Salsa keluar dari kamarnya berjalan ringan menuruni anak tangga, berjalan menuju ke ruang tamu. Ia menatap Alan bergitu santainya bersandar di sofa dengan kedua kaki menyilang diatas meja.
" Apa yang kamu lakukan di sini" Salsa mengejutkan Alan yang duduk bersantai memegang ponselnya.
" Kamu gak bisa apa ramah dikit, pada orang lebih tua dari kamu. Atau orang tua kamu tidak mengajarkan kamu tata krama ya" Gumam Alan tanpa perdulikan Salsa yang sudah berdiri di sampingnya. Pandangannya masih tertuju pada ponselnya.
Salsa berdengus kesal ia meraih bantal kecil di sofa menutup ke mukanya yang sibuk pantengin hpnya. Entah dengan siapa dia chattingan, wanita itu tak perdulikannya, ia hanya ingin melihatnya cepat pergi, sebelum Devid pulang dan melihatnya bersama dengan lelaki lain. Entar di kiranya dia selingkuh lagi. Tetapi padahal kan yang selingkuh tu dia, si devid, bukan dirinya.
" Eh.. kamu mau membunuhku" Gumamnya dengan nada meninggi. Alan menarik tangan Salsa hingga terjatuh dalam dekapannya, di atas sofa. Mata mereka saling tertuju dan tekunci dalam satu perasaan aneh yang begejolak di hatinya.
Deg...
perasaan apa ini, kenapa aku menatapnya seakan jantungku mau copot" Gumam Alan dalam hati.
" lepaskan aku" Bentak salsa beranjak berdiri.
Ia membersihkan bajunya, ya meski tidak terlalu kotor tapi baju itu bekas sentuhan lelaki yang membuat ia semakin muak.
" oy sekarang kamu telpon kak devid, beri tahu dia kalau aku tinggal di sini selama 3 hari. Aku bersama dengan kekasihku mungkin sebentar lagi juga datang" Alan beranjak pergi menuju kamar kosong di lantai bawah. Ya memang ia sepertinya sudah tahu bagaimana dalam dan isi vila yang ia tempati sekarang.
" Eh... " Belum sempat menjawab Alan memotong pembicaraannya lebih dulu.
" gak usah komen atau banyak bicara. Oke" Tanpa perdulikan Salsa yang terus bergumam kesal di belakangnya. Ia segera masuk dan menutup pintunya rapat-rapat.
" Shitt.. tu orang waras gak sih" Umpat Salsa dengan nada kesalnya. Seolah ia ingin sekali jitak tu kepelanya.
Alan tu lebih nyeselin dari pada Devid, bahkan dia lebih sok, sok tampan, sok imut sok berkuasa, ya makanya hubungan mereka sepertinya renggang, gumam salsa.
Tak menghiraukan Alan lagi yang nembuat pikirannya tambah pening. Lagian ia juga tak begitu penting juga, ngapain juga di pikirin juga masalah dia.
Salsa melangkahkan kakinya keluar dari rumah menikmati pemandangan air laut yang begitu indah di depannya.
Dari pada mikirin soal Alan dan Devid yang bikin pusing, mendingan refresing cari udara segara melihat pamandangan alam yang bagitu indah di depanku, Gumam Salsa.
Wanita itu merentangkan ke dua tangannya, memejamkan matanya. Merasakan desiran angin laut yang menusuk ke tulang sum-sumnyanya. Dengan nyanyian desiran ombak laut yang begitu derasnya. Membaut suasana menjadi kebih nyaman Dan fress. Pikiran juga sedikit tenang.
" Woy kamu.."
Salsa terdiam tak menghiraukan teriakan lelaki nyebelin seperti dia.
" Woy apa kamu tuli, cepat buwatin aku makanan" teriak Alan dari depan pintu masuk Vila.
Tak menggubris umteriakan Alan. Ia beranjak pergi. berjalan santainya, memainkan kaki, dengan terus bernyanyi.
" Sialan dia tak menghiraukanku" Gumam Alan. Ia beranjak mendekati Salsa, yang berjalan di tepi pantai itu.
" hei kamu punya telinga gak" Teriak Alan, ia berlari meraih tangan Salsa, lalu menariknya hingga , Salsa menempel dalam dekapan hangat Alan.
" Kenapa selalu seperti ini" gumam salsa dalam hati. Ia memandang mata Alan yang masih tertuju padanya.
" lepasin aku" Salsa mendorong tubuh Alan menjauh darinya.
" Oya, tuan Alan yang terhormat, ingat ya aku itu punya telinga jadi gak usah teriak-teriak. Lagian mau buwat makanan, buwat aja sendiri. Situ punya tangan kan" Pungkas Salsa, ia manatap Alan dengan tatapan menantang kali ini.
Alan terdiam, wajahnya terlihat memerah, " Apa kamu bilang? Lagian kamu wanita harusnya kamu bisa masak kan" Bentak Alan.
" Bisa gak, itu juga kan bukan urusanmu" Salsa menegaskan. Dengan tatapan emnantang pada Alan.
Alan berdengus kesal, bicara dengan wanita di depannya itu, benar-benar harus menahan emosinya. Tak membayangkan jika lelaki udah habis di tangan Alan. Tapi sayangnya dia perempuan. Ia tak bisa berkutik apa-apa. Hanya bisa mengusap dadanya berkali kali, mencoba meredakan emosinya yang sudah mulai menjalar di tubuhnya.
Salsa beranjak pergi, lagian ia juga tidak betah terua berlaam-ama dengan Alan.
" Eh kamu mau kamana?" Alan menarik tangan Salsa, mencegahnya pergi.
Alan pegang-pegang Salsa terus ya, cari kesempatan banget. Hehe
" Bisa gak, gak usah pegang-pegang tanganku" Ucap Salsa, menarik bibirnya sedikit.
" Baiklah" Alan melapaskan seketika tangan Salsa.
" kamu sekarang pulang buwat makanan untukku, pacarku dan kak Devid. Pasti bentar lagi dia pulang" Ucap Alan, membalikkan badanya beranjak menunu ke Vila.
Salsa melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Jarum jam menunjukan pukul 10.00.
" Eh tunggu !!" Salsa berlari mencegah Alan pergi, dengan berdiri tepat di depannya, menghalangi langkah kakinya.
" Maksud kamu Devid segera pulang sekarang. Bukannya ini masih pagi"
Salsa terlihat snagat bingung, masih pagi tapi sudah pulang. Dia itu kerja atau hanya mampir untuk cari muka, atau menatap wanita cantik di kantornya, Gumamnya
Alan hanya diam, ia mendorong bahu Salsa agar tak menghalangi langkahnya.
" Minggir jangan menghalangi jalanku" Umpat Alan dengan ekspresi dinginnya menjalar ke seluruh tubuh Salsa. Membuatnya tak bisa berkutik seketika.
" Shitt.. " Umpat Salsa semakin kesal. Ia mengepalkan ke dua tangannya, mengangkat ke atas seolah ingin sekali rasanya memukul tuh lelaki sialan.
Salsa berlari mengikugi Alan, mencari jawaban atas sebuah ucapan yang amsih menganggu pikirannya.
Ia merasa, tak ingin Devid pulang lebih dulu, karena ia tak mau menatap wajahnya. Dan apalagi setelah dia tahu apa yang ia perbuat tadi pagi. Hmzz pasti dia akan memakanku habis-habisan, gumamnya
" ahh.. gak..gak" Salsa menggelengkan kepalanya dan beranjak masuk ke dalam Vila.
Tak lama sebuah mobil sport berwarna merag datang , ia menyembunyikan klakson mobilnya dan berhenti tepat di depan Vila.
Sosok wanita cantik berambut lanjang di ikat ke atas hingga hanya tersisa helaian rambut tipis di pelipisnya. Dengan mata di hiasai kaca mata berwanar gold. Wajahnya sangat putih, dagunya belah dua, membuat penampilannya sangat menarik, dan juga manis. Bahkan tubuhnya bisa di katakan sempurna.
Seolah mendengar suatu panggilan, Alan berlari keluar menemui wanita itu,
" Syang ini vilanya?" Tanya Wanita itu sembari membuka kaca mata yang menutupi matanya. Ia berjalan keluar melirik ke arah Vila itu. mumutar matanya sekilas melihat detail desain vila yang merasa tidak seperti seleranya.
" Iya, sementara kita di sini gak papa kan?" Ucap alan sembari melempar senyum manis di wajahnya.