"Memang siapa bilang kamu gak punya nama?" tanya Salsa heran, memalingkan wajahnya acuh.
Aku lama-lama harus periksa kejiwaan. Apalah masih normal atau tidak... Terlalu lama dengan orang ganguan jiwa. Bisa jari menular padaku.
"Kalau memang kamu udah tahu, Panggil aku dengan nama aku" tegas David.
"Memang nama kamu siapa?"
"Apa kamu lupa, sini aku beri ahu kamu. Tapi dengan satu syarat." Ucap David melirik ke arah Salsa yang masih berdiir di sampingnya.
"Memangnya apa syaratnya?" tanya menggoda Salsa, seolah dia memang pura-pura lupa ingatan.
"Cium aku!"
Salsa memincingkan matanya, menatap David sedikit menunduk ke bawah. "Apa katamu?' tanya Salsa.
"Kenapa? Apa kamu gak suka? Bukanya kamu ingin kecupan dariku?" tanya davidmenggoda.
"Gak sama sekali, aku sudah gak mau lagi terus kamu bodohi." Gumam Salsa.
David tersenyum samar, memegang langan Salsa. "Duduklah!" pinta David.
"Aku mau duduk kalau kamu sedikit ke samping lagi." Ucap salsa, menarik tanganya.
"Oke.. Aku ke samping." David menggeser tubuhnya semakin mendekati Salsa.
"Eh.. kenapa kamu malah dekat-dekat, cepat menjauh."
"Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau aku suruh geser ke samping. Kenapa sekarang mau berubah pikiran." Gumam David, menatap salsa heran. Ia memang sengaja ingin menggoda Salsa. Membuat gadis itu marah seakan menjadi kesenangan tersendiri baginya. Tetapi terkadang dia juga marah beneran dengan Salsa. Memang dia yang selalu cari gara-gara.
"Terserah," gumam Salsa kesal.
"Kamu marah?"
"Pikir sendiri,"
"Mau ke tengah danau gak?" tanya David, sembari telunjuk tangannya menunjuk tepat tengah danau di depannya.
"Mau pakai apa? Terbang?" Salsa beranjak duduk tepat di samping David.
"Krnapa gak sekalian saja jalan kaki," gumam David kesal.
"Silahkan kalau bisa, aku mau jadi penonton setia kamu."
"Kenapa tidak hubungan kita saja yang saling setia?"
"Bukanya situ yang mendua?" sindir tajam Salsa, tanpa menatap ke arah Salsa.
"Pinjam tangan kamu?"
Salsa menoleh, mengerutkan keningnya bingung. "Buat apa?" tanya curiga Salsa.
"Mana?"
"Buat apa?"
"Sudah mana tangan kamu," David meraih paksa tangan Salsa.
David melukiskan setengah hati di telapak tangan Salsa. Membuat wanita itu terheran-heran dnegan apa yang di lakukan David.
"Apa maksudnya?" tanya Salsa.
"Ikut aku," David bangkit dari duduknya. Memegang tangan Salsa. Menariknya berdiri.
"Kalau kamu mau jawaban, ikut aku sekarang." gumam David.
Salsa dengan terpaksa mengikuti kemana David pergi. Hingga langkahnya tertuju pada sebuah kapal kecil di pinggir danau.
"Kita kemana?" tanya Salsa.
"Ke tengah danau"
Bentar, bukanya tadi dia bilang jika ajak Dea. Terus kenapa.sekarang di sini hanya kita berdua. Apa mungkin kalau dia hanya membuat aku cemburu saja. Gumam Salsa dalam hatinya.
"Jangan diam terus, cepat melangkah," ucap David, memegang tangan Salsa menuntunnya untuk naik ke atas kapal.
"Hati-hati," Salsa melangkahkan kakinya naik ke atas perahu kayu yang terlihat sudah sangat tua. Dengan dua dayung yang ada di samping mereka.
Mereka.segera duduk, David mendayung perahunya sekuat tenaga hingga tepat sampai di tengah danau. Pemandangan yang begitu luar biasa. Pemandangan yang di penuhi pepohonan di samping danau. Suasana sore yang begitu indah, matahari seakan mengintip mereka yang sedang di madu kasih.
Aku ke sini hanya ingin membuat kamu senang. Aku tidak mau jika kamu terus terluka. Apalagi tersakiti karena perbuatan dan perkataanku.
"Indah!" ucap Salsa. Ke dua matanya terkagum-kagum melihat sekelilingnya.
"David, kenapa kamu di situ?" teriak Dea, ke dua matanya menatap tajam saat melihat kemesraan Salsa dan David.
"Dea?" Dua pasang mata itu seketika menoleh cepat ke sumber suara. Ke dua mata mereka melebar saat melihat sosok di pinggir danau itu.
"Tuh, pacar kamu datang!" gumam kesal Salsa memutar matanya malas.
"Temui dia," pinta David.
Salsa memincingkan matanya. "Apa maksud kamu?" tanya Salsa.
"Cepat temui dia,"
"Kenapa lo jadi maksa banget, lagian dia pacar siapa? Kenapa juga harus aku?" pekik Salsa heran.
"Ini perintah!"
"Tapi aku berhak menolaknya!" sambung cepat Salsa.
"Tidak ada yang boleh menolak perintahku. Kamu temui dia atau aku akan merubah hidup kamu jadi menyedihkan."
Salsa berdengus kesal, menghentakkan kakinya, menarik ujung bibirnya sinis. Sembari mengumpat pelan. "Dasar laki-laki nyebelin,"
"Apa kamu bilang?"
"Nyebelin!" jelas Salsa.
"Jelek!"
"Lebih baik jelek, dari pada punya paras sempurna tapi gak punya hati." sindir Salsa.
"Sekarang dayung perahunya. Kalau kamu mau aku temui dia."
"Dayung sendiri,"
Salsa menoleh, "Kalau aku bisa, sudah dari tadi aku dayung perahu ini. Dari pada aku harus berdua dengan kamu di sini."
"David..." anggil Dea kesal. "Kalau kamu gak mau cepat kesini. Aku marah denganmu,"
"iya, sudah marah saja." gumam Salsa ke dua tangannya bersendekap. Memalingkan wajahnya acuh.
"Aku nunggu kamu dari tadi, tetapi kamu bersama dengan wanita murahan itu?" pekik Dea meninggikan suaranya
David mendayung lagi perahunya ke pinggir danau. Sampai di danau, ia berjalan mendekati Dea.
"Jangan panggil dia wanita murahan,"
"Oh, gitu!" Dea menarik ujung bibirnya sinis, mengangguk-anggukan kepalanya.
"Sekarang kamu mrmbelanya?" gumam Dea penuh kekecewaan dalam hatinya.
"Aku tidak membela siapapun," ucap David meninggikan suaranya.
"Kalau kamu tidak membela dia?" Dea mendorong bahu Selsa hingga terpental ke belakang. "Kenapa kamu sekarang berani membentakku."
"Karena kamu salah,"
"Salah aku apa? Apa yang membuat aku salah di mata kamu?"
"Udah.. Sekarang lebih baik kita pulang," ucap David, menarik tangan Dea dan Salsa segera pergi dari sana. Rencana untuk menyatukan mereka hari ini gagal total. Dengan terpaksa Salsa harus mengikuti kemana mereka pergi. Meski dia merasa kesal.
"Masuk ke dalam mobil, aku akan antar pulang." ucap David.
Mereka semua masuk ke dalam.mobil Dea duduk di depan dengan David. Sedangkan Salsa harus mengalah duduk di belakang. Ke dua matanya terasa sangat panas saat melihat David tak hentinya membelai lembut rambut Dea. Telinganya bahkan lebih panas lagi saat dia mendengar kata cinta itu terus terlontar dari mulutnya tanpa rasa bersalah sama sekali telah mengacuhkan istrinya.
Hingga sampai di rumah Dea. David sudah berhasil mrndapatkan maaf dari wanita itu. Dia mengecup bibir Dea di depannya. Lalu mengecup keningnya sangat lembut. Hati Salsa hemar-benar di hantam batu besar melihat itu semua. Sakit, benar-benar sangat sakit. Tak bisa ia menahannya.
David tanpa banyak bicara mulai menjalankan mobilnya lagi. Bahkan dia tak melirik sama sekali ke belakang.
"Apa kamu tidak mau melihatku?" tanya Salsa.
"Kenapa.kamu selalu membela dia. Dan sekarang, aku tahu. Jika kamu memangbemar-benar suka dengannya."
"Maksud kamu apa?' tanya David.
"Aku alam-lama kesal terus bertahan seperti ini?"
"Terus?"
"Tolong segera akhiri perjanjian ini."
David menggeram kesal, laki-laki itu menginjak rem mendadak sontak membuat dahi Salsa terbentuk kursi depannya.
"Turun kamu sekarang?"
"Kamu mengusirku?"
"Iya, cepat turun!" bentak David.
Salsa menghela napasnya dengan terpaksa dia segera turun dari mobil David. Berjalan dengan penuh rasa kesal saat melihat mobil David melaju dengan kecepatan tinggi di depannya. Hari ini bumi sedang bersedih, bahkan langitpun ikut bersedih, amarahnya menyambar-nyambar, seperti hatinya sekarang.
"Kenapa kamu selalu meninggalkan aku sendiri? Kenapa?" gumam Salsa, tak kuasa menahan air matanya lagi.