Chereads / STAY WITH ME (Dhika-Lita) / Chapter 10 - 9. Flashback - Pendekatan

Chapter 10 - 9. Flashback - Pendekatan

Aku ikut liburan bersama dengan Serli dan Brotherhood, dan itu mampu membuatku sedikit melupakan permasalahanku dengan Chacha. Disini juga aku sudah mulai akrab dan dekat dengan Brotherhood. Terutama dengan kak Dhika, aku sudah sedikit lebih dekat dan sering mengobrol banyak dengannya.

Dan hari ini adalah hari pertama aku ospek di kampus baruku. Karena alhamdulillah aku mendapat beasiswa untuk masuk ke fakultas kedokteran sama dengan kak Dhika.

Aku baru saja sampai di gerbang kampus dan terlihat Serli datang bersama kak Daniel. Dia langsung menyapaku, dan kak Daniel berlalu pergi meninggalkan kami berdua. Kami berjalan berdampingan sambil mengobrol menuju lapangan kampus dimana para peserta ospek berkumpul.

Kami tidak menggunakan berbagai peralatan ospek seperti biasanya. Kami hanya memakai pakaian hitam putih dan papan nama yang bertengker di dada kami. Saat sedang asyik mengobrol, Ratu datang menghampiri aku dan Serli. Dia terlihat ngos-ngosan karena habis berlari, dia sangat senang berlari padahal ini masih pagi. Saat kami tengah asyik berbincang, aku melihat Chacha tengah mengobrol dengan seseorang yang aku kenal juga. Dia Amel, teman sekolaku, hanya saja kami berbeda kelas. Ternyata Chacha dan Amel masuk ke universitas ini. "Itu Chacha sama Amel," ucapku membuat kedua sahabatku menatap ke arah mereka.

"Iya bener, itu si Chacha sama Amel, kenapa mereka bersama? Bukankah mereka bermusuhan," ujar Serli.

Aku dan ketiga sahabatku sudah lama bermusuhan dengan Amel, karena dia sering sekali mengganggu kami dan membuat masalah dengan kami. Tapi sekarang sungguh membuatku terheran-heran karena Chacha bersamanya dan terlihat cukup dekat.

"Hai lita, Ser," sapa seorang gadis cantik dengan wajah riangnya, membuatku dan kedua sahabatku melihat ke arah gadis itu.

"Halo, Ren" sapaku

"Loe masuk kampus ini juga?" Tanya Serli

"Yups,, gue ambil jurusan yang sama kayak loe Ser," ucap Irene

"Wah asyik dong, gue jadi ada temen" ucap Serli senang.

"Kenalin ini Ratu temen gue," ucapku

"Ratu" ia menyodorkan tangannya ke Irene

"Iren" ucap Irene senang. "wah gue jadi nambah banyak temen," kekeh Iren dengan riang .

"Lebih baik kan, daripada nambah musuh," ucapku membuat Irene mengangguk antusias.

"Hai ladys, ternyata kalian disini," sapa seseorang membuat kami menengok dan Okta berdiri di sana dengan senyuman khasnya.

"Loe sengaja yah ngikutin gue masuk ke universitas ini," keluh Serli

"Enak saja loe, gue memang udah berniat masuk ke kampus ini," ucap Okta dan pandangannya langsung terarah ke arah Ratu. "eh ada cewek manis juga," ucapnya tersenyum membuat Ratu mengernyitkan dahinya. Karena Ratu terkenal sangat galak dan jutek dengan cowok. "Kenalin gue si unyu Oktavio," ucap Gator dengan percaya diri dan menyodorkan tangannya ke arah Ratu.

"Ayo kita kesana," ucap Ratu ketus dan beranjak pergi meninggalkan yang lain.

"Kok kabur sih, kenalan juga belum" keluh Okta

"Mampus loe, Gator" ucap Serli meleletkan lidahnya dan mengikuti Ratu. Membuatku dan Irene terkekeh.

Semua siswa dan siswi baru berkumpul di lapangan kampus, yang luasnya hampir menyamai lapangan sepak bola. Semuanya berbaris rapi di bawah terik matahari pagi. Mereka semua tengah bercengkraman satu sama lain.

"Gue excited banget deh guys ngikutin kegiatan ini," ucap Irene semangat.

"Iya lah gak excited gimana, orang disini ada cowok loe," ujar Okta

"Itu juga termasuk" kekeh iren

"Daniel mana yah" gumam Serli

"Loe niat mau kuliah atau cuma ngecengin cowok loe aja," ucap Ratu

"Bener tuh kata si manis, fokus sama ospek," timpal Okta membuat Serli mencibir.

"Berhenti panggil gue manis," ujar Ratu galak. Membuat kami semua terkekeh di buatnya.

Pandanganku terarah ke arah Chacha dan Amel yang sibuk berbincang. Kenapa jadi seperti ini sih Cha? Harusnya kita bareng-bareng kayak dulu. Kenapa loe gak mau percaya sama gue. Dan memilih memutuskan tali silaturahmi persahabatan kita.

Tak lama datanglah 6 orang memakai almamater yang sama memasuki lapangan, yang dipimpin oleh kak Dhika, kak Daniel, kak Arseno dan kak Angga,

"Itu cowok gue," bisik Serli ke Ratu membuatku tersenyum melihat Serli yang excited. Pandanganku terarah ke arah kak Dhika yang ada di antara mereka.

"Honey gue ganteng banget deh," ujar Irene.

"Ck, berisik loe semua. Kagak perlu loe perjelas itu cowok kalian, gue udah empet dengernya," cibir Okta membuatku terkekeh.

"Dasar gator sarap," celetuk Irene.

Semua peserta yang sebelumnya heboh berbincang. Tiba-tiba saja langsung terdiam saat melihat kedatangan keempat lelaki berpostur tubuh jangkung dengan pesona khas blasteran mereka. Sedangkan para mahasiswa terbius oleh pesona kak Dewi dan kak Elza.

Kak Dhika mulai membuka acara dan memperkenalkan para panitia disana. Ternyata kak Dhika adalah ketua senat di kampus,, keren banget. Dia memang sangat cocok menjadi seorang pemimpin.

"Matanya biasa aja, entar loncat keluar lho," bisik Serli membuatku terkekeh.

Selesai sambutan, kamipun di bagi menjadi beberapa kelompok dan sayang sekali aku dan semua sahabatku kebagian kelompok satu bersama Chacha dan juga Amel.

Selesai pembagian kelompok, Pembina kelompok 1 yang tak lain adalah kak Angga dan kak Seno langsung mengabsen anggotanya.

"Adik-adik, sekarang kalian satu kelompok jadi kalian harus kompak dan saling bekerjasama. Akan ada banyak game dan kegiatan yang harus kalian ikutin. Jadi persiapkan diri kalian dan kekompakan tim kalian," ujar kak Angga dengan masih stay cool.

"Kalau ada yang sakit atau merasa tidak enak badan, langsung bilang yah sama kakak," ucap kak Seno berjalan mendekati Irene.

"Kamu sehat kan, sayang?" bisik Seno membuat Irene mengangguk antusias.

"Kak Angga, kok kak Seno cuma perhatiin Iren saja. Aku gak ditanyain?" ucap Okta dengan tampang polosnya membuatku terkikik geli melihatnya.

"Dasar Gator sarap," kak Seno mendengus dan Okta hanya memasang senyum menyebalkannya. Kak Angga langsung menarik kak Seno untuk menjauh dari Iren.

Acara ospekpun dimulai, dimana Isinya itu adalah permainan, perkenalan kampus, touring keliling kampus, visi misi kampus, fasilitas dan system kampus.

Hingga tidak terasa acarapun sudah selesai. Sebelum pulang, aku pergi menuju toilet, aku menyempatkan diri untuk mencuci wajahku agar lebih segar. Saat tengah mengusap wajahku dengan tissue di depan wastapel, seseorang datang dan mencuci tangannya disamping wastapelku.

"Hai Thalita.. gimana kabar loe?" Tanya seseorang itu dengan senyum meremehkannya.

"Seperti yang loe lihat," jawabku dengan datar.

"Sepertinya tidak sebaik yang diperkirakan. Gue gak tau masalah loe apa sampai Chacha memilih bergabung dengan gue," ucapnya dengan seringai menyebalkannya, aku tidak memperdulikannya dan bergegas pergi meninggalkannya.

"Oh iya, pertentangan kita belum selesai. Gue ingin tau sebesar apa kekuatan persahabatan kalian tanpa adanya Chacha." ucapnya dengan tenang,

"Kita lihat saja nanti," ucapku dan berlalu pergi. Aku berjalan dengan terburu-buru karena takut Amel mengikutiku. Hingga aku berpapasan dengan kak Dhika.

"Hai" sapanya dengan senyuman manisnya.

"H-hai kak," jawabku sedikit grogi

"Kamu mau pulang?" Tanya kak Dhika membuatku mengangguk ."mau pulang bersama?" Tanyanya lagi membuatku bingung dan takut di lihat mahasiswa lain.

"Tidak Kak, aku bisa pulang sendiri," jawabku seadanya.

"Baiklah, kalau begitu berhati-hatilah." ucapnya dan akupun berlalu pergi meninggalkan kak Dhika.

***

Acara OSMB sudah selesai, karena hanya di laksanakan selama tiga hari yang berisi perkenalan program dan system masing-masing fakultas, perkenalan club kampus, dan beberapa hiburan dan game asah otak. Kini tiba saatnya ke acara perkemahan. Perkemahan dilaksanakan disebuat gunung yang masih belum terjamah oleh manusia, bahkan terdapat hutan liar disana.

Sesampainya di tempat tujuan, kelompok 1 di instruksikan untuk membangun tenda mereka. Karena terlalu banyak jadi mereka membaginya menjadi 3 tenda. Okta dan fajar hanya berdua saja, sedangkan ratu dengan mengalah setenda dengan chacha dan amel. Serli, aku dan Irene satu tenda. Semuanya bertugas membuat tenda, dibantu oleh Pembina kelompok. Seno dengan semangat membantu Irene, thalita dan serli mendirikan tenda. Sedangkan angga merasa harus membantu ratu, chacha dan amel untuk mendirikan tenda. Aku melihat Ratu yang sesekali menatap ke arah angga sambil tersenyum malu-malu. Aku baru pertama kali melihat ratu seperti ini, sepertinya ratu menyukai kak angga. Saat itu kak dhika dan kak Daniel datang untuk mengecek kegiatan kami. Dan amel terlihat terus mencari perhatian dhika. Aku hanya melihatnya saja, aku tidak paham saat ada perasaan kesal dan tidak rela melihat kak dhika dengan ramahnya meladeni amel. Setelah mendirikan tenda, tidak ada kegiatan apapun. Semuanya sibuk memasak untuk makan malam mereka. Amel slalu membuat gara-gara kepadaku, serli bahkan ratu tetapi kami tidak menggubrisnya. Hingga tengah malam, semua peserta berkumpul ditengah lapangan dengan api unggun yang besar dan indah. Beberapa permainan dan atraksi ditampilkan disana, hingga semua panitia bersorak dan menyuruh dhika menyanyi. Dhikapun tidak menolaknya dan mengambil gitar lalu mulai memetik senar gitar itu. Semuanya terdiam dan terpaku kearah dhika yang akan menyanyi. Suara dhika memang sangat merdu, lagu apapun yang dia bawakan pasti akan terdengar sangat indah. Hingga di bait terakhir yang terdengar sangat mendalam, pandangan kami beradu, bahkan kak dhika menampilkan senyuman terbaiknya padaku. Kak Dhika selesai bernyanyi dan semua orang bertepuk tangan.

Pagi harinya kami melakukan kegiatan lari pagi bersama, amel dengan sengaja menghalangi langkahku, membuatku terjatuh dan tersungkur ketanah. Serli, ratu, iren dan okta segera membantuku untuk berdiri. "heh nesi dan nela loe mau cari ribut disini? Loe kagak tau malu yah" ujar okta kesal

"gue gak ada urusannya sama loe, banci" ujar chacha kesal

"loe bilang apa nela? Loe bilang gue banci? Haha dasar nenek lampir sarap. Loe gak lihat kegagahan dan ketampanan gue???" pekik okta kesal

"berisik loe crocodile, nama gue itu clarissa bukan nela!!!" pekik chacha kesal.

"Clarissa kebagusan buat loe, loe lebih cocok jadi nela alias nenek lampir" ledek okta menatap tajam chacha yang juga menatapnya dengan sengit.

"udah udah, kenapa kalian malah jadi berantem. Udah gator, cuekin saja" ujar Irene menengahi.

"awas loe nenek lampir" ujar okta kesal membuat chacha menatap tajam ke arah okta. Saat penjelajahanpun, amel terus mencari gara-gara bukan hanya kepadaku tetapi juga ke serli dan ratu. Tetapi serli dan ratu langsung membalasnya balik, berbeda denganku yang lebih memilih tidak menghiraukannya. Saat tengah berjalan melewati sungai yang curam dan jembatannya yang sudah goyang tanpa pegangan tangan. Amel dengan sengaja mendorongku berpura-pura kakinya tersandung karena kebetulan aku berada didepannya. Aku yang terdorong hampir saja akan terjatuh ke sungai curam itu kalau tidak ada tangan kekar yang memegangiku. Aku yang kaget langsung menatap ke seseorang yang baru saja menolongku, dan tatapan kami bertemu.

"k-ak dhika" gumamku

"kamu tidak apa-apa kan?" Tanya dhika dengan tatapan khawatirnya, aku menggelengkan kepalaku "apa ada yang sakit?" Tanya dhika lagi

"ti-tidak kak" jawabku sedikit gugup karena dhika masih memegang lenganku dan satu tangan lagi berada dipinggangnya.

"ya udah lah kak, nggak usah di khawatirin juga. Lagian dia baik-baik saja kok. Cuma caper saja sama kak dhika" ucap amel membuatku mendengus kesal

"heh nesi, yang caper itu loe, bukan si Lita. Ngapain loe pake acara sok sinetron sinetronan, pake kesandung segala" ujar okta kesal

"gue beneran kesandung banci" cibir amel tak terima

"lagu lama loe, peran antagonis selalu carmuk gini nih sama sang pemeran utama" ujar okta asal

"crocodile,, loe bisa diem gak sih. Loe itu ngaku cowok tapi mulut loe kayak bebek, berisik" celetuk chacha

"wah, ini nih. Nenek lampir ini belum kenal gue. Loe mau gue hanyutin di sungai ini biar nyampe ke rawa-rawa sumatera" ujar okta kesal mendekati chacha hingga jarak di antara mereka sangat minim.

"ngapain loe, deket-deket gue" ujar chacha kesal

"kenapa nela? Loe takut? Loe nyamain gue sama cewek, sekarang akan gue buktikan kalau gue ini cowok tullen" ujar okta terus mendekati chacha dengan seringainya.

"kyaaaaa" chacha hampir terjatuh ke sungai tetapi okta dengan sigap memegang pergelangan tangan chacha dan menariknnya hingga tubuh chacha menabrak dada bidang okta. Keduanya masih saling bertatapan cukup lama.

"ada apa ini?" Tanya kak Daniel yang baru saja datang menghampiri kami.

"minggir loe, crocodile bau" chacha mendorong tubuh okta dan berlalu pergi terlebih dulu.

"Kalian teruskan jalan kalian dan hati-hati jembatannya licin" ujar kak dhika. Semuanya kembali melakukan perjalanan kami meninggalkan kak dhika dan kak Daniel.

Setiap kegiatan, amel terus mencari gara-gara denganku. Hingga akhirnya aku mulai terpancing emosi, bukan hanya aku saja, tetapi serli, ratu dan okta juga ikut andil termasuk chacha juga. Mereka beradu mulut dihadapan semuanya, bahkan amel sempat mendorong tubuhku dan dibalas oleh ratu dan serli. Perkelahian diantara amel dan ratupun tidak bisa dihindari, serli membantu ratu karena gemas melihat amel yang terus memancing emosinya. Sedangkan chacha berkelahi denganku , chacha terlihat mengeluarkan semua kekesalannya dengan menjambak rambutku. Hingga okta menolongku dengan memelintir tangan chacha, aku memegang kepalaku yang terasa pening, bahkan di pipiku terasa perih karena cakaran chacha. "lepasin gue, buaya!!!" pekik chacha berontak tetapi okta terlihat menempelkan tubuhnya dengan punggung chacha.

"dengar yah nela, kalau mau ngamuk jangan disini" bisik okta membuat chacha semakin memberontak.

"lepasin gue, crocodile jelek!!!" pekik chacha

"kalau gue gak mau lepas, gimana dong nel?" ujar okta membuat chacha geram.

"gue buka nela,, gue Clarissa. CLARISSA!!" pekik chacha

"gue kan udah bilang, clarissa kebagusan buat loe. udah terima saja nama pemberian gue ini. harusnya loe bersyukur dapet nama dari orang tertampan dan terunyu" ujar okta dengan percaya dirinya membuatku terkekeh mendengarnya. Hingga para panitia senat datang dan melerai kami semua.

"Ada apa ini?" teriak dhika dihadapan semuanya membuat mereka berhenti berkelahi dan merapihkan penampilan mereka yang acak-acakan. "kalian sangat memalukan !!! kalian berlima itu perempuan dan nggak pantes berbuat keributan seperti ini, dan loe gator. Lepaskan tangannya" bentak dhika.

"ya elah kakak senat, ganggu orang lagi bermesraan saja" ujar okta santai membuat mahasiswa yang lain terkikik. "aku lepas nih nela, jangan kumat lagi yah penyakit bar barnya" ujar okta melepaskan pegangan tangannya membuat chacha mencibir.

"apa masalah kalian?" Tanya elza sinis dan tajam

"kak, amel daritadi cari gara-gara terus ke lita. Jadi serli dan ratu ikut ngamuk" jelas iren sebagai saksi mata.

"bukan saya kak, tapi lita saja yang daritadi nyari masalah sama aku kak" ucap amel membela dirinya dengan so polos dan kini kak dhika menatap ke arahku.

"aku tidak berbuat apa-apa kak" ucapku apa adanya.

"seno, angga !! gimana ini anak bimbingan kalian?" Tanya dhika

"maafkan kami dhik, kami akan kasih mereka hukuman" ujar seno

"jangan sampai diulang lagi" ucap dhika berlalu pergi diikuti anggota senat yang lainnya. Aku langsung terduduk di tanah karena kepalaku terasa sangat pening.

"kalian sangat memalukan tim 1, kalian ber-6 akan kakak hukum. Dan kamu oktavio, kamu bukannya merelai perkelahian mereka. Kamu malah ikut berantem" ujar kak angga dengan kesal

"ya gimana lagi kak, sayang banget kalau perkelahian itu aku lewatkan" ucap okta santai membuatku ingin tertawa melihat tingkah konyolnya.

"dasar gator" cibir kak seno.

" Cepat rapihkan pakaian dan wajah kalian" ujar angga kesal dan berlalu pergi. Chacha dan amel berlalu pergi meninggalkan semuanya.

"pergi loe yang jauh, nesi dan nela" teriak okta

"berisik crocodile,!!!" pekik chacha, sepertinya mereka sangat cocok.

***

Setelah tengah malam, tim 1 melakukan kegiatan jerit malam. Dimana hanya satu persatu yang disuruh mencari bendera dan mengumpulkannya. Saat di pertengahan jalan, hingga kini tiba giliranku, aku terus berjalan menggunakan senterku. Saat sampai dipersimpangan jalan, aku tak melihat petunjuk apapun lagi. "ya allah kemana ini? Kenapa tidak ada petunjuk lagi?" gumamku semakin ketakutan. Aku semakin memegang erat senter di tanganku. Saat tengah kebingungan, aku mendengar suara lolongan srigala.

"Aaaaaaaa" aku berteriak dan berlari ke arah kiri dengan ketakutan. Bendera yang tadi aku pegang berjatuhan ke tanah. Aku terus berlari hingga terhenti saat melihat sebuah gubuk kecil tak jauh di depanku. Aku berjalan mendekati gubuk itu hingga kini berada diteras rumah panggung itu. Aku hendak mengetuk pintu tetapi aku mendengar pembicaraan dari dalam. Kedua orang di dalam sana tengah membicarakan masalah pengiriman paket, yang aku tau itu paket sejenis narkoba. Aku telah salah mendatangi tempat, dengan perlahan aku berjalan mundur tetapi kakiku tersandung karena tidak melihat adanya anak tangga.

Bruk... Aku terjatuh, dan suara gaduh itu berhasil memancing kedua orang yang tengah berbicang didalam sana. Dan kini mereka berdua ada di ambang pintu melihat ke arahku. Aku segera berdiri dan kembali berjalan mundur walau kakiku terasa sakit.

"waw,, ternyata ada yang coba menguping" ucap seorang lelaki dengan tato yang memenuhi tangannya hingga lengannya

"cantik lagi, sepertinya masih sangat empuk" ucap lelaki lain yang rambutnya gondrong

"jangan coba mendekat!!" teriakku semakin ketakutan.

"kok jangan coba mendekat sih? Bukannya kamu yang menghampiri kita" lelaki berambut gondrong itu tertawa devil "ayo langsung bawa saja gadis ini kedalam" ucap lelaki yang bertato. Aku langsung berlari saat mereka menghampiriku. Aku terus berlari sambil menahan sakit dikakiku. Setelah lelah berlari, aku bersembunyi di balik pohon besar, aku mencoba melepas sepatuku saat terasa ngilu dan sesak. Ternyata pergelangan kakiku bengkak dan memar, aku meringis saat mencoba menggerakkan pergelangan kakiku. ya allah tolong hamba,, tolong lindungi aku.

" kak dhika tolong" spontan aku bergumam memanggil nama kak dhika. Aku mengintip dan kedua preman itu terlihat lengah, dan ini kesempatanku untuk melarikan diri. Dengan langkah yang terseok-seok aku berlari menghindari mereka. Tetapi naas, salah satu preman itu melihat ke arahku.

"itu dia" teriak salah satu preman dan mereka langsung kembali mengejarku, berkali-kali aku terjatuh dan tersungkur, tetapi aku terus berusaha bangkit dan berlari hingga aku sampai di tepi jurang.

"mau lari kemana kamu, manis" seringai keluar dari bibir preman itu

"kamu nggak akan bisa lepas dari kita" ucap lelaki gondrong itu berjalan mendekatiku

"jangan mendekat" teriakku dengan berurai air mata karena takut.

"Daripada aku harus memberikan kehormatanku lebih baik aku mati" aku yang sudah sangat kalut, tidak berpikir panjang dan langsung meloncat ke dalam jurang yang tidak terlalu dalam itu, tetapi banyak tanaman liar tumbuh disana. Tubuhku berguling ke bawah hingga membentur pohon besar disana, dan semuanya berubah menjadi gelap. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali, mencoba beradaptasi dengan sekelilingku. Ternyata aku masih ada di dalam jurang, aku menatap ke atas yang terlihat gelap. Aku berangsur dan memaksakan tubuhku untuk bangkit dan berpindah tempat.

Bruk... aku kembali terjatuh, saat rasa pusing dan remuk di tubuhku menyerang.

"tolonggggg" teriakku sekuat tenaga dan berharap ada yang menolongku.

"LITA !!!" teriak seseorang membuatku menengadahkan kepalaku menatap ke atas. Dan bagaimana seorang pangeran yang hendak menyelamatkan putrinya, aku melihat kak dhika disana tengah mengikatkan salur di sebuah pohon. Apa aku berkhayal yah, apa karena kepalaku terbentur, aku jadi mengkhayal aneh. Aku terus memperhatikan bayangan kak dhika yang terlihat menuruni jurang dengan cekatan.

"bertahanlah lita,, aku akan segera menyelamatkanmu" teriaknya membuatku tersenyum. Halusinasi ini sangatlah indah,

Sesampainya dibawah, dia langsung memeriksa kondisiku. Apa ini bukan khayalan? Aku terus memperhatikan wajah khawatirnya itu. "apa kamu kuat untuk berdiri?" Tanya dhika dan aku hanya menggelengkan kepalaku. Karena seluruh tubuhku terasa sangat remuk saat ini. Kak dhika mengambil daun yang menurut dan meremasnya hingga hancur, lalu di tempelkannya di keningku yang terasa sakit. Kak dhika menyuruhku menaiki punggungnya, dan akupun segera menurutinya dan mengalungkan kedua tanganku pada lehernya. Kak dhika mulai naik ke atas dibantu ketiga sahabatnya.

Saat aku tersadar, aku sudah berada di rumah sakit, tubuhku masih terasa sangat lemas. Hingga seseorang datang menjengukku sambil membawa keranjang buah. "hai" sapanya membuatku tersenyum manis, dia adalah kak dhika. sang pangeran yang sudah menolongku. "gimana keadaan kamu?" Tanya kak dhika seraya duduk di atas kursi di sisi brangkar.

"aku baik-baik saja. Terima kasih karena kakak sudah menyelamatkanku" ucapku

"sama-sama" ucap dhika dan tak ada lagi yang mengeluarkan suara, kami berdua sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Hingga kak dhika tiba-tiba saja berdiri dan merogoh saku jaket dan celananya yang dia pakai seakan mencari sesuatu.

"kakak cari apa?" Tanyaku penasaran karena dhika terlihat kehilangan sesuatu.

"senyum" ucap dhika tetap merogoh sakunya membuatku mengernyitkan dahiku bingung. " aku mencari senyuman manis milik seseorang" tambah dhika membuatku tersenyum dibuatnya. "ketemu" ucap dhika dengan senyum manisnya dan duduk kembali, membuatku semakin merona karenanya.

"aku suka melihat kamu tersenyum" ucap dhika tulus membuatku semakin merona, kami saling bertatapan cukup lama.

***