Devid tersenyum menatap Salsa, ia membalikkan badanya. Seolah tak mengabaikan apa yang di ucapkan Salsa tadi. Meskipun kadang dia gadis nyebelin namun seru juga kalau bisa ngerjain dia.
" Mau kerjain aku balik silahkan" Devid mengangkat tangan kirinya ke atas mengibaskan tangannya dan beranjak pergi dari kamar Salsa.
Melihat punggung tangan Devid yang semakin menjauh dari pandangan matanya, seolah mengejeknya , ia kini semakin geram. Dengan tatapan semakin menajam? Salsa mengertakan giginya bersiap untuk membalas semuanya.
Salsa berdiri dengan tangan kanan mengapal memukulkan ke telapak tangan kirinya. Ia menarik bibirnya sedikit menatap tajam ke arah Devid pergi.
" permainan baru di mulai" Salsa tersenyum tipis. Ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar dengan sangat hati-hati.
" Sepertinya dia mau kerja" gumam salsa lirih. Dengan langkah sangat pelannya dan waspada jika Devid mulai turun nanti. Ia harus sudah melakukan rencananya sebelum Devid keluar dari kamarnya. Ia menatap ke belakang, takut Devid tiba-tiba di belakangnya. dan saat merasa sudah aman.
Salsa beranjak turun dari tangga keluar menuju ke mobil Devid yang terparkir di depan Vila. " Aku kempesin ban mobilnya, biar tau rasa" Ucap Salsa dengan nada sangat kesal. Menendang-nendang pelan ban mobilnya.
Wanita itu menatap ke pintu belum ada tanda-tanda Devid keluar. Ia segera beraksi mengurangi angin ban mobil Devid.
" Udah Selesai" Ucap salsa beranjak berdiri, menepuk-nepukkan telapak tangannya seolah membersihkan ke dua tangannya, yang tak kotor itu.
" Rasain !!, telat sekalian ke kantor biar tahu rasa dia, salsa di lawan" Ujar Salsa dengan melipatkan ke dua tangannya ke atas perutnya dan menarik-arik alisnya ke atas.
Wanita itu memalingkan pandangannya,beranjak pergi. Namun langkahnya terhenti seketika ia memantung tak bisa berkutik bersuara dan rasanya seolah mulutnya di bungkam rapat-rapat.
Devid berdiri di depannya dengan tatapan tajamnya berjalan semakin mendekat dan mendekat membuat tubuh Salsa berjalan mundur hingga terpepet di pinggir mobil.
Senyum tipis dengan wajah mulai menegang terpaut di wajah Salsa. " Sejak kapan kamu di ..." Devid menutup mulutnya dengan telunjuk tangannya membuat ia menghentikan ucapanya.
Salsa terdiam mengedip-ngedipkan matanya. Dalam hati rasanya ia ingin kabur dan berlari apalagi bisa menendangnya menjauh dari hadapanya. Dasar lelaki sialan, kenapa aku selalu terjebak seperti ini dangannya, seolah hatinya berbicara seperti itu.
Lelaki itu meletakkan tangannya di samping kanan dan kiri kepala Salsa bersandar di mobil menyangga tubuhnya. " Kamu jangan banyak gerak" sebuah kecupan tepat mengenai bibir Salsa.
Ia menghentikan bibirnya, menatap sangat dekat wajah Salsa, hingga desiran napas berat mereka saling berpacu tak beraturan satu sama lain. Dengan mata saling tertuju seolah ada percikan permusuhan antara dua perasaan terjadi.
" Bilang saja kalau kamu mau kecupan selamat pagi dariku, pakai sembunyi di balik mobil segala" Ucap Devid yang tak tahu aksi sebenarnya Salsa.
" Huakk.. " Ekpresi mau muntah mendengar ucapan Devid.
" apa aku gak salah denger, perutku jadi mual rasanya kamu mengucap kata itu" Ucap Salsa memalingkan pandangannya.
Devid menyentuh dagu salsa, "Apa kamu hamil mau muntah segala" Tanya Devid dengan senyum tipis menatap wajah slasa sangat dekat. Hembusan napasnya saling berpacu lagi kali ini.
Salsa tak bisa menahan detak jantungnya yang terus berpacu sangat cepat. Ia sontak mendorong tubuh Devid menjauh darinya. " Jangan sentuh aku" Teriaknya sangat lantang memabuat Devid tutup telinga seketika.
"Lama aku sakit jantung jika seerti ini terus" Ia terus bergumam dalam hati tak hentinya dengan mata tertutup rapat. Dan tangan kanan mencengkram erat baju di dadanya.
Ia mengatur napasnya yang kini mulai berat dan tak beraturan. Dengan badan agak sedikit menunduk.
" apa yang kamu lakukan. Apa kamu benar hamil" Tanya Devid berjalan mendekati Salsa.
" Ini semua gara -gara kamu. Dan aku tidak hamil lagian hamil anak kamu.. ah.. aku gak mau" Ucap salsa mengganggam tangannya mengangkat ke depan dada. Dengan nada tinggi ia berbicara seolah menahan emosi dalam jiwanya. Ia menggelengkan kepalanya membayangkan jika hamil anak Devid. Mungkin tak terbayang sangat menjijikannya dia.
Nafas Salsa mulai terlihat lebih ngos-ngosan terlalu full mengeluarkan seuara cemprengnya.
Devid berjalan mendekati Salsa yang masih berdiri di depan pintu mobilnya. " Aku bilang jangan mendekat" bentak salsa dengan nada semakin tinggi dan tangan masih mencengkram erat baju yang menempel di dadanya. Dan tangan kiri ke depan seolah mencegah Devid agar tak mendekatinya.
" Dasar wanita aneh, kesalahan apa yang aku perbuwat kenapa aku salah memilih wanita untuk jadi istriku" Gumam Devid menggelengkan kepalanya pelan menatap tingkah aneh Salsa di depannya.
Devid tak perdulikan ucapan Salsa ia semakin mendekatinya. " Apa kamu tuli. Aku bilang jangan mendekat" Ucap Salsa yang masih mengatur napasnya agar normal kembali.
Divid mendekatinya dan mendorong bahu Salsa menjauh dari mobilnya. " Aku mau masuk ke mobil kenapa kamu menghalangiku" Ucap Devid dengan wajah datarnya masuk ke dalam mobil.
Salsa menatapnya malu, ia seakan sudah tak punya muka di depan Devid. Apalagi tadi ia marah-marah gak jelas. Dan mengira jika Devid akan berbuwat sesuatu padanya.
Ternyata itu hanya dugaannya, karena terlalu was-was berhadapan dengan lelaki mesum itu. Apalagi dia diam-diam juga sangat bahaya. Bisa kapan saja menyentuhnya.
Tak perdulikan Salsa yang masih berdiri mematung di belakang menatap ke belakang mobilnya. Seolah ia terlihat sangat malu jika Devid mengetahui wajahnya yang sudah memerah.
Suara mobil perlahan sudah mulai menjauh dari pendengaran Salsa. Ia sontak berlari terbirit-birit masuk ke dalam Vila sebelum Devid mengetahui apa yang ia lakukan tadi pada mobilnya.
Salsa berdiri di ruang tamu.
" Ha..ha..ha.. pasti dia sekarang berhenti di jalan dan tet.tet... ia melihat ban mobilnya kempes" Salsa tak berhenti tertawa membayangkan bagaimana ekspresi wajah Devid saat melihat ke ban mobilnya kempes. Pasti ia sangat marah dan geram.
" Huu.. pasti mengerikan" Ucap Salsa mengernyitkan pundaknya ke atas bersamaan dengan bibir membentuk huru O.
" Na..na..na.." Salsa berjalan menaiki anak tangga, dengan terus menyanyi. Ekspresi wajahnya terlihat sangat senang. kali ini hingga ia bisa melupakan rasa canggung dan gugupnya tadi akibat Devid terlalu dekat menatapnya.
Ia berjalan masuk ke kamarnya dengan tubuh melenggak lenggok, menari kemenangan. Berhasil membuat Devid telat ke kantornya. Ia meraih handuk di kamarnya dan segera merendam tubuhnya yang terasa bau keringat habis joging tadi.
******
Di tengah jalan tepat di tengah-tengah jauh dari Vila dan perkotaan mobil Devid berhenti. " Shiiit... kenapa nih mobil" Devid berdecak kesal, memukul setir mobilnya dengan tangan.
Ia melepaskan sabuk pengaman di tubuhnya dan beranjak turun. "Shiitt kenapa juga ban mobilku" Devid menendang ban mobil depannya dengan penuh rasa kesal.
Ia melipat tangan di pinggang, menatap ke kanan dan kiri. " Ahhh... gak ada orang sama sekali, apa aku harus mendongkrak ban mobil sendiri" Ucap Devid menatap ban mobilnya.
" Apa kata client ku nanti jika tubuhku bau keringat. Ah.. gak..gak. bisa malu-aluin repurtasiku" Lajut Devid terus bergumam sendiri.
Ia tiba-tiba terdiam mengingat saat Salsa berada di mobilnya tadi. " Ini pasti kerjaan dia" Gumam Devid menganggukan kepalanya dengan bibir agak miring menatap sinis.
" Salsa....!!!" Teriak Devid menggelegar meluapkan rasa emosi di hatinya pada Salsa.
" Aku akan membalasmu nanti" Devid lirih . Ia segera meraih ponselnya dan menghubungi manajernya untuk menjemputnya dengan mobil kantor.
" tuan lee cepat bawa mobil ke sini, jemput aku di vila" Ucap Devid, singkat lalu menutup telfonya.
****
Salsa yang masih berendam hair hangat dalam bathup kamar Mandi ia sejak tadi terus bersin-bersin.
" Hachu... hachuuu..." Salsa menggaruk hidungnya yang tiba-tiba terasa gatal.
" Hachu..."
" Siapa yang membicarakanku" Gumam salsa.
" Hachu.." ia terus nenggosik hidungnya. Hingga kini terlihat memerah.
" Tolong berhenti membicarakanku" ucap Salsa dengan tangan memegang kepalanya. Dengan ekpresi wajah sedihnya.