"Apa yang harus aku lakukan?!" gumam Trace yang kini terlihat bingung.
"Come on, Trace. Berpikir jernihlah!" Trace mengalihkan pandangannya ke arah lain saat Ivy sudah mulai membuka dress miliknya sendiri.
"Maafkan aku, Arnold. Aku tidak ingin Ivy tersiksa seperti ini, silakan hantui aku setelah apa yang sudah aku lakukan padanya," gumam Trace sambil memijit keningnya.
Trace berbalik dan melihat Ivy yang kini hanya memakai bra dan panty warna hitamnya.
"Aku harap kau tidak membenciku, Ivy," gumam Trace yang langsung saja membuka pakaiannya dan melemparnya di sembarang tempat.
Trace langsung saja menindih tubuh Ivy agar gadis itu tidak terlalu banyak bergerak.
"Trace ... tolong aku," pinta Ivy dengan suara lirih.
"Maafkan aku, Ivy," jawab Trace yang langsung saja melumat bibir merah merona milik Ivy.
"Ughh ...," lenguh Ivy di sela-sela ciuman mereka.
Tangan Ivy memeluk tubuh kekar Trace sambil mencoba menahan nafsu gelora yang kini membara.
"Manis," gumam Trace setelah ciuman panas mereka.
Trace menatap wajah Ivy yang memerah, bibir merahnya yang menggiurkan itu membuat Trace hilang kendali.
"Apa yang kau inginkan, Ivy?" desah Trace di telinga Ivy, tangannya dengan lembut menggenggam dada Ivy yang terlihat begitu menggiurkan.
"Akh, Trace!" Dengan lihai Trace membuka bra hitam milik Ivy yang kini menampilkan gundukan daging yang luar biasa indahnya.
"Ivy, katakan apa yang kau inginkan, Sayang," bisik Trace sensual membuat Ivy mendapatkan sensasi menakjubkan dari setiap sentuhan yang diberikan oleh Trace.
"Aku tidak bisa menahannya lagi, berikan padaku, Trace," desah Ivy yang kini membuat Trace benar-benar hilang kendali.
"Jangan pernah menyesal," bisik Trace.
Trace langsung saja kembali melumat bibir mungil itu, kedua tangannya pun tidak tinggal diam. Tangan kanannya meremas buah dada milik Ivy dengan lembut. Desahan demi desahan terdengar dan semakin membuat Trace menginginkan lebih.
Dikulumnya buah dada kiri Ivy membuat gadis itu mendesah tertahan. Tidak berhenti di situ, tangan kiri Trace kini beralih ke bawah dan membuka panty milik Ivy. Kedua jarinya dilesakkan begitu saja hingga membuat Ivy kembali mendesah.
"Ahhkk, Trace," desah Ivy.
"Ya, aku akan memberikannya dengan cepat. Tetapi, sebelum itu kau harus menikmatinya, Ivy," jawab Trace, iris matanya kini tertutup dengan kabut penuh gairah.
Kali ini Trace tidak akan menahannya lagi, lelaki itu kembali melumat bibir manis Ivy dengan tangan kirinya bermain di area kewanitaan milik gadis itu.
"Ahhh ... ahhh ... Trace ...," desah Ivy membuat Trace menyeringai.
Trace mempercepat tempo pergerakan tangan kirinya hingga kedua jarinya terasa terhimpit. Dengan cepat Trace menarik kedua jarinya, seketika tubuh Ivy sedikit menegang.
"Trace!" desah Ivy, Trace bangkit dan melebarkan kedua kaki Ivy.
"Aku tahu, bersabarlah," jawab Trace sambil tertawa kecil.
Trace kembali menindih tubuh gadis itu, dikecupnya leher jenjang gadis itu hingga ke puncak dadanya. Dengan perlahan, Trace memasukkan kejantanannya ke dalam kewanitaan Ivy.
Jeritan kecil terdengar saat milik Trace melesak masuk hingga menyentuh dinding rahim.
"Ahhkk." Trace langsung saja membungkam bibir Ivy dengan bibirnya.
Dengan perlahan Trace menggerakkan pinggulnya hingga membuat desahan Ivy terdengar samar.
"Ehm ...." Trace melepas ciumannya hingga ia kini terfokus pada gerakan tubuhnya.
"Ahhh, Ivy. Kau begitu nikmat," ucap Trace yang mulai mempercepat tempo pergerakkan pinggulnya.
"Benar-benar membuatku ingin memilikimu," bisik Trace, kembali tubuh Ivy meremang.
Pencapaian mereka hampir datang setelah bermain-main, tanpa diduga gelombang itu datang dan mereka berada sampai pada puncaknya.
"Ahhh," desah Ivy.
Tubuhnya sedikit menegang saat cairan hangat itu menyeruak masuk ke dalam rahim. Trace kembali menetralkan napasnya sambil terus menatap wajah Ivy.
"Ini belum selesai, Ivy." Trace menyeringai.
Dibaliknya tubuh Ivy dengan kepala yang sedikit ditekan ke bantal, sedangkan tubuh bagian bawah Trace tarik hingga dimasukkannya kembali kejantanan miliknya.
"Ahhh," desah Ivy membuat Trace semakin bergairah.
"Jika kau terus mendesah, aku tidak akan membiarkanmu istirahat, Ivy." Ucapan Trace membuat Ivy tersadar.
Tubuhnya memanas, tetapi otaknya kini mulai bisa berpikir jernih. Trace terus menggoyangkan pinggulnya, mencari kepuasan yang tiada batas bersama Ivy. Ivy pun hanya bisa mengikuti apa yang dilakukan Trace, tubuhnya menginginkan sentuhan Trace.
"Ahh, Trace. Kau ... terlalu ... cepat. Ahhkk," desah Ivy.
"Aku tidak ... bisa ... menahannya lagi." Saat itu juga Ivy mendapatkan orgasme untuk yang kedua kalinya.
Cairan hangat kembali memenuhi rahimnya sehingga membuatnya kurang nyaman. Tanpa memperhatikan Ivy yang masih kelelahan, Trace mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya ke kamar mandi.
Keran air hangat ia putar hingga air hangat itu mulai mengguyur kepala mereka berdua.
"Apa kau sudah lebih baik, Ivy?" tanya Trace penuh khawatir.
"Sedikit, tubuhku masih terasa panas namun, tidak sepanas tadi. Saat ini jauh lebih baik," jawab Ivy sambil menundukkan wajahnya.
Betapa malu dirinya harus disembuhkan oleh Trace, yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri meski ada sedikit rasa senang jika Trace melakukan pertama kali dengannya.
"Maafkan aku," ucap Trace membuat Ivy mendongakkan wajahnya dan kini menatap lelaki tampan itu.
"Mulai saat ini, kau tidak akan lepas dariku, Ivy,"ucap Trace bersungguh-sungguh.
Ivy membulatkan matanya saat mengerti apa yang dimaksud oleh Trace. Tanpa aba-aba tubuh Ivy kembali digendong dengan kedua kaki gadis itu kini melingkar di tubuh Trace.
"Aku ingin merasakanmu, lebih dan lebih. Walaupun aku harus membuatmu membuka kedua kakimu untukku, Ivy," bisik Trace yang langsung saja kembali melesakkan kejantanannya ke dalam kewanitaan milik Ivy.
"Ahhk," jerit Ivy.
Trace memojokkan tubuh Ivy ke dinding agar pergerakan pinggulnya lebih leluasa. Ivy hanya bisa menikmati perlakuan lembut Trace, entah apa yang terjadi esok hari. Saat ini yang ia butuhkan adalah mendapatkan pelepasannya berkali-kali.
Tanpa sadar malam tiba, Trace baru saja melepaskan Ivy. Ia tidak ingin membuat gadis itu kesulitan dalam berjalan. Hingga suara mobil terdengar dalam pendengarannya.
"Wanita itu datang, kau lebih baik turun " ujar Trace saat melihat Ivy sudah selesai memakai pakaian setelah mengeringkan rambut indahnya.
"Aku tahu," jawab Ivy singkat dan langsung saja berlari ke lantai bawah untuk menyambut temannya.
"Ivy!" panggil Alysia saat ia telah memasuki rumahnya.
"Kau pulang?" tanya Ivy membuat Alysia memutarkan matanya enggan.
"Kau bilang ada seseorang yang terus mengintai apa kau tahu siapa dia?" tanya Alysia tanpa membuang waktu.
Ivy mengangguk dan menarik Alysia masuk ke dalam kamarnya.
Alysia terbelalak mendapati kamar Ivy yang berantakan dan Trace berada di dalam sana. Pikiran-pikiran kotor mulai menghinggap di kepala Alysia. Namun, dengan cepat ia menepisnya dan mulai mengikuti Ivy untuk duduk di sofa tak jauh dari ranjang.
Trace yang juga berada di sana hanya duduk dengan gaya angkuhnya membuat Alysia sedikit muak.
"Jadi?" tanya Alysia tidak sabaran.
"Trace telah melacak siapa orang itu dan fakta mengejutkan akan kau hadapi kembali, Alysia!" ucap Ivy semakin membuat Alysia bingung dan mengernyitkan keningnya dalam.
"Apa maksudmu?"
"Kau mengenalnya, Alysia," ucap Ivy lagi semakin membuat Alysia kesal.
"Katakan, Ivy! Jangan membuatku semakin penasaran."
Ivy terkekeh menatap wajah kesal Alysia. Ia mengambil amplop di sampingnya dan membuka dokumen serta foto yang berada di dalamnya.
"Ini," ucap Ivy menyodorkan isi dokumen itu. "apa kau mengenalnya?"
Alysia yang melihat dokumen serta foto seorang wanita berambut pendek itu menganggakan mulutnya. Ia mengangguk membenarkan ucapan Ivy. Wajah Alysia mulai mendingin dan terlihat sinis.
"Untuk apa ia kembali?" ucapnya membuat Trace dan Ivy mengernyitkan keningnya.
"Siapa dia?" tanya Ivy.
"Mantan tunangan Leo."
Ivy dan Trace saling menatap bingung. Untuk apa wanita itu kembali dan memata-matai mansion Alysia.
Mereka berdua pernah membaca sebuah artikel mengenai kegagalan pernikahan Leo. Bahkan, wanita itu meninggalkan Leo di altar pernikahan. Namun, mereka berdua tidak pernah tahu wajah ataupun nama wanita gila itu.
"Sepertinya aku tahu mengapa ia kembali," seru Ivy dengan senyum sinisnya.
Alysia menoleh dan menatap Ivy penuh tanya.
"Aku rasa ia menginginkan Leo kembali." Alysia membelalak kaget dan menggeleng cepat.
"Tidak, tidak mungkin. Dia yang meninggalkan Leo dan kenapa ia harus kembali lagi?" tanya Alysia.
"Oh ayolah, Alysia. Kau jangan terlalu naif. Untuk apa ia memata-mataimu jika bukan untuk hal itu?" jelas Ivy.
Alysia terdiam dan mencoba berpikir. Ia mengangguk dan pamit meninggalkan dua orang itu seraya membawa dokumen di tangannya. Kepalan kemarahan terlihat jelas di tangan Alysia. Ivy dan Trace hanya menggendikkan bahunya tidak mengerti.
"Aku akan kembali ke apartemen si brengsek itu," ujar Trace dan hanya mendapat anggukan dari Ivy.
Gadis itu kembali melihat dokumen yang ia pegang tanpa menoleh sedikit pun pada Trace.
"Ivy," panggil Trace tiba-tiba membuat gadis itu mendongakkan wajahnya dan saat itu juga,
Cup!
Trace mengecup bibir Ivy singkat dan berlalu begitu saja meninggalkan Ivy yang masih mencerna apa yang terjadi.
"Dia benar-benar menyebalkan!"