Salsa menatap tajam ke arah Devid, dia benar-benar sangat geram pada Devid kali ini.
" Beraninya kamu menyentuh dadaku" Ucap Salsa dengan nada semakin tinggi.
Devid mendekat ke arah Salsa,
" Bukannya aku sudah pernah menyentuhnya saat hari sebelum pernikahan kita, bahkan kamu berdesah menikmatinya" Bisik Devid dengan senyum tipis di wajahnya. Dan lirikan matanya tertuju pada bagian dada datar miliknya.
Salsa terdiam, wajahnya mulai memerah seketika. Ia nampak malu dengan kejadian waktu itu yang benar-benar membuat ia tersipu malu kali ini. Ia terbayang saat dirinya menikmati setiap sentuhan yang Devid berikan padanya waktu itu.
"Argggg... gak boleh , kamu gak boleh mengingat itu salsa" Gumam salsa mengacak-cak rambutnya.
Devid terdiam, menatap aneh ke arah salsa. Wanita ini sebenarnya sehat gak sih, gumamnya.dengan tatapan aneh tertuju pada Salsa.
Devid segera beranjak berdiri, dan masuk ke dalam kamar Salsa. " Eh.. siapa yang suruh kamu masuk" Salsa berdiri, melangkah dengan perasaan kesal menggebu-gebu dalam hatinya.
Wanita itu menarik tangan Devid agar segera keluar dari kamarnya, " Pergi dari sini" Ucap Salsa. Meskipun mengeluarkan sekuat tenaga untuk menarik tangan devid pergi dari ranjangnya, sepertinya tidak membuahkan hasil, bahkan pantat Devid tak bergeser sedikitpun dari ranjangnya. Salsa tak menyerah ia mengeluarkan semua jurus dan tenaganya menarik sekuat mungkin tangan Devid. Alhasil ia sendiri yang jatuh tersungkur berguling-guling ke lantai.
" Ahhh..." tinggkah salsa seperti anak kecil yang tidak kasih permen atau bisa di bayangkan sediri lucunya. Ia memukul kan kaki dan tangannya ke lantai dengan perasaan kesalnya yang mengaduk aduk hatinya. He.he bahkan kali ini wajahnya sangat lugu, ia menguncupkan bibirnya hingga terlihat sangat tipis.
Devid terus tertawa, melihat Salsa bisa berguling-guling ke lantai putih di bawahnya tadi. Dan tingkahnya seperti anak kecil kini mampu membuatnya sangat terhibur dan tek berhenti tertawa.
" Ha.ha.. kamu mau bersihin lantai dengan tubuhmu" Gumam Devid, ia tak berhenti tertawa melihat Salsa meringis kesakitan, hingga perutnya terasa sakit, karena terus tertawa.
Salsa terdiam seketika, ia mendongakkan kepalanya menatap Devid yang duduk di ranjang. baru kali ini saat beberapa hari dengannya, melihatnya tertawa terbahak seperti itu. Wajah yang sangat tampan saat ia tersenyum. Seandainya dia seperti itu dari dulu, aku pasti suka dengannya, gumam salsa dengan senyum samar menatapnya.
Biasanya Devid saat bersamanya hanya diam, bahkan seperti patung saat dekat dengannya. Seolah ia berbicara dengan patung kalau jalan bersama dengan Devid. Kali ini melihat dia tertawa terbahak-bahak itu moment yang sangat langka baginya.
Salsa hanya diam menatap Devid, ia masih berdiri kaku di depanya, dengan tatapan aneh dan bingungnya. " Kenapa kamu melihatku seperti itu" Ucap Devid.
Salsa tertawa kecil,
" Kamu aneh aja, baru kali ini melihatmu bisa tertawa lepas" Ucap Salsa dengan nada santainya. Seraya sudah tak ada permusuhan lagi di antara mereka.
Devid menarik tangan Salsa hingga jatuh dalam pangkuannya, tatapan mereka saling tertuju. Salsa menatap mata Devid dari dekat. Kali ini jantungnya tak bisa di ajak kompromi lagi. Detak jantungnya herdegup sangat cepat, membuat napasnya semakin berat dan sesak.
"Perasaan apa ini yang aku rasakan, apa aku mulai suka dengannya. Atau aku.. arggg. Gak mungkin itu gak boleh terjadi. Gak boleh!" Gumam salsa, wajahnya memerah seketika saat tatapan lembut Devid menatap ke arahnya. Bahkan dia terus mengedipkan matanya tak percaya.
Sebuah kecupan mendarat di bibir kenyal Salsa. Wanita itu hanya dia, ia ingin menolak namun hatinya menentang apa yang ada dalam pikirannya. Sebuah kecupan sangat lembut dan mesra saling merangkul, membalas permainan masing-masing. Mereka terpacu dalam sebuah perasaan yang sama.
Bahkan Salsa yang di bilang sangat hati-hati terbuju juga dengan rayuan tatapan lembut Devid padanya. Seakan ia baru saja terkena sihir, hingga hilang ingatan sejenak, melupakan rasa dendamnya pada Devid.
" Salsa !!" Teriak Lia tiba-tiba naik ke lantai atas, ia tak sengaja melihat kecupan panas mereka.
"Opsss.. maaf" ucap Lia, membalikkan badanya menutup matanya, ia tak mau menatal adegan itu.
Devid segera mendorong tubuh Salsa terjatuh di ranjangnya. " Ada apa kemari?" tanya Devid beranjak berdiri dan berjalan menuju ke arah Lia.
Lia masih menetap ke belakang, dengan mengibaskan tangannya ke belakang.
" Gak ada apa-apa kak, aku hanya ingin berbicara dengan Salsa" Ucapnya sembari menundukkan kepalanya. Ia tak berani menatap ke arah Devid.
" Ya sudah masuklah" Ucap Devi, ia bergegas turun ke lantai satu mencari di mana adiknya itu berada.
Salsa masih terdiam tak menyangka, ia bahkan masih mematung duduk di ranjangnya dengan sekujur badan terasa kaku dan tatapan kosong ke arah Devid pergi. jemari tangannya masih menyentuh bekas kecupan lembut Devid di bibirnya. Hal tak terduga itu ia rasakan lagi, bahkan kini dia saling bepacu, membalas kecupan hangat itu.
Ya, bisa di katakan kecupan bergairah, aku tak menyangka hatiku bisa berbunga-unga seperti ini. Apa ini yang di namakan jatuh cinta. Tapi masa bodoh lagian dia siapa, gumamnya.
Salsa beranjak berdiri dari ranjangnya, dan berjalan ke arah Lia berdiri, yaitu di depan pintu kamarnya. Dia tak berhenti menutup matanya, dengan pandangan ke belakang.
" Lia!!" Sapa salsa menepuk pundak Lia dari belakang.
" Apa kamu sudah selesai?" Tanya lia dengan nada polosnya. Meskipun lia lebih tua dari pada Salsa namun mereka menganggap umur mereka sama jadi tak ada batasan untuk memanggil nama kak atau apapun.
" apanya yang udah selesai" Salsa memasang wajah bingungnya, seolah tadi tidak terjadi apa-apa. Lagian juga ia tidak mau mengingat kejadian itu. Otaknya berusaha menghilangkan jauh-jauh kejadian tadi. Jika mengingatnya lagi ia merasa ingin muntah. Bagaimana bisa ia bisa menerima kecupan hangatnya seperti itu.
" Ya syukurlah" Lia menghela napas panjangnya, ia mengusap dadanya lembut, lalu membalikkan badanya menatap Salsa.
" Oya, da apa kamu mencariku" tanya Salsa melempar senyum manisnya menatap Lia.
" Ayo ikut aku" Lia menarik tangan salsa, berlari kecil menuruni anak tangga menuju ke lantai satu. Di ruang tamu ia melihat pamandangan yang mengejutkan, yaitu Devid dan Alan berbincang, meskipun masih saling acuh sih. Tapi sebenarnya hati mereka baik, dan saling menyanyangi namun malu untuk mengungkapkan semuanya.
Lia tak perdulikan obrolan mereka, ia hanya ingin pergi ke pantai melihat pamandangan bagus bersama Salsa.
" Kalian mau kemana?" Suara lantang itu terdengar jelas di telinga mereka. Membuat salsa dan Lia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu.
Lia menoleh, " He..he aku mau ajak Salsa keluar sebentar cari udara sejuk di luar" Ucap Lia, tersipu malu karena langkahnya diam-diam tadi ketahuan. Kali ini ia gugup apa Alan dan kak Devid melarangnya nanti.
" Baiklah pergilah" Ucap Devid dengan santainya. Ia bersandar di sofa menatap Salsa yang terus menunduk dari tadi tak mau menatapnya.
" Eh.. kamu sini" Devid memanggil Salsa untuk datang mendekatinya.
Salsa mendongak, ia menatap ke arah Lia sejenak, dan melangkahkan kakinya pergi ke tempat di mana Devid duduk. Perasaan takutnya menyelimuti hatinya. Ia berpikir apa lagi yang akan dia perbuwat kali ini, apa dia akan melakukan hal tadi di depan Alan dan Salsa. Oh.. tidak aku tidak mau, ku gidak mau itu terjadi. Tolong hilangkan oikiran ini daei otakku, Salsa terus bergumam tak hentinya.
Salsa menyeret kakinya yang terasa sangat berat. " kamu jalan apa ngesot, sih" Ucap Devid dengan nada tingginya.
Salsa hanya menunduk, bahkan ia tak berani menatap wajah Devid. Ia menarik tangan Salsa agar cepat berdiri di depannya. " Angkat kepalamu" Ucap Devid dengan anda cueknya.
Salsa sangat geram dengan bentakan demi bentakan Devid. Ia merasa ingin sekali menonjok mukanya sekarang, tapi ia masih punya batasnya. Tak mau bertindak kekerasan. Salsa terdiam dan menurut apa kata Devid.