Salsa yang mulai bosan di kamar sendiri. Dab David entah pergi kemana dia. Di rumah merasa sangat bosan. tanpa ada satu pun yang mengajaknya bicara. Di sana yang sayang dengannya, dan selalu berbincang hanya Devian dan Oma David. Yang lainya acuh tak acuh padanya. Dan terkadang dia juga merasa sangat kesal dengan mereka. Wajah mereka seakan tak bisa bersahabat dengannya. Dan tak begitu perduli apa kegiatannya.
Salsa menghela napasnya. Melangkahkan kakinya menuruni anak tangga berjalan keluar dari rumahnya.
"Mau kemana kamu?" suara seorang wanita paruh baya membuat Salsa terkejut. Dia menoleh ke belakang cepat.
"Mama," ucapnya gugup.
"Jangan panggil aku mama, sejak kapan aku jadi mama kamu." pekik mama David, memutar matanya malas.
Salsa memalingkan wajahnya, menjulurkan lidahnya sekan mau muntah. Menarik ujung bibirnya, sambil mencibir pelan.
"Dasar nenek lampir. lagian aku juga tidak mau jadi anak kamu. lebih baik jika aku menjenguk ibuku. Dari pada punya mama seperti dia."
"Apa kamu bilang?" geram Mama David menajamkan matanya. Rahangnya mengerang keras.
"Mungkin pendengaran anda terganggu. Oh, ya! Anda bukanya sudah tua. Jadi perlu periksa telinga anda," ucap Salsa dengan gerakan tengahnya mengikuti setiap ucapannya. Tanpa rasa takut terbesit menghadapi mertuanya itu.
Mama David mengangkat tangannya, coba menampar pipi Salsa. Namun langkahnya terhenti. Menurunkan kembali tangannya.
"Mau nampar aku, nih tampar!" pinta Salsa memeberikan pipinya. Menepuk nepuk pipi kanannya.
"Dasar menanti gak tahu diri."
"Maaf, ma. Harusnya anda yang berpikir lrbih dulu. Apa anda yang bijak sana ini tahu diri." ucap Salsa, menarik turunkan alisnya.
Ia berdengus kesal. Aliran darah mama David mulai merangkak naik. Wajahnya merah padam. Wajahnya benar-benar kesal. Melihat Salsa yang begitu berani sekarang melawannya.
"Ingat, kamu memang istri anakku. Tetapi aku tidak akan pernah menyukai kamu sampai kapanpun. Dan jangan pernah anggap aku mama kamu lagi." geram Mama David melangkahkan kakinya pergi.
"Baiklah, terserah anda. Dan saya minta maaf. Jika memang ada salah." ucap Salsa, ke dua tangan saling menyatu. Dengan badan sedikit menunduk minta maaf padanya.
Salsa kembali memutar tubuhnya. Tersenyum penuh dengan kemenangan. berjalan menuju ke taman belakang rumahnya. Wajahnya benar-benar kali ini. Dia merasa dirinya adalah orang yang paling berani untuk melawan ibu mertuanya itu.
Akhirnya sekarang aku bisa berani menantang dia. Tapi bukanya aku tidak suka dengannya. Tapi dia benar-benar selalu tidak suka dengannya. Wajahnya benar-benar membuatnya sangat geram.
Langkah Salsa terhenti di taman duduk dengan tenang di tengah gelapnya malam Wajah cantiknya benar-benar terpantul terangnya sinar rembulan. Bunga-bunga malam bermekaran di sampingnya. Harum bunga begitu menyeruak masuk ke dalam penciumannya. Membuat pikirannya yang dari tadi tak hentinya emosi berubah menjadi tenang, dan damai.
Salsa menatap ke atas. Ke dua matanya mengernyit wajah David saat melihat wajah tampan lak-laki itu melambai-lambai di atas.
"Ih.. Kenapa aku harus mengingat dia. Kenapa dia selaku muncul di pikiranku. Mungkin dia sudah menumbukkan racun padaku. Membuat aku benar-benar sudah gila karenanya." gumam Salsa mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Dasar wanuta aneh!" suara serak sedikit berat itu mengganggu lamunannya. Wajah cantinya menoleh cepat, membuka matanya lebar melihat sosok David berjalan ringan melangkah ke arahnya.
"Dari mana kamu?" tanya Salsa.
"Emangnya kenapa? Apa kamu perduli denganku."
"Sedikit perduli," ucap Salsa, memalingkan wajahnya acuh.
"Jadi kamu mulai perduli dengan suami kamu, ya." ucap David menggoda, duduk di sampingnya.
"Jangan terlalu percaya diri." ucap Salsa, menatap wajah David di sampingnya. "Perduli bukan berarti suka. Tadi mama kamu itu nyebelin. kamu tahu gak, dia hampir saja menamparku. Tapi entah kenapa gak jadi, apa mungkin dia takut dengan kamu." jelas Salsa, panjang lebar dengan mimik wajah dan tangannya mengikuti setiap ucapanya.
"Kenapa dia mau menamparmu?" tanya Davis datar. Ia menyembunyikan rasa kesalnya pada Mamanya. Yang hampir saja melukai istrinya.
"Karena dari awal dia, kan. Tidak suka denganku. Dan aku bukanlah wanita yang di inginkannya. Apa mungkin karena aku anak orang tidak mamaku."
"Itu tidak jadi masalah. Kamu menikah denganku juga hanya sebatas status. Aku harap kamu bisa bersabar sampai semua selesai." ucap David, mengusap ujung kepala Salsa, membuat wajah wanita itu seketika merah malu.
kenapa dia selalu berbuat baik padaku. Selalu menyentuhku lembut. Gimana aku bisa mengkokohkan pendirianku jika dia selalu seperti ini. Yang bisa aku tambah dekat dengannya. Decak kesal Salsa dalam hatinya.
"Masuklah! Sudah malam. jangan terlalu lama di luar," pinta David, bangkit dari duduknya.
"Memangnya kenapa? Pemandangan malam itu indah. Lihatlah bulan di sana, dan bintang di atas sangat indah, kan." ucap Salsa menunjuk ke atas. dan David mengikuti setiap gerakan tangan Salsa. Lalu kembali menatap Salsa.
"Udara malam tak baik untuk kesehatan," ucap David, melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Salsa.
"Aku harap kamu cepat masuk ke dalam rumah. Dan tidurlah! Jangan sampai aku marah padamu." jelas David, tanpa menghentikan langkah, ataupun menoleh ke belakang.
Salsa menggeram kesal, mengangkat tangannya. Dengan ke dua tangan mengepal seakan ingin memukulnya.
"Iya, bawel. Ini aku juga mau masuk." ucap Salsa, bangkit dari duduknya. Dia menarik satu sudut bibirnya. Lalu berlari mendorong bahu David dari depan. sontak membuat laki-laki itu mengumpat kasar.
"Sialan! Apa yang kamu lakukan?" pekik David, yang hampir saja terjatuh. Ia menggeram kesal, menatap Salsa yang berlari di depannya. Tak mau kalah, David berlari mengikuti Salsa, memeluk tubuh Salsa dari belakang. Kemudian mengangkatnya ala bridal style.
"David! Turunkan, aku!" ucap Salsa. Memukul-mukul dada bidang David. David hanya diam, tak perdulikan Salsa yang tak hentinya memukul dia.
"Turunkan, gak!!" pekik salsa.
"Gak akan," David menunduk, menatap wajah Salsa yang tak hentinya mengumpat kesal.
"Kamu yang memulai, jadi aku yang akan memberi kamu pelajaran."
"Pelajaran gimana maksud kamu?" tanya Salsa, melebarkan matanya.
"Aku akan membuat kamu tak berdaya di ranjang." ucap David, menggoda.
"Enggak!" pekik Salsa. "Cepat turunkan aku," ucap Salsa, meronta-ronta mencoba untuk turun.
"Apa kamu gak mau, bukanya itu yang kamu inginkan?" tanya David.
"Enggak! Siapa juga yang menginginkannya."
David menurunkan tubuh Salsa tepat di depan kamarnya. Mendekatkan tubuhnya dan berbisik pelan. "Apa yang kamu inginkan," ucap Salsa mencoba mendorong tubuh David menjauh darinya.
"Apa kamu ingat dengan ku dulu sebelum kita menikah. Kamu menghabiskan malam pertama denganku dengan begitu lihainya."
Salsa menguntupkan bibirnya. Menggeram kesal mencoba mengumpulkan semua kekuatannya mendorong tubuh David menjauh darinya.
"Dasar otak mesum!" umpat Salsa.
"Pergilah, Tidur!" ucap David, tersenyum tipis dan beranjak pergi.
Sebenarnya apa yang dia inginkan. Dasar laki-laki nyebelin.