Chereads / Menikahi Ceo / Chapter 38 - Ibu mertua yang sinis

Chapter 38 - Ibu mertua yang sinis

"Bi, Salsa sudah bangun?" tanya David pada pelayan yang dari tadi sibuk membersekan lantai dua. Tepat dejat dnegan kamar Salsa.

"Belum, tuan! Aku tadi sudah coba bangunin. Tapi, belum juga kembali." jawab pelayan.

"Baiklah, akan coba bangunkan dia sendiri."

David membuka pintu kamarnya. Langkahnya terhenti saat melihat Salsa sudah tidak ada di ranjangnya. Ke dua matanya memutar melihat sekelilingnya, tetap saja dia tidak ada di sana.

"Di mana dia?" tanya David pada dirinya sendiri. Ia semakin melangkahkan kakinya ke depan. Dengan langkah ringan berjalan mendekati ranjang istrinya.

"Sa, kamu di mana?" panggil David.

"Hah.. Mandi hari ini sangat segar. Kalau setiap hari mandi pagi.. Mungkin aku tidak akan malas-malasan." gumam Salsa, perlahan pintu kamar mandi terbuka. Salsa berjalan keluar dnegan balutan handuk yang menutupi bagian dadanya sampai lutut. Dengan ke dua tangan mengusap rambutnya yang basah.

"Kamu sudah mandi?" tanya David, sontak membuat Salsa terkejut. Langkahnya terhenti, mengangkat kepalanya, seketika wanita itu berteriak.

Aaaa....

Salsa menutup ke dua dadanya, memalingkan tubuhnya. "Dasar mesum, apa yang kamu lihat." pekik salsa. Melihat pandangan mata David tak lepas terus melihat tubuhnya.

"Kenapa kamu bisa masuk?" tanya Salsa sembari melirik ke belakang.

"Bukanya kamar kamu gak di kunci. Siapapun bisa masuk ke dalam" ucap David. Bangkit dari duduknya berjalan mendekati Salsa dengan langkah ringan. Berhenti tepat di depan Salsa.

"Kenapa kamu malu?" bisik David,

"Jangan mendekat!" ucap Salsa was-was.

"Buka saja, aku bantu kamu ganti baju, gimana?" tanya David, menarik alisnya bersamaan. Dengan senyum tipis sedikit menggoda.

"Jangan kurang ajar padaku," geram Salsa.

"Aku suamimu, kenapa.kamu bilang aku kurang ajar?" tanya David kesal.

"Bukanya kamu yang selalu mengingatkanku dengan hubungan kita hanya sebatas suami istri di atas kertas." ucap Salsa.

"Iya.. Tapi.. Meskipun begitu kamu tetap milikku."

"Siapa bilang, aku milik keluargaku," bentak Salsa.

"Udah gak usah banyak bicara lagi. lebih baim sekarang kamu ganti baju. Aku tunggu kamu di luar." jawab David, dia mulai merasa sangat kesal dengan Salsa. Wanita itu semakin lama semakin berani terus tetang menjawab, bahkan sampai menentangnya. David melangkah satu lengkah, langkahnya sudah terhenti saat sentuhan lembut tangan Salsa memegang lengannya.

"Tunggu!"

Pasti dia akan bilang padaku. David! Tolong bantu aku ganti baju. Gumamnnya dalam hati sembari terus tersenyum membayangkan adegan itu.

"Kalau kamu keluar, tolong tutup pintunya sekalian." ucap Salsa melepaskan tangan David, laki-laki itu membuyarkan bayangan menjijikkan yang ada di otaknya. Dia mengerutkan keningnya, menoleh cepat ke arah Salsa.

"Apa maksud kamu tadi? Emangnya kamu siapa berani memerintahku." decak kesal David. "Dan bukanya kamu tadi bilang ingin bantu gantikan baju,"

"Enak saja, jangan harap kamu bisa menyentuhku lagi." pekik Salsa, mendorong tubuh David keluar dari kamarnya.

Jari telunjuknya kenunjuk tepat di wajah David. "Ingat, aku tidak akan pernah bis akamu sentuh lagi." ucap Salsa tegas, menutup pintunya keras.

Dasar gak punya sopan satun. Pada irang yang jauh lebih tua darinya. Lagian kenapa aku bisa dapat wanita seperti Dia. Padahal masih banyak wanita yang di luaran sana itu cantik-cantik. Gerutu David di setiap lengannya pergi.

***

Sedangkan Salsa juga tidak hentinya terus bergumam dalam hatinya.

Memangnya dia siapa? Berani sekali membuat aku marah setiap hari.. Oken fix! Dia suamiku. Tapi hanya suami sementara. Gak lebih!

Salsa segera bersiap memakai baju sekolah. Hari ini dia akan masuk sekolah lagi. Seperti biasanya. Dan David sudah membantunya untuk mendapatkan ijin dari sekolah agar bisa libur lama. Dan dengan suka rela kepala sekolah menyetujuinya. Pasti karena satu alasan, Yaitu Devianlan sang pemilik perusahaan, tidak ada yang berani menentangnya.

Salsa berdandan dengan sangat rapi. Dia meraih jaket jeans miliknya. Lalu meraih tas, aemakin menyilang di tubuhnya. Tak lupa dengan sepatu yang biasa di pakai. Sepatu butut, jelek, item, dan warnanya benar-benar sudah hancur.

Selesai semua, dia menguntupkan bibirnya. Bersiul merdu berjalan dnegan langkah cerianya menuruni anak tangga. Langkahnya terhenti saat sebuah tatapan sinis mengarah ke arahnya. Salsa tahu dia siapa, ya, pastinya jbu mertua yang nyebelin itu. Dengan langkah ringan dia berjalan melewatinya.

"Pagi ibu mertua," sapa Salsa mendapatkan lirikan tajam ke arahnya. Sembari bergidik jijik mendengarkan apa yang di katakan Salsa.

"Ogah, banget aku jadi mertua kamu."

"Dan aku juga tidak pernah tertarik jadi istri dari anak kamu." balas Slasa tajam.

"Dasae murahan,"

"Lebih murahan mulut orang yang selalu merendahkan orang lain." sindir tajam Salsa, melirik tajam ke belakang menatap mama David yang masih berdiri di atasnya hanya berjarak dua anak tangga.

"Dia itu sudah tidak bisa jaga lisan, rendah pula, bertobatlah!" ucap Salsa, segera berlari pergi menuju ke meja makan. Mama David terlalu cemas dengan anaknya. dan hubungannya dengan jalas sedikit menentangnya.

"Dasar kurang ajar," pekik mama David, dan langsung pergi begitu saja. Wajah kesal penuh amarah keluar dari tubuhnya.

***

"Kenapa lama sekali?" tanya David, yang dari tadi memang sudah menunggu Salsa di meja makan.

"Aku gak makan," ucap Salsa, melirik sekeliling David. Banyak mata yang menatapnya tak suka. Membuat dia harus mengurungkan niatnya untuk makan.

"Baiklah! Ayo, berangkat!" David bangkit dari duduknya. Berjalan dengan langkah cepat keluar dari rumahnya. Tanpa perdulikan Salsa yang masih berjalan jauh di belakangnya.

"Apa dia marah padaku?" tanya Salsa dalam dirinya. Menatap punggung David yang sudah jauh di depannya.

"Mungkin akhir-akhir ini dia lagi pms." gerutu Salsa, David sudah masuk ke dalam mobilnya. Dengan cepat Salsa berlari masuk ke dalam mobil David dan duduk di jok depan mobilnya. Wajahnya benar-benar datar.

"Kenapa kamu tidak mejungguku?" tanya kesal Salsa, jemari tangannya masih sibuk memakai sabuk pengaman.

David menoleh wajahnya terlihat sangat dingin. Dengan tatapan tajamnya seakan menusuk ke dalam hatinya.

"Siapa yang suruh kamu masuk?" tanya David tajam.

"Bukanya kamu sendiri,"

"Aku tidak pernah bilang jika berangkat sekolah denganku."

Apa, sih sebenarnya mau dia. Kenapa dia lama-lama nyeselin banget.. Oh.. Mungkin dia mau ngerjain aku lagi.

"Aku mau bernagkat ke kantor,"

"Aku juga mau sekolah,"

"Terus kenapa naik, arah kita berbeda."

"Kamu bisa antarkan aku dulu. Atau aku akan akan bicara pada semua orang tentang kita."

Davis mencengkeram erat tangan Salsa. "Jangan macam-macam denganku," ancam David, yang langsung mengemudi mobilnya keluar dari halaman rumahnya. Ia menambah kecepatan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke sekolah Salsa. Mobilnya bahkan lebih cepat dari pembalap lenggak lenggok di jalan raya. Membuat suasana semakin mencengkam.

"David...." teriak Salsa mencengkeram erat tangan David, membuat bekas di lengannya.