Chereads / Brothers Conflict - About Us / Chapter 22 - Chapter 21

Chapter 22 - Chapter 21

"7 ruangan dengan 3 balkon, 10 jendela besar dan 7 jendela kecil. 3 jendela kecil menghadap hutan dan jalan raya. Sempurna," gumam Trace yang kini berada di balkon mansion sambil menilik sekitarnya.

Lelaki tampan itu mengambil ponsel miliknya dan menghubungi seseorang. Tidak membutuhkan waktu lama sambungan itu diangkat.

"Ada apa , Tuan Trace?" jawab orang di seberang sana.

"Sediakan 10 orang, 2 Pindad, beberapa senjata. Dan kirimkan ke alamat yang akan kuberikan nanti," jawab Trace.

"Sesuai perintah Anda, Tuan. Kami akan kirimkan secepatnya," jawab orang di seberang sana.

Trace hanya mengangguk lalu mematikan sambungan telepon, ia mengetik pesan di ponselnya dan mengirim pesan itu dengan cepat.

"Kau akan kesulitan mendapatkan Pindad," ujar Ivy yang tiba-tiba sudah berada di belakang Trace.

"Tenang saja, mereka jauh lebih berguna daripada ketiga Kakak tirimu itu, Nona," jawab Trace sarkas membuat Ivy tertawa kecil.

"Kau bisa memesan yang lainnya, untuk apa kau memakai Pindad dengan jarak kurang lebih 2 kilometer? Jangan berlebihan, Trace," ujar Ivy dan mendapatkan senyum manis dari bodyguardnya itu.

"Berjaga-jaga, karena sepertinya aku harus memburu tikus," jawab Trace dengan senyum simpulnya dan berlalu meninggalkan Ivy.

Senjata Pindad / SPR 2 / senjata laras panjang milik sniper secara rinci, berkaliber 12,7 mm x 99 mm, panjang senapan 1.755 mm, berat keseluruhan 19,5 kg, panjang barel 1.055 mm, kapasitas peluru antara 5-10 butir. Rifling atau alur spiral berulir pada bagian dalam laras senjata api ini yakni 8 grooves, RH 381 mm (15") twist. Kecepatan rata-rata lesatan peluru 900 meter per detik dan jangkauan 2 km.

Pindad juga bisa dipakaikan silencer/ peredam suara, silencer yang dipasang bisa menurunkan hentakan suara tembakan sekitar 20-30 desibel. Senjata ini juga dilengkapi perangkat night vision dan teleskop dengan pembesaran ukuran 5-25 kali.

"Trace, pelurunya bisa menembus tank baja. Dan bahkan, ada peledak di balik munisi tersebut yang bisa menghancurkan kendaraan tempur dalam sekejap. Apa kau ingin membunuh seseorang dengan menghancurkan sekitarnya?" teriak Ivy dan tidak mendapatkan jawaban dari Trace.

"Ya Tuhan, anak itu benar-benar ingin mencari perhatian!" rutuk Ivy kesal sambil memasuki mansion dan hilang di balik pintu kamarnya.

Malam telah tiba, malam ini Alysia tidak kembali ke mansion. Ivy yang sejak sore menatap tajam sekitar mansion hanya bisa duduk manis dengan menyesap teh buatan Trace di taman mansion.

"Banyak sekali tikus yang berkeliaran," ujar Trace sambil menyisir surai hitam legam milik Ivy.

"Apa yang mereka incar?" tanya Ivy.

"Kita akan segera mengetahuinya, Nona," jawab Trace, Ivy hanya menganggukan kepala.

Ia mengetahui jika Trace sudah menyelidiki semua yang sedang terjadi saat ini. Tetapi, ada sesuatu yang janggal dengan para tikus itu yang membuat Trace menimbang antara meledakkan tubuh mereka atau membiarkan mereka memberi celah untuk Trace tangkap.

Menangkap secara langsung mereka pun tidak akan membuahkan hasil, karena mereka hanyalah tikus kecil yang hanya ditugasi untuk memata-matai. Jika kau ingin menangkap ikan besar, kau harus menunggu sedikit lama dan dengan kesabaran yang tinggi kau akan mendapatkan hasil yang setimpal.

"Apa mereka adalah suruhan dari ketiga Kakak tirimu, Nona?" tanya Trace membuat Ivy mendongakkan wajahnya menatap manik indah lelaki tampan itu.

"Aku tidak tahu, jika kau gagal menghapus jejakku, kembalilah berlatih bersama mereka," jawab Ivy lalu kembali menatap lampion-lampion indah di taman.

"Dan meninggalkanmu sendirian? Ayah pasti akan bangkit dari kuburnya lalu membunuhku karena meninggalkanmu," gurau Trace membuat Ivy tertawa kecil.

"Hahaha, Ayah adalah orang yang hebat. Sudah mati pun bisa membuatku menderita, aku menyayanginya sekaligus membencinya," jawab Ivy yang kini teringat dengan masa lalunya.

"Ivy–"

"Aku tahu, kau tidak perlu membahasnya berulang kali," potong Ivy yang langsung saja mendapatkan pelukan dari Trace.

"Aku ada di sini dan hidup hanya untukmu, Ivy," bisik Trace di telinga Ivy.

Gadis itu hanya memejamkan matanya merasakan kehangatan yang ia rasakan saat bersama Trace. Ivy mengetahui semuanya, latar belakang Trace dan apa yang sedang ia perjuangkan. Trace memperjuangkan dirinya, apa pun itu akan Trace lakukan karena dirinya adalah sumber kehidupan lelaki itu.

"Kau mulai kedinginan, sebaiknya kau kembali ke kamarmu," ujar Trace sambil melepaskan pelukan dari tubuh Ivy.

"Trace," panggil Ivy lirih.

"Aku tahu, aku akan menemanimu tidur malam ini," jawab Trace sambil menggendong tubuh ramping gadis itu.

Trace tahu apa yang dibutuhkan Ivy saat ini, ketika gadis itu mengingat tentang ayahnya. Gadis itu membutuhkan pelukan kasih sayang, sama seperti dengan dirinya saat dulu.

Trace membawa Ivy ke dalam kamar gadis itu, membaringkan gadis cantik itu dan menutupinya dengan selimut tebal.

"Aku akan berada di sini, jadi istirahatlah," bisik Trace dan gadis itu hanya mengangguk sambil menutup kedua matanya.

Ketukan pintu kamar terdengar pelan, Trace berjalan membuka pintu dan mendapati tangan kanannya berdiri tegap dengan membawa beberapa berkas. Trace menempelkan telunjuk kanannya ke bibir mengisyaratkan untuk tidak bersuara.

Lelaki di hadapannya mengangguk sambil memberikan berkas di tangannya sambil berbisik.

"Clear." Trace hanya mengangguk sambil mengikuti arah langkah bawahannya itu.

Mereka berdua menuju lantai satu dan memasuki ruang tamu, di sana ada beberapa pria memakai jas hitam dengan kacamata hitam mereka yang bertengger manis.

"Dengan susah payah kami mendapatkan apa yang kau minta. Akan tetapi, untuk apa ini semua?" tanya Georg salah satu bawahan Trace.

"Berjaga-jaga jika para tikus itu melukai Nona Ivy, dengan senang hati aku akan memusnahkan mereka tanpa bekas," jawab Trace sambil memeriksa senjata yang dibawa oleh para bawahannya itu.

"Aku setuju akan hal itu, tetapi mereka tidak mengincar Nona," jawab Hellasn sambil memberikan berkas lainnya kepada.

Trace mengerutkan dahinya dan mengambil berkas yang diberikan bawahannya itu. Dibacanya dengan teliti hingga seringaian di wajahnya terlihat jelas.

"Sepertinya aku akan menghajar Sepupuku itu nanti," gumam Trace.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan?" tanya Georg.

"Tidak ada, berjagalah seperti biasa. Tikus itu tidak berbahaya untuk Nona Ivy."

"Baiklah, kami akan pergi. Jagalah Nona dengan baik," ujar salah seorang pria yang terlihat tidak muda lagi.

"Aku tahu, Wedneston," jawab Trace sambil tersenyum manis.

"Aku serahkan keamanan Nona Ivy padamu," ujarnya sekali lagi sambil berlalu keluar diikuti yang lain.

"Pria tua itu benar-benar melindungi Ivy," gumam Trace sambil membereskan beberapa senapan yang ada di atas meja.

Wedneston Grey Wood, adalah pria berusia 52 tahun. Pria tua itu adalah sahabat dari Arnold Dreas Valkyrie, Ayah Ivy. Sejak kematian Arnold, Wedneston selalu berada di sekitar Ivy. Dan ternyata Wedneston mendapatkan wasiat untuk menjaga Ivy dan Rosaline dari Arnold.

Dengan senang hati pria tua itu melakukan apa yang diminta sahabatnya. Wedneston memiliki seorang istri yang bernama Liliane, dan 2 orang anak bernama Freques Green Wood dan Vilia Red Wood.

Trace kembali ke kamar Ivy dan membulatkan matanya saat melihat apa yang terjadi di hadapannya.

"IVY!!!"