Melihat punggung Devid yang sudah pergi menjauh dari kamarnya. Ia segera berlari kecil menuju ke pintu lalu menutupnya rapat-rapat.
Wanita itu kini bisa bernafas lega dia sudah pergi menjauh dari kamarnya. Ia mulai terdiam terbayang kejadian tadi malam yang membuatnya terus terlintas di otaknya. Benar-benar membuat ia tak bisa melupakan hal menjijikkan yang ia lakukan. Bahkan dia menerima permainan itu.
" Salsa kamu benar-benar gila. Gimana kalu nanti semua tamanku tahu. Dan apa jadinya aku tiba-tiba hamil besar" Gumamnya terus berdecak kesal. " ahh.. pasti sangat memalukan. Apalagi aku masih sekolah" Salsa mengacak acak rambutnya. Ia menyesali apa yang dia perbuwat kemarin malam dengan Devid namun apa yang bisa ia perbuwat tubuhnya tak bisa menolaknya.
Ia segera berlari lagi menuju kamar Mandi untuk membersihkan tubuhnya. dari bau parfum mahal yang melekat erat dalam tubuhnya. " Harum!! sepertinya aku pernah tahu bahu parfum apa ini" Gumam Salsa terus menciumi tangannya terasa aroma parfum yang menyeruak dalam penciumannya.
Parfum dengan merk Imperial Majesty Perfume ber-aroma seperti ylang-ylang, vanilla Tahiti, kayu manis Italia, cetafolis rosa, melati, minyak mawar, dan akar orris jadi satu dalam balutan wadah parfum mewah. Dan membuat parfum ini memiliki aroma yang menawan dan mempesona untuk wanita. Bahkan membuat salsa tergila gila dalam irama permainanya kemarin malam.
" setidaknya aku tahu sedikit tentang parfum. Karena memang parfum itu adalah parfum yang pernah aku temukan di jalan lalu" Gumam Salsa terus mencium bau tubuhnya yang harum menyeruak ke hidungnya. Sebenarnya ia ingin terus mencium bau harum parfum itu tapi bekas pelukan. Devid ia ingin segera hilangkan dari tubuhnya. Meskipun sayang juga parfumnya harus hilang.
Salsa merendam tubuhnya dalam bathup kamar mandi miliknya. Merasa sangat nyaman dan tenang berendam dengan air hangat.
Tak lama ia segera keluar dari kamar Mandi. Ia takut jika manusia rubah itu tiba-tiba muncul lagi dan marah-marah gak jelas dengannya.
Dengan segera wanita itu meraih gaun yang sudah ia pilih dan sisihkan di ranjangnya. Ia mulai memakainya di tubuh mungil miliknya. Selesai memakai gaun berwarna pink itu ia berjalan perlahan menuju ke depan kaca.
Ia menatap dirinya di depan kaca. Terlihat dirinya yang begitu sempurna dengan balutan gaun pink selutut. Wanita itu terus memutar-mutar badannya di depan kaca. Tak berhenti dia mengagumi dirinya sendiri.
" Aku terlihat cantik juga dengan pakaian mahal ini" Gumam salsa tersenyum dengan menyetuh ke dua pipi mulusnya.
Tanpa ragu lagi ia segera menunjukan kecantikannya ke depan calon suaminya itu. Berjalan dengan penuh percaya diri menuju ke depan pintu. Ia melihat ke bawah dari atas kamarnya . Membuat matanya terbelalak seketika. Bagaimana tidak tiba-tiba banyak para tamu sudah berdatangan. Ia yang bingung ada acara apa sebenarnya di bawah. dan sebelumnya Devid juga tidak memberi tahunya.
Niatnya yang tadi ingin turun seakan terhenti seketika. Ia mengurungkan niatnya dan membalikkan badannya ke arah kamarnya.
Namun langkahnya terhenti tangannya seraya mneyangkut sesuatu di belakang. " kamu mau kamana?" Ucap seseorang di belakangnya suara yang sangat familiar tetapi sepertinya bukan Devid.
" Apa dia Devian" Batin Salsa.
Ia menoleh seketika dengan senyum semringai. ii menganggap jika itu adalah Devian namun senyumnya memudar seketika. Ketika tahu siapa yang di belakangnya. Salsa hanya dia menelan ludahnya berkali-kali untuk melegakan tenggorokannya.
" Kenapa melihatku seperti melihat setan seperti itu" Ucap Alan dengan senyum tipis melebarkan ke dua matanya.
Salsa menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. " Eh Kamu..." Belum semoat mengucap kata pada Alan tiba-tiba Devid menarik tangan Salsa dari cengkraman Alan.
" Upss.. sepertinya aku salah orang" Pungkas Alan mengangkat tangannya sejenak lalu menurunkan lagi. beranjak pergi tanpa sepatah kata lagi keluar. Ya memang dia sangat tidak suka dengan kakaknya itu. Dia selalu ngatur hidupnya. Dan apalagi Alan memang paling bandel dan tidak suka di atur dengan kehidupan yang sudah ia jalani. Bahkan dia lebih memilih cari uang sendiri dari pada bekerja sama dengan kakaknya.
Salsa menyentuh dada bidang Devid membuatnya mendongakkan kepalanya mengedipkan mata berkali-kali menatap wajah tampan Devid di dekapanya kali ini. Ia bisa meraskaan detak jantung devid semakin cepat.
Devid melepaskan tangannya. " kenapa kamu pakai baju itu. Kita mau menikah bukannya mau pergi jalan-jalan" Ucap Devid membuat Salsa melotot seketika.
Ia mengira akan marah soal Alan ternyata tidak. Dan oernayataannya malah membuat ia berdiri kaku seketika.
" Me--Me--menikah" Ucap Salsa dengan nada terpatah-patah tak percaya.
" Iya kita nikah! Bukannya kamu di sini mau nikah denganku sesuai perjanjian kita. Setelah selesai perjajian kamu boleh pergi daei kehidupanku jauh-jauh" Ucap Devid menarik tangan Salsa menuju kamarnya yang lumayan jauh dari kamar Salsa.
" kita mau kamana? " Salsa mencoba melepaskan tangan Devid yang mencengkram erat tangannya. Namun apalah daya tangannya tidak ada daya di bandingkan tangan perkasa milik Devid.
" Ganti baju!" jawab devid singkat langkahnya semakin cepat membuat Salsa tak bisa mengikuti hentakan kakinya selaras.
" Bisa pelan-pelan gak?" Gumam Salsa yang sudah mulai ngos-ngosan nafasnya seolah perlahan habis.
Devid berhenti tepat di depan sebuah kamar dengan nuansa pintu berwarna coklat dengan nuansa ukiran klasik. Benar-benar membuat mata Salsa terpanah melihat keindahan pintu kamar Devid.
Devid mdmbuka pintunya kasar, melempar tubuh Salsa ke dalam kamarnya. " Cepat ganti bajunya dan bawa dia turun menemui para tamu undangan" Ucap Devid dengan nada datarnya.
Salsa menatap aneh pada Devid. Tadi pagi wajahnya nampak lucu dan menggemaskan saat tertidur. Namun kini berubah menjadi Devid yang menjengkelkan dengan wajah dingin dan kaku tanpa ekspresi senyum di wajahnya. Tanpa seuntai kata keluar dari mulutnya pada Salsa. Lelaki itu berjalan menjauh dari kamarnya.
" Dasar aneh!" Gumam Salsa lirih memandang punggung Devid yang sudah melangkah jauh di depannya.
" Permisi non. sekarang lebih baik cepat ganti baju" Gumam perias yang sudah di persiapkan Devid sejak awal di kamarnya.
"Baiklah" Dengan terpaksa Salsa menuruti apa kata perias itu ia segera memakai gaun yang sudah di persiapkan sejak awal oleh Devid khusus untuknya. Gaun putih yang sangat indah dan bergitu pas melekat dalam tubuh mungilnya. Ia kini jauh terlihat lebih cantik dari sebelumnya meskipun belum make up sama sekali ia sudah terlihat sangat cantik.
" Boleh minta permintaan gak?" ucap Salsa pada perias di sampingnya.
" Boleh non" Jawab perias itu lirih.
" Aku mau kamu make up'in aku senatural mungkin. Aku tidak mau terlihat sangat mencolok. Di larasin sesuai umurku saja jangan make up tebal seperti orang tua" Ucap Salsa. Ia tidak perduli di bilang cerewet nantinya. Karena memang ia tidak mau make up tebal karena begitu norak dan gak sesuai dengan umurnya.
" Baik non" Jawab Perias itu tanpa penolakan darinya.
Tak butuh waktu lama wajah cantik Salsa di balut dengan make up mahal yang sudah di belikan sejak awal oleh Devid sebelum pernikahannya di mulai.
Wanita itu perlahan menatap ke kaca di depannya. " Apa ini aku?" Gumam Salsa mencoba mencubit pipinya namun terasa sakit. " berarti ini bukan mimpi. Ternyata aku sangat cantik dengan balutan make up dan gaun pengantin yang pas dengan tubuhku. Seraya masuk dalam negeri dongeng" Gumam Salsa beranjak berdiri perlahan dengan tangan menarik agak ke atas gaunnya yang menjulang jatuh ke lantai.
Ia terus bergumam pada kaca mengangumi dirinya sendiri yang begitu cantik. Dengan segera ia menunjukan dirinya pada semua orang yang ada di bawah. Salsa segera meraih setangkai bunga yang sudah ada di depanya. Ia memegangnya dengan ke dua tangan berjalan perlahan dengan 2 orang pelayan membantu angkat gaunnya.