Devian menatap salsa di belakangnya. Dengan tatapan tak percaya Devid meninggalkan istrinya di tengah jalan yang sangat sepi sendirian.
" Kenapa kamu bisa di sini?" tanya Devian.
Salsa menunduk, memgerucutkan bibirnya.
" Devid meninggalkanku begitu saja" Jawab salsa dengan nada sangat kesal. Ia masih mengangkat gaunnya yang terasa berat itu.
" Baiklah ayo masuk, aku akan antar kamu ke vila tempat Devid berada" ucap Devian memegang kedua bahu Salsa.
mendengar tawaran dari Devian matanya berbinar seketika. Akhirnya ada juga pangeran penolongnya. Devian benar-benar berbeda dari kakanya. Dia nampak sangat tampan, ramah dan juga baik. Membuat mata Salsa tak berkedip menatap kagum pada kebaikan dan ketampananya.
" gimana kamu mau tidak?" Tanya Devian agak menundukkan badannya. Karena salsa sangat pendek tinggi hanya 150 cm. Sedangkan Devian 178 cm. Ia harus agak jongkok menunduk agar bisa menatap wajah wanita di depannya itu.
Merasakan desiran nafas Devian dari dekat membaut wajah Salsa memerah. Ia tak sanggup lagi menatap matanya. Jantungnya terasa mau copot. Seraya dalam hati terus bergumam.
Oh Tuhan dia begitu tampan. Makasih engkau telah mengerimkan dia untuk menolongku.
Dengan tangan saling menepuk seolah menempel jadi satu ia menggenggam jemarinya erat di dadanya. Salsa mulai berpikir liar, ia mebayangkan menikah dengan Devian dan berakhir dengan kecupan hangat. Salsa menutup matanya dengan bibir agak di monyong ke depan.
" Hai kamu gak papa kan" Tanya Devian memegang pundak Salsa. Membuatnya tersadar dari hanyalan liarnya. Wajahnya memerah seketika saat bibirnya bertidak konyol.
Ia tersenyum tipis seolah sangat malu dengan apa yang ia lakukan tadi. " aku gak papa" Jawab Salsa meringis dengan tangan meggaruk keningnya yang tak gatal.
" ya sudah cepat naik" Devian segera masuk dalam mobilnya.
Dan sedangkan salsa masih terdiam dengan hati masih berteriak kegirangan bisa semobil berdua dengan Devian. " yee.. ye...ye.." Salsa menjogetkan tubuhnya merayakan hatinya yang berbunga bunga.
Devian menatap ke belakang dari balik jendela mobil. " apa yang kamu lakukan cepat masuk" pungkas Devian.
Tingkah konyol wanita itu terhenti seketika. Ia merasa malu ke dua kalinya. Di saat ia merayakan kesenangannya, Devian melihat dan menatapnya. Dengan langkah tegap salsa menarik gaunya agak ke atas dan segera masuk ke dalam mobil.
Tanpa bicara lagi Devian mulai menyalakan mesin mobilnya dan melaju dengan kecapatan sedang. Suasana mobil nampak hening hanya hembusan Ac dan musik di dalam mobil yang menemani perjalanan mereka.
Sesekali Salsa melirik ke arah Devian yang masih fokus menatap jalan di depannya. Bahkan sama sekali tak melirik ke arahnya.
Dia memang susah sekali di tebak. Dalam hatinya selalu berharap seuntai kata keluar lagi dari mulutnya. Tetapi setidaknya ia tidak seperti Devid yang angkuh, sombong dan tak punya hati itu. Dalam bayangan Salsa ingin sekali mencabik-cabik wajahnya seperti hewan buas.
Salsa mengumpulkan semua keberaniannya untuk memulai pembicaraannya lebih dulu. Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkan perlahan.
" Apa kamu tahu dimana vila Devid" Tanya Salsa menoleh ke arah Devid kencoba memecahkan keheningan di antara mereka.
" Kamu diam saja nanti juga sampai di sana, dan ingat kamu jangan bikin Devid marah. Jika dia sampai marah maka dia akan melakukan lebih dari itu" Ucap Devian tanpa menatap Salsa di sampingnya. Ia masih tetap fokus mengemudi mobilnya.
Salsa terus menatap Devid seraya dalam hatinya bicara, Siapa yang membuat dia marah. Dia juga yang memulai duluan buwat aku marah. Bahkan sangat marah. Tegasnya dalam hati dengan bibir mengerucut.
Hampir 1 jam perjalanan tanpa saling berbicara lagi. Mereka sampai disebuah Vila Devid, yang seketika membuat mata Salsa terbelalak. Bagaimana tidak ia melihat begitu mewah dengan desain yang unik dengan nuansa pemandangan pantai yang sangat indah.
Namun ia masih terpikir. Mau kemana sebenarnya Devian dan kenapa tiba-tiba ia berada di tempat yang sama dengannya. Salsa melihat sekelilingnya mentap tak ada sekalipun rumah di sana kecuali vila Devid yang ada di pinggiran pantai.
Ingin rasanya melayangkan sebuah pertanyaan pada Devian. Namun ia hanya bisa menelan ludah nya. Menarik kembali keinginannya untuk bertanya. Lebih baik diam dan segera masuk untuk memberi pelajaran pada Devid.
" Aku balik dulu. Kamu cepat masuk" Pungkas Devian membalikkan badan melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil kembali. Salsa menatap kepergian Devian yang sudah melaju jauh dari pandangannya.
Kini ia bergegas masuk dan sesekali memberi pelajaran pada Devid yang sangat kurang ajar padanya, meninggalkannya begitu saja. Dan untung aja ada pangeran Devian datang menyelamatkannya dan sekaligus mau mengantarkannya ke Vila dengan senang hati.
Salsa berjalan terburu-buru masuk ke dalam rumah. Ia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu vila. Ia membuka perlahan berjalan hati-hati.
Salsa memang sengaja berjalan pelan agar tidak ketahuan kalau Dia sudah berada dalam vila. Ia berjalan menaiki tangga menuju ke lantai dua untuk mencari di mana Devid berada.
Suara erangan dan desahan seorang wanita membuatnya kikkuk. Ia menelan ludahnya berkali-kali hingga melegakan tenggorokannya yang memang sangat kering karena kehausan sejak tadi.
Ia berjalan semakin mendekat menuju ke sumber suara. Di balik pintu kamar yang terbuka sedikit. Entah sengaja atau tidak mereka membuka pintu, salsa juga tak tahu. Ia melihat dua orang kekasih bermadu kasih di ranjang dengan hentakan irama yang selaras.
Tak mau melanjutkan pandangannya. Namun desahan Dea semakin keras hingga terdengar di telinga Salsa yang masih berdiri di depan di belik tembok.
" Apa yang mereka lakukan" Gumamnya. Namun dalam hati berkata lain, entah kenapa ia merasa sangat sakit melihat itu semua.
****
" Sayang gimana kalau istri kamu itu tahu" Dea menyentuh dada bidang Devid dengan jemari lentiknya.
" Biarkan saja dia tahu, lagian aku kan hanya pura-pura menikah dengannya" Ucap Devid dengan tangan kiri menyangga pinggang Dea dan tangan kanan membelai lembut rambut Dea.
" Kamu tidak suka kan sama dia"
Devid tertawa kecil. " Apa kamu menguji cintaku. Dia gadis kecil masih sangat lugu gak mungkin aku suka dengannya" balas Devid mencium kening kekasihnya itu.
Salsa mendengar semuanya sontak mengerutkan bibirnya. Ia berjalan dengan penuh rasa kesal masuk ke dalam kamar .
Brakk....
Membuat pandangan.mereka terarah pada salsa. Tatapan mereka seolah terkejut dengan kedatangannya yang sangat cepat. " Gimana kamu bisa sampai di sini" Tanya Devid mendorong tubuh Dea agak menjauh darinya.
Salsa hanya terdiam, dengan wajah yang sudah memerah, tanpa rasa takut lagi. Ia mengambil satu gelas air di meja samping ranjang mereka, lalu menyiramnya ke Dea dan Devid.
" Dasar gila" teriak Dea dengan tatapan tajam ke arah Salsa. Ia sangat kesal dengan ulah salsa yang datang tiba-tiba menyiramnya.
Salsa hanya tersenyum tipis.
" Dasar lelaki gak tahu diri. Asal kamu tahu ya wanita jalang, sekaligus murahan kamu mau saja tidur denganya. Apa kamu tahu jika dia pernah berhubungan denganku" ucap Salsa seolah ia keceplosan mengucap kata itu.
Dea menatap ke arah Devid, ia tak menyangka jika dia juga berhubungan dengan wanita lain. Dulu ia bilang jika dalam hatinya hanya ada namanya. Ternyata ia juga seranjang berdua dengan wanita lain.
Ia beranjak berdiri meraih baju yang ada di samping ranjangnya. Dengan perasaan kesal tanpa seuntai kata. Dea segera memakai baju nya kembali dan beranjak pergi dengan perasaan marah dan kesal jadi satu.
Devid berlari mengejar Dea pergi, ia mencoba menjelaskan padanya. Namun Dea selalu menepis tangannya saat ingin memegang tangannya.
" Dea tunggu aku bisa jelaskan semua" Devid mencoba meraih tangan Dea. Ia masih menganakan boxer pendek tanpa rasa malu.
" gak ada yang perlu di jelasin lagi" Jawab Dea. Ia bergegas naik ke mobil dan melaju dengan kecepatan tinggi. Tanpa menghiraukan Devid yang sedang berlari mengejarnya.