Chereads / Brothers Conflict - About Us / Chapter 26 - Chapter 25

Chapter 26 - Chapter 25

Ting

From : Unknown Number

Send Pict :

Surprise for you all.

PRAANNKK

"IVY!" teriak Zerfist di kamar miliknya.

Brak

"Zerfist, apa kau mendapatkan pesan?" tanya Grim yang datang bersama Spade dengan wajah yang terlihat menahan amarah.

"Aku akan membunuh pria yang berani menyentuh Ivy!" desis Zerfist membuat Grim dan Spade sedikit bergidik ngeri.

"Apa yang harus kita lakukan? Apa kau sudah menemukan di mana Ivy berada?" tanya Grim hati-hati.

Spade melihat sekelilingnya, kamar pribadi Zerfist benar-benar berantakan. Entah apa yang dilakukan pria itu, banyak pecahan kaca menghiasi lantai.

"Aku belum menemukannya, sementara ini aku sedang melacak di mana ia berada. Cepat atau lambat aku akan menyeretnya kembali, meskipun aku harus mengikatnya," jawab Zerfist dingin.

Wajahnya kini benar-benar tidak bersahabat, entah apa yang akan dilakukan oleh pria tampan itu. Grim dan Spade benar-benar tidak dapat membayangkannya.

"Kalian pergilah, aku sedang ingin sendiri," ucap Zerfist dingin, Grim dan Spade hanya mengangguk dan cepat-cepat keluar dari kamar sang Kakak.

Zerfist kembali melihat ponsel miliknya dan melihat sebuah gambar yang dikirim oleh seseorang yang tidak diketahui. Menyesakkan, jantungnya terasa diremas kuat saat melihat Ivy bersama dengan orang lain. Dan kali ini ia melihat Ivy bercinta dengan orang lain.

Menyesakkan, Zerfist baru kali ini merasakannya. Melihat gadis itu bersama pria lain saja sudah membuatnya muak. Dan saat ini ia melihat Ivy yang seperti sedang ingin bercinta dengan pria lain membuatnya ingin membunuh siapa pun di hadapannya.

Menyakitkan, apa dirinya tidak cukup untuk memuaskan gadis itu? Zerfist menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Perasaan itu benar-benar membuatnya merasakan sakit yang begitu menyiksa.

"Ivy...," ucap Zerfist lirih.

"Apa yang harus aku lakukan terhadap dirimu? Kau menjauhiku dan kini kau bercinta dengan pria lain. Apakah aku dan kedua adikku tidak cukup untukmu?Apa yang harus aku lalukan jika sudah bertemu dengan dirimu, Ivy?!"

"Kau sudah berhasil menyiksaku, Ivy. Kau berhasil," ucap Zerfist penuh dengan penyesalan.

Pria tampan itu mengedarkan pandangannya mencari sesuatu hingga ia dapat menemukannya. Kembali ia melihat ponsel dan mencoba menelepon seseorang. Tidak membutuhkan waktu lama sambungan telepon itu terhubung.

"Ada apa? Kau mengganggu pekerjaanku!" desis orang di seberang sana.

"Lucas, aku membutuhkan informasi tentang adikmu. Mungkin Alysia dapat menemukan adikku dengan cepat," jawab Zerfist tanpa basa-basi.

"Aku harap kau tidak akan menyukai Alysia, Zerfist." jawab Lucas dengan nada mengejek.

"Tenang saja, aku lebih tertarik dengan adikku yang cantik itu," jawab Zerfist sedikit terkekeh.

"Akan aku kirimkan alamatnya nanti, sementara itu kau jangan mendekati Alysia. Ia sudah memiliki seseorang," jawab Lucas memperingati.

"Apa kau menyerah tentang Alysia, Lucas?" tanya Zerfist dengan nada mengejek.

"Aku akan membuka pintu jika ia memang datang padaku," jawab Lucas santai.

"Sepertinya kau sudah kembali bersikap menjadi seorang Kakak," ujar Zerfist.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa kau sudah mendapatkan hati adikmu? Aku rasa adikmu saat ini sedang bercinta dengan pria lain yang bisa memuaskannya. Hahaha...."

"Jaga bicaramu, Lucas. Aku tidak ingin merobek mulutmu saat ini," jawab Zerfist dingin.

"Hahaha, baiklah maafkan aku. Aku akan mengirimmu pesan nanti, sampai jumpa," jawab Lucas dan langsung saja memutuskan sambungan telepon.

"Aku benar-benar ingin membunuh pria itu, jika saja dia bukanlah temanku," rutuk Zerfist yang langsung saja mengambil jas hitamnya dan keluar dari kamar.

Sedangkan Grim dan Spade benar-benar mengerahkan bawahan mereka untuk mencari sang adik. Tidak hanya Zerfist, Grim dan Spade pun merasakan hal yang sama. Menyesakkan di dada mereka, dan sakit yang begitu pedih meski tidak terlihat dari wajah mereka.

Memasang wajah dingin dan terlihat tenang, meski yang sebenarnya adalah mereka terlalu rapuh hanya karena seorang gadis. Keputusasaan tidak terlihat membuktikan diri bahwa mereka tidak tunduk. Akan tetapi, hati berkata lain. Mereka sudah terlalu tunduk di bawah kekuasaan seorang Ivy.

Di sisi lain...

Ivy terlihat sedang mempelajari makalah yang ia pegang saat ini. Sedangkan Trace, lelaki tampan itu entah pergi ke mana. Sejak kejadian itu, Trace tetap terlihat biasa saja, Ivy pun tidak ingin memikirkannya. Lagi pula, itu kesalahannya membuat Trace harus menolongnya.

'Menolongnya', Ivy tertawa miris. Hidupnya entah mengapa bagai wanita yang mencari kepuasan. Dirinya pun selalu bertanya-tanya, apakah hidupnya harus berakhir layaknya seorang wanita malam yang mencari kepuasan?

Ingin sekali ia pergi ke suatu tempat di mana tidak ada seseorang yang mengenalinya. Membuka hidup baru dengan seorang kekasih yang berwajah biasa saja. Terdengar indah namun, kenyataan selalu menghentakkan kepalanya untuk kembali tersadar dari angan yang semu.

Di saat Ivy tidak memperhatikan sekitarnya, Trace datang dengan membawa secangkir teh kesukaan Ivy.

"Jangan pernah melakukannya lagi," ujar Trace membuat Ivy menoleh.

"Apa maksudmu?" tanya Ivy tidak mengerti.

"Memikirkan untuk pergi ke suatu tempat, di mana tidak ada yang mengenalmu dan memiliki kekasih berwajah biasa saja," jawab Trace dengan senyum mengejek.

"Kau tahu aku tidak akan membiarkanmu pergi jauh dariku, Nona Ivy," lanjut Trace.

"Saat ini apa posisimu? Sebagai kakak atau sebagai bodyguardku?" tanya Ivy sedikit kesal karena lagi-lagi Trace menghancurkan khayalannya.

"Bagaimana jika aku menempatkan diriku sebagai kekasihmu?"

"Pergi saja ke neraka!" jawab Ivy kesal, Trace hanya terkekeh geli mendengar umpatan yang kecil dari bibir gadis di hadapannya.

"Nona, sepertinya ketiga Kakak tirimu mulai bergerak. Apa yang akan kau lakukan?" lapor Trace sambil melihat ponsel di tangannya.

"Mengapa mereka baru bergerak saat seperti ini?" gerutu Ivy sambil menekuni makalah di tangannya.

"Sepertinya ada sesuatu yang membuat mereka bergerak. Dan sepertinya mereka mengambil langkah ekstrim," jawab Trace sambil mengerutkan keningnya.

"Apa maksudmu?"

"Kita harus cepat pergi dari sini," jawab Trace sambil bangkit dan menghubungi seseorang.

"Leanon, jalankan rencana B. Kirimkan tim Beta untuk menghapus jejak kami di mansion ini secepatnya, waktumu hanya 3 jam."

"Yes, Sir." jawab seseorang di seberang sana.

Trace kembali menatap ivy yang kini terlihat sudah mengerti dengan apa yang terjadi.

"Katakan padaku, apa yang terjadi?" ujar Ivy kini menatap Trace dengan serius.

"Maafkan aku, Nona. Tidak ada waktu untuk menjelaskan, kita akan pergi ke suatu tempat yang seperti kita rencanakan sejak awal," jawab Trace yang juga tak kalah serius.

"Trace, katakan padaku!" bentak Ivy yang kini mulai terlihat kesal.

"Tuan Muda Zerfist akan datang ke mansion ini untuk bertemu wanita itu. Hanya sebatas itu informasi yang aku dapatkan, sekarang lebih baik kau bergegas membereskan barang-barangmu, Nona Ivy." jawab Trace pada akhirnya.

"Shit! Bagaimana bisa Zerfist ingin bertemu Alysia?" Ivy bangkit dari duduknya dan menangkup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Hilang sudah hari-hari damaiku," gumam Ivy yang langsung saja berlari menaiki tangga ke lantai dua.

Trace kembali menatap ponsel miliknya, mencoba meretas ketiga ponsel milik Zerfist, Grim dan Spade. Hingga ia menemukan sesuatu yang mengejutkannya.

"Sial, siapa yang berani mengambil gambar saat kami berdua sedang bercinta?!" Trace mengusap kepalanya kasar.

"Pantas saja ketiga iblis itu mulai bergerak," lanjut Trace kini terlihat khawatir.

"Iblis itu benar-benar terbangun."