!! Loe pikir gue bakalan jatuh kedalam perangkap loe, jangan pernah meremehkan clarissa Abhshari Pratista' batin chacha dan mulai membersihkan wajahnya.
Di lain tempat okta masih berlari dan baru sampai parkiran café.
"ah sial, dimana tadi gue parkir mobil" gumam okta kelabakan dan kembali menengok kebelakang. Disana masih banyak orang yang mengejarnya membuat okta tanpa pikir panjang lagi berlari keluar meninggalkan café. 'Si nela titisan penyihir jahat itu sengaja ngejebak gue. Awas nela, tunggu pembalasan gue' batin okta masih terus berlari.
"oh sial, sampai kapan mereka berhenti mengejar gue sih? Gue sudah kayak maling saja diteriakin dan dikejar-kejar gini. Nela Sialan !!!!" gerutu okta hingga dibelokan okta bertabrakan dengan seseorang yang juga sedang berlari.
Brug
"oh pantat gue" okta mengaduh.
"Shitt!!!" umpat seseorang yang tak lain adalah dhika. "heh alligator, jalan tuh pake mata" sewot dhika dengan tampang kesalnya.
"gue gak lagi jalan, dodol" keluh okta dan dhika membantu okta berdiri.
"tampannn mau kemanaaa?" teriakan para oma dari dalam rumah yang berada tak jauh dari sana.
"itu nenek nenek peot manggil siapa?" Tanya okta.
"ayo pergi, gator" ujar dhika menarik tangan okta.
"oh sial, mereka masih saja ngejar gue" pekik okta.
"siapa? Kenapa loe dikejar segerombolan laki-laki itu?" Tanya dhika penasaran.
"mereka makin dekat,,, LARIIIIIIIII...!!!" okta berlari sekuat tenaga dan dhikapun ikut berlari mengikuti okta, karena sang oma berlari keluar rumah.
"sialan,,, kenapa kita jadi di kejar-kejar gini sih," keluh dhika kesal.
"ngapain sih tuh oma oma peot ngejar juga. loe gak habis kencan sama wanita lansia kan?" teriak okta
"ini karena lita" jawab dhika. " loe sendiri kenapa di kejar sama mereka? Siapa mereka?" teriak dhika sambiil berlari disamping okta "loe gak ngerayu istri orang atau pacar orang kan? Kenapa mereka mengamuk gitu?" tanya dhika
"ini semua gara-gara si nenek lampir itu, dia jebak gue" teriak okta sudah berkeringat parah.
Dhika menarik lengan okta dan mendorongnya ke semak-semak di pinggir jalan.
Hosh...hosh...hosh....
Keduanya mengatur nafas mereka yang ngos-ngosan, keringat sudah bercucuran di dahi ke leher keduanya.
"oh sial pantat gue !!!" keluh okta karena dhika mendorongnya terlalu kuat sampai okta terjatuh dan mengakibatkan pantatnya kembali mencium tanah.
"sorry, gue terlalu keras yah" kekeh dhika santai yang duduk disamping okta membuat okta mencibir sambil mengelus pantatnya.
"mereka datang, astaga badannya gede-gede banget. Kalau gue sampe ketangkap, bisa jadi pepes gue" gumam okta, mengintip dari semak-semak.
"syukurlah para oma oma ganjen gak ngejar lagi" keluh dhika.
Terlihat segerombolan itu sudah pergi ke arah lain.
"lagian loe di jebak apaan sih sama chacha sampe harus dikejar-kejar sama segerombolan orang itu?" Tanya dhika kepada okta yang tengah membuka jasnya.
"dia ngajak gue kencan, eh tau-taunya dia jebak gue" ujar okta mengambil nafas. " awalnya dia kirim pesan ke gue dan minta tolong. Nah gue kan kaget, ya gue susulin dia ke toilet dan gue kaget banget saat melihat penampilannya acak-acakan banget kayak habis diperkosa gitu. Gue kan jadi khawatir, apalagi dia nangis. Gue deketin dia dan tiba-tiba saja dia meluk gue. Eh abis itu dia teriak-teriak minta tolong sampe segerombolan orang datang, dan dia nuduh gue mau memperkosanya. Ya alhasil gini deh, gue dikejar-kejar udah kayak maling makanan saja. Kurang ajar kan tuh nenek lampir" keluh okta kesal
"Bhuaahahahahahaha..." dhika tertawa ngakak sambil memegang perutnya.
"jangan tertawa oncom, ini nggak lucu !! sahabat loe ini lagi dilanda musibah karena di serang nenek lampir titisan penyihir jahat" keluh okta sebal.
"haha, sorry sorry... Lucu saja, seorang Aligator sang penakluk wanita di jebak sama seorang cewek " kekeh dhika.
"dia bukan manusia." Ujar okta. "ah sial si nenek lampir itu bener-bener menakutkan" gerutunya dan dhika masih terkekeh."Dan ngemeng-ngemeng kenapa loe di kejar-kejar sama tuh wanita lansia" tanya okta menengok ke arah dhika.
"ini semua gara-gara lita, mobil juga di bawa dia" keluh dhika.
"kok bisa? Kayaknya loe lebih apes dari gue" Tanya okta penasaran, dan dhika menceritakan apa yang terjadi padanya hingga mengakibatkan dia di kejar para wanita lansia.
"bhuaaahahahahahahahahahaha" kini giliran okta yang ketawa ngakak
"jangan tertawa, oncom !!!" ujar dhika sebal.
"jadi barusan udah kayak jumpa pers artis dong, untung kagak di perkosa juga loe" kekeh okta.
"hampir gator, itu oma-oma udah mau nyosor-nyosor saja. Baru kali ini gue melihat oma oma itu sangat menyeramkan" keluh dhika bergidik.
"bisa gue bayangin gimana rasanya,,hehe... Lita pinter juga yah buat ngerjain loe" ujar okta terkekeh dan dhika hanya terdiam saja. "mana mobil loe di bawa lagi" kekeh okta.
"Lita tidak tau siapa gue, gue akan buat dia tak berkutik karena sudah menjebak gue" ujar dhika tersenyum misterius.
"loe bener, kita kasih pelajaran mereka sampai tak bisa berkutik" ujar okta semangat. "mereka pikir dengan begini, mereka akan membuat kita berhenti. Yang ada kita semakin bersemangat" tambah okta yang di angguki dhika.
"loe bener" ujar dhika tersenyum.
"tapi ngomong-ngomong sekarang nasib kita gimana? Mobil loe di ambil lita, dan mobil gue ada di café, kalau balik lagi kesana bisa di cincang gue" keluh okta.
"tak ada pilihan lain, kita ambil mobil loe. Biar gue yang ambil, loe ngumpet saja" celetuk dhika seraya beranjak meninggalkan okta.
Okta mengikuti dhika dari belakang sambil mengelus pantatnya. "oh sial pantat gue sakit banget" keluh okta sambil mengusap pantatnya.
"jangan lebay" ujar dhika berjalan lebih dulu.
***
Dhika dan okta berjalan memasuki rumah kediaman Adinata. Pakaian mereka kusut, dan ada beberapa daun yang masih menempel di tubuh mereka.
"assalamu'alaikum" ujar dhika dan okta, membuat elga dan surya menghampiri mereka.
"wa'alaikum salam" jawab mereka serempak
"astagfirulloh, kalian berdua kenapa?" Tanya elga kaget melihat penampilan kedua laki-laki itu. Okta masih berjalan tertatih sambil mengelus pantatnya yang sakit.
"habis perang sama nenek lampir" ujar okta seadanya. Dhika mendaratkan pantatnya di atas sofa putih yang ada di ruang keluarga sambil menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa . Okta juga mengikuti dhika, duduk disampingnya sambil menyandarkan kepalanya di sofa.
"astaga, kenapa wanita itu susah sekali di gapai" gumam dhika
"benar kata pepatah kalau wanita itu jinak-jinak merpati" tambah okta
"semakin kita dekat, semakin dia menjauh" gumam dhika
"astaga, ini jagoan-jagoan lapuk mommy lagi pada galau yah" celetuk elga
"aku belum lapuk mom, ini yang di samping aku baru lapuk malah udah buluk" kekeh okta membuat dhika mencibir kesal.
"kamu juga dhika, tidak pantas kamu galau-galauan karena perempuan. Harusnya sekarang kamu sudah membina rumah tangga" ujar elga
"mom, jangan mulai" ujar dhika seraya beranjak hendak meninggalkan ruangan itu.
"dhika, papi mau bicara" ujar surya
"iya" ujar dhika dan mengikuti surya menuju ruangan kerja papinya. Dhika duduk di kursi yang berhadapan dengan surya dan hanya terhalang oleh meja.
"nak, papi denger ada pasien korban malpraktek dari rumah sakit lain?" Tanya surya.
"iya pap, rencananya besok pagi dhika akan mengoperasinya" ujar dhika
"tapi nak, pasien ini adalah anak dari seorang pejabat tinggi. Kamu tau kan konsekuensinya kalau operasi ini gagal?" Tanya surya.
"iya pap, dhika mengetahuinya" jawab dhika dengan tenang.
"Lalu kenapa kamu mengambil alih operasi ini, nak? Bukankah om hans sudah memberikan tanggung jawab ini ke Dr. Rival yang merupakan ketua dari tim operasi 2 ?" Tanya surya
"iya, papi bener. Tapi papi tau kan, dokter Rival baru saja menempati posisi itu. Dia juga sudah meminta tolong ke aku, karena dia merasa tidak sanggup untuk menangani pasien ini" jawab dhika. "kondisi pasien ini sangat beresiko, apalagi dia tengah hamil besar" ujar dhika
"papi memang buka dokter bedah tetapi papi paham kondisi pasien ini. Tadi om hans memberikan data medis dari pasien. Ini terlihat mudah tetapi juga sangat rumit. Ini akan sangat menyulitkanmu dhika dan kalau sampai gagal, ijin praktek doktermu akan di cabut" ujar surya membuat dhika memikirkan ucapan surya
"kamu akan kehilangan ijin dokter kamu kalau kamu gagal dalam operasi ini. Papi gak mau menghancurkan impian kamu untuk menjadi seorang dokter bedah yang sukses" ujar surya
"dhika tau, papi mengkhawatirkan dhika. Tapi dhika tidak bisa hanya diam saja melihat pasien yang tengah sekarat" ujar dhika.
"apa ini ada hubungannya dengan thalita?" Tanya surya membuat dhika menatap surya
"papi tau-???" Tanya dhika sedikit kaget.
"iya, papi sempat kaget saat mendengarnya dari hans. Awalnya dia tidak berniat menceritakannya kepada papi, tetapi melihat sikap kalian yang menurut hans sangat aneh. Hans menceritakannya ke papi" ujar surya
"lalu apa mommy?" Tanya dhika
"tidak, mami kamu belum mengetahuinya. Papi kira belum saatnya mami tau mengenai ini" ujar surya
"iya, lebih baik mami jangan di beritahu dulu. Pap, ini juga bisa di katakana demi thalita. Dhika tidak bisa membiarkan lita menanggung beban seberat ini lagi. Kalaupun kami gagal dan ijin dokter kami di cabut, setidaknya lita tidak sendirian lagi sekarang, karena dhika akan selalu ada disisinya" ujar dhika. "Disisi lain juga, dhika gak mungkin diam saja melihat pasien dalam keadaan kritis disaat dhika merasa mampu untuk menolongnya" Jelas dhika.
"papi percaya sama kamu nak, lakukan yang terbaik" surya menepuk pundak dhika membuat dhika mengangguk
"jadi, akhir-akhir ini kamu galau karena lita yah?" goda surya membuat dhika terkekeh
"sulit sekali membuatnya kembali padaku, pap" ujar dhika menghela nafasnya
"sabar, semuanya butuh proses dan waktu. Lagian papi yakin kalian ini sebenarnya sudah ditakdirkan berjodoh, buktinya tuhan mempertemukan kalian kembali setelah 10 tahun lamanya" ujar surya
"amin" gumam dhika
"ya sudah, sekarang pergi mandi dan kita makan malam bersama" ujar surya
"iya pap" dhikapun beranjak meninggalkan surya sendiri.
"semoga kebahagiaan selalu menyertainya" gumam surya seraya menatap dhika yang memasuki rumah.
***