Jam sudah menunjukan pukul 04.00 salsa masih tidur pulas di ranjangnya. Bahkan Devid sudah berdiri lengkap denhan celaana jogingnya serata handuk kecil. Ia melipat sedikit lengan baju panjangnya membuat ia tambah keren.
" Woy bangun cepat ganti pakaian, kita mau joging" Devid menarik selimut tebal milik Salsa. Menarik tangannya untuk segera bangun dari ranjangnya.
" ahh.. jangan ganggu aku tidur. Kalau mau joging pergi sendiri. Lagian ini masih pagi. Udah sana pergi" Ucap Salsa tanpa membuka matanya. Ia mengibaskan tangannya menyuruh Devid segera pergi.
Devid tersenyum tipis seolah sebuah ide muncul di otaknya, untuk membuat ia terbangun dari ranjangnya. Ia beranjak pergi dari kamar Salsa tanpa seuntai kata keluar dari mulutnya. Namun bukannya pergi joging sendiri Devid pergi menuju ke gudang, untuk mencari beberapa mainan yang terlihat mrnjijikkan.
" ini dia. Sekarang aku akan membuatmu ketakutan" Gumam Devid dengan senyum semringai seolah tanda kemenangan terpaut dari wajahnya.
Dengan langkah semakin cepat ia pergi ke kamar Salsa. Ia membuka pintu semabari mengurangi langkahnya sangat pelan. Agar Salsa tak mendengar langkah kakinya. Melihat Salsa yang masih tidur pulas ia beranjak memasukan beberapa ular mainan serta kecoa ke dalam selimut tebal yang menutupi sekujur tubuhnya.
" Sa.. Sa bangun cepetan. Itu-- itu di balik selimut mu ada ular berbisa" Ucap Devid dengan nada panik menunjuk ke bawah selimutnya. Bahkan dia seprti seoarang wanita ekpresi terkejutnya.
Salsa meloncat berdiri seketika. Ia merasa ada yang aneh di kakinya yang berjalan merayap menjalar ke tubuh.
" Ih..apa ini" ia menarik selimutnya melemparkan ke lantai.
" Ah... ternyata cuma kecoa" Salsa kenarik nafas lega. Mengusap dadanya berkali-kali.
Devid mengerutkan keningnya, menatap aneh pada Salsa.
" Nih Wanita kenapa gak takut sama kecoa" perjuangannya sia-sia sudah. Seakan ia ingin tepuk jidad keras-keras.
" Wahhh.. ular" Salsa meloncat seketika ke arah Devid.
Devid spontan menangkap tubuh Salsa dengan ke dua tangannya. Mata mereka tertuju satu sama lain. Detak jantung salsa mulai tak beraturan lagi. Bahkan rasa takutnya tiba-tiba hilang sejenak menatap mata indahnya. Dengan masih mengalungkan ke dua tangannya di leher Devid.
" Brukkk..." Devid menjatuhkan tubuh Salsa ke lantai di bawahnya.
" Berat juga kamu kecil-kecil" Ucap Devid mengibaskan tangannya seolah ia baru saja mengangkat beban.
Di balik itu Salsa masih meringis kesakitan memegang pantatnya. Devid tak mau tahu ia mengambil ular mainan itu dan melemparnya ke arah Salsa, lalu ia berlari pergi meninggalkan salsa sendirian di dalam kamar. Dengan tatapan mengejek dan tawa kemenangan, karena berhasil ngerjain Salsa. Gadis kecil yang membuatnya geram.
" Whaaa... " Salsa meloncat berdiri seketika.
Ketakutannya terhenti ia mencoba menatap ular itu dengan teliti. Dengan rasa ragu dan takut, ia mencoba memegang ekor ular mainan itu.
" Tuan Devidddd....!!!" Teriak Salsa dengan penuh perasaan marah,kesal jadi satu menggelegar ke penjuru ruangan di Vila.
Devid yang sudah di depan vila bersiap untuk joging mendengar teriakan Salsa. Ia hanya tersenyum tipis, lalu mulai berlari berkeliling ke pinggir laut.
Hari masih gelap matahari belum menampakkan sinarnya. Di pagi hari ia sudah berhasil mengerjai Salsa dan kali ini ia ingin membuat salsa kecapekkan seharian bekerja. Tunggu rencana berikutnya. Devid berlari ringan dengan membayangkan gimana Ekspresi takut Salsa tadi yang masih terlintas di benaknya. Membuat ia tertawa sendiri.
Sesekali ia mengusap keringat di keningnya dengan handuk kecil di lehernya. Ia meraba badanya, seolah ada yang ketinggalan lula tidak ia bawa.
" Di mana air minumku" Gumam Devid menatap sekelilingnya, ia bertanya dalam hati apa minumannya jatuh saat berlari tadi.
Dan salsa tiba-tiba berlari menyalip dia dan berhenti tepat di depannya dengan membawa minuman di tangan kanan. Ia membuka botol minuman itu lalu meneguknya perlahan dengan tatapan melirik ke arah Devid. Ia tahu jika devid pasti kehausan.
Devid hanya berdengus kesal menatap Salsa minum air di depannya. Ia hanya bisa menelan ludahnya berkali-kali hingga melegakan tenggrokannya yang terasa kering.
" Kamu mau" Ucap salsa dengan mengulurkan botol minuman itu.
Devid yang sudah tak tahan karena haus. Ia segera meraih minuman itu. Namun dengan sigap Salsa menarik minumannya kembali.
" Kalau mau minum ini tunggu sapai habis, dan silahkan ambil air laut itu untuk di minum" Ucap Salsa dengan nada mengejek dan tertawa kecil, mulai melanjutkan larinya lagi.
Devid tiba-tiba terjatuh pingsan. Suara jatuhan tubuhnya devid membuat Salsa tehenti mendengarnya. Ia membalikan badannya. Menatap Devid yang sudah terbaring di atas pasir.
Ia berlari mendekatinya, " Tuan bangun jangan meninggal. Masak gara-gara gak minum beberapa menit saja tuan meninggal. Tuan bangunlah, cepat bangun jangan bikin aku khawatir. Nanti kalau keluarga tuan tanya aku di kira sebagai pembunuh. Aku gak mau tuan aku masih punya adik dan ibu, aku takut di penjara" Cerocos Salsa tanpa hentinya dengan tangan mendorong-dorong tubuh Devid. Ia merasa sangat khawatir dengan Devid.
" Laaa.... "
Devid tiba-tiba tertawa seketika, membuat Salsa meloncat duduk ke belakang.
"Kamu gak meninggal?"
" Ya gak lah, jika aku meninggal aku pasti akan menghantuimu" ucap Devid dengan mencoba menakuti Salsa dengan ekpresi wajah menyeramkannya.
Devid segera meraih botol minuman di tangan Salsa, dengan segera ia membukanya. Lalu meminumnya sampai habis.
" Itu kan bekas bibirku, kenapa kamu minum" Ucap Salsa dengan nada kesal.
" bekas bibir ini" Devid memegang bibir Salsa dengan jemarinya.
Salsa menepis tangan Devid. " jangan menyentuhku" Salsa beranjak berdiri dengan tatapan tajamnya. Ia merasa sangat kesal berlari pulang ke Vila lebih dulu untuk membuat sebuah ide gila ngerjain Devid sebelum ia kembali ke vila.
" kamu mau kamana?" Teriak Devid dengan tangan menjulur ke depan seolah ia ingin mencegah Salsa pergi.
" Pulang" Teriak Salsa dengan terus berlari. Kali ini ia berlari maraton menuju ke Vila, Sebelum Devid kembali.
" Dia benar-benar menyebalkan tak habis pikir aku dia berani ngerjain aku ke dua kalinya. Kali ini aku akan beri pembalasan untukmu tuan muda" Salsa tertawa kecil .
Ia berdiri tepat di depan pintu, mencoba mengatur napasnya perlahan. Lalu membuka pintu Vila dan segera beranjak masuk ke dalam.
" aku harus cepat berpikir apa yang harus aku perbuwat" Ucap Salsa berjalan modar-mandir mencoba bepikir keras untuk rencana apa yang akan ia lakukan nantinya.
Belum ia berjalan terburu-buru menuju dapur, langkahnya yang terlaku cepat membaut kakinya terlilit kakinya sendiri hingga tersandung dan jatuh tersungkur.
Salsa beranjak duduk dan mencoba berdiri. " Aww.. kakiku kenapa sakit" Ia Kembali duduk ke lantai dengan tangan terus memijat perlahan kakinya.
tak lama Devid pulang berjalan masuk ke dalam rumah melihat Salsa sudah di dapur duduk di lantai.
" Ngapain kamu di bawah. Mau ngepel, oya sekalian bersihin kamarku ya. Rapikan semuanya dan jangan lupa di pel" Ucap Devid menarik handuk kecil di lehernya mengusapnya ke wajahnya dan rambut yang terlihat berantakan dan basah karena keringat.
" ternyata dia sangat tampan" Gumam Salsa lirih memandangi wajah Devid.
" Kenapa kamu masih duduk, cepat pergi ke kamarku dan bersihkan semuanya" Ucap Devid dengan nada semakin tinggi.
Salsa berdengus kesal. Ia menarik perkataannya kembali yang memuji ketampanan Devid.
" Kenapa kamu gak bersihin sendiri" Balas Salsa dengan tatapan menantangnya.
" apa kamu bilang" Devid menarik tangan Salsa untuk berdiri. " kakiku sakit" Salsa masih terdiam dan duduk.
" Gak usah banyak alasan cepat berdiri" Devid menarik kasar tangan Salsa hingga ia berdiri. Ia mendorong tubuh Salsa agar cepat berjalan.
" aww... " Salsa menahan sakitnya mencoba berjalan pergi menaiki tangga. Meskipun kadang terhenti menahan sakitnya sejenak, lalu melanjutkan perjalanannya lagi.
Devid terdiam menatap kaki Salsa yang terlihat bengkak. " Ternyata dia gak bohong " Devi berjalan mengikuti Salsa ia meraih tangan salsa. Dengan sigap mengangkat tubuh Salsa berjalan menaiki tangga.