Chereads / Brothers Conflict - About Us / Chapter 24 - Chapter 23

Chapter 24 - Chapter 23

8 tahun lalu

Gemercik air hujan terdengar begitu deras di luar bangunan. Mansion Keluarga Michaelis terlihat begitu ramai dengan semua sanak saudara. Para pelayan terlihat begitu sibuk mempersiapkan hari spesial ini.

Hari di mana sebuah takdir memutuskan siapa yang akan mewarisi 80% kekayaan dari seorang bangsawan, Euros de Michaelis. Kekayaan yang tidak terhitung membuatnya tidak perlu bekerja sendiri.

"Trace," panggil seorang pria tua yang usianya terlihat hampir 70 tahun.

"Kakek!" jawab seorang pemuda berlari dengan kecil menghampiri sang Kakek.

"Cucuku tersayang, hari ini apa yang kau pelajari?" sang Kakek langsung saja memeluk tubuh pemuda itu.

"Aku baru saja selesai membaca buku Hypercompetition karya Richard D'aveni. Dibanding Blue Ocean Strategy karya W. Chan Kim dan Renée Mauborgne, Strategy Process karya Henry Mintzberg et.al, Strategy Maps karya Kaplan dan Norton, dan Competitive Strategy karya Michael Porter. Aku merasa buku Hypercompetition adalah yang terbaik. Isinya sangat ekspansif, disusun dengan ragam ilustrasi yang amat kaya, dan menguraikan dinamika kompleksitas strategi bisnis dengan sangat mengesankan. Koherensi gagasan dan ke dalaman analisanya aku pikir lebih cemerlang dibanding buku Competitive Strategy dan bahkan lebih solid dibanding Blue Ocean Strategy," jawab Trace sambil terlihat seperti sedang berpikir.

"Kau benar, lingkungan bisnis menjadi semakin keras dan kompetitif. Banyak keunggulan bersaing sudah menjadi tidak relevan lagi. Karena itu, buku itu sangat bermanfaat untuk kau pelajari saat ini, Trace," jawab sang Kakek sambil mengelus kepala cucunya dengan sayang.

"Baiklah, ayo kita masuk. Acara akan dimulai," lanjut sang Kakek, pemuda itu hanya mengangguk lalu mengikuti sang kakek.

Begitu pintarnya Trace tidak membuat dirinya terkekang, keluarganya bahkan tidak pernah mempermasalahkan tingkah laku Trace. Trace yang begitu jenius dan ramah itu menjadi pusat perhatian keluarga.

Hari yang dinanti para kepala keluarga pun tiba, dimana Euros de Michaelis akan mewarisi beberapa kekayaannya untuk beberapa kepala keluarga. Mereka berkumpul dengan saling memasang topeng layaknya orang suci.

Beberapa anak berkumpul duduk di sofa sambil menunggu kedatangan sang kepala keluarga tertinggi. Euros de Michaelis terlihat memasuki ruangan bersama Trace, semua menatap penuh harap pada pria tua itu.

"Aku tidak ingin berbasa-basi, aku akan mengatakan langsung pada kalian. Bahwa semua harta yang aku miliki, akan aku berikan pada salah satu dari kalian semua," ujar Euros seperti biasa tanpa berbasa-basi.

Semua orang menatap terkejut, beberapa tidak menerima dan beberapa menunggu kelanjutan perkataan sang Kakek.

"Aku akan memberikan semua hartaku pada Trace de Randolf," putus sang Kakek.

Semua orang terdiam membisu masih mencoba mencerna kalimat kakek tua itu. Keadaan mulai tidak terkendali, cacian bahkan makian kini terlontar begitu saja. Topeng yang mereka pasang lepas begitu saja. Trace yang tidak mengerti apa yang terjadi memilih keluar ruangan dan kembali ke dalam kamar.

Sedangkan mereka semua, termasuk orang tua Trace pun tidak menerima keputusan sang kepala keluarga tertinggi. Bagaimana bisa kakek tua itu memberikan semua hartanya pada anak kecil seperti Trace.

Dimulai sejak hari itu semuanya telah berubah perilaku saudara, pelayan, bahkan orang tuanya seperti memusuhi Trace. Mereka tidak menyukai jika semua harta dijatuhkan pada Trace begitu saja, meski Trace salah satu kandidat terkuat untuk menggantikan posisi Euros.

Banyak orang dewasa yang ingin menggantikan posisi Euros akan tetapi, sepertinya keberuntungan berpihak pada Trace. Hari demi hari Trace lalui dengan siksaan yang tidak jelas diberikan pada kedua orang tuanya. Bahkan Trace dilarang untuk bertemu dengan Euros.

"Kita harus membuangnya jauh dari Kakek tua itu, kita tidak perlu membunuhnya karena harta itu akan disumbangkan jika Trace mati," ujar Marison.

"Tetapi, apakah Kakek tua itu akan mengganti pembagian hartanya jika Trace lenyap?" tanya Relia.

"Aku tidak tahu yang jelas kita harus menyingkirkannya terlebih dahulu," jawab Marison.

Tanpa mereka ketahui, Trace mendengar semua percakapan yang baru saja terjadi. Hingga beberapa hari kemudian, Trace dikabarkan diculik dan dinyatakan hilang oleh kepolisian.

***

-Amerika Serikat, Washington D.C.-

Bugh

Bugh

Bugh

Tendangan, pukulan, bahkan benturan dirasakan oleh seorang pemuda di kota dan negara yang sangat jauh dari tempat tinggalnya. Sudah beberapa hari ini disiksa, dan kini dibuang begitu saja. Rasa lapar bahkan sudah tidak terasa saat luka di tubuh begitu menyakitkan.

"Ibu, ada seseorang yang terluka," ujar sebuah suara.

Seakan seperti Malaikat yang turun dari surga, seorang anak perempuan terlihat khawatir menatap wajah Trace.

"Ibu, dia terluka. Bisakah kita merawatnya?" tanya gadis itu sambil terus menatap cemas ke arah Trace.

Trace saat itu hanya bisa melihat wajah gadis kecil cantik itu, ia terus mengingatnya. Betapa khawatir gadis itu menatap dirinya. Tidak membutuhkan waktu lama gadis dan ibu gadis itu mengangkat tubuh Trace untuk ikut bersama mereka.

Hari demi hari berlalu, Trace dirawat sebaik mungkin oleh Arnold dan Rosaline. Itulah nama orang tua gadis itu, dan gadis itu sendiri bernama Heavenia. Gadis kecil yang sangat cantik, membuat hati Trace tertarik akan diri gadis itu.

"Namaku Heavenia panggil saja Ivy, namamu?" Gadis itu memperkenalkan diri.

"Trace, namaku Trace," jawab Trace kaku.

"Nama yang tampan seperti dirimu," jawab gadis itu sambil tertawa kecil, Trace hanya tersenyum kaku melihat gadis itu tersenyum manis padanya.

"Trace, maukah kau menjadi salah satu keluarga kami?" tanya seorang pria tampan berbadan kekar berdiri di ambang pintu.

"Apakah boleh? Aku sama sekali tidak memiliki apa pun untuk–"

"Cukup menjadi salah satu keluarga kami, kami tidak meminta lebih. Aku ingin kau menjaga Putri cantikku ini. Apakah kau bisa?" jawab Arnold sambil berjalan mendekat.

"Jadilah keluarga kami dan kau akan mendapatkan kebahagiaanmu, Trace," timpal Rosaline.

Trace hanya bisa mengangguk setuju, inilah kehangatan keluarga. Trace mendapatkan semua dari keluarga Valkyrie kehangatan, keromantisan, dan berbagai macam rasa dari sebuah keluarga ia dapatkan di sini.

"Aku bersumpah akan menjaga dan membahagiakan Ivy untuk selamanya."

***

Drrtt Drrttt

Getaran suara ponsel terdengar membangun tidur nyenyak sang bodyguard tampan. Trace membuka matanya dan mendapatkan 10x panggilan dari sang Nona.

"Sial, aku terlambat," umpat Trace yang langsung saja berlari ke kamar mandi dan membersihkan diri.

Tidak membutuhkan waktu lama Trace langsung saja menginjak pedal mobil dan melajukan mobil miliknya ke arah mansion Alysia. Saat Trace tiba, Ivy sudah menunggu di depan mansion dengan wajah ditekuk.

"Maafkan aku, Nona," ujar Trace saat keluar dari mobil miliknya.

"Kau menyebalkan, Trace," jawab Ivy kesal sambil melemparkan dokumen yang ia bawa.

"Aku sudah mengetahuinya, kita hanya perlu menonton mereka saja. Akan tetapi, aku akan membuat perhitungan pada lelaki itu jika berbuat macam-macam," ujar Ivy.

Trace hanya mengangguk dan mengikuti langkah Ivy memasuki mansion. Ivy menoleh dan melihat pakaian yang dikenakan Trace. Hari ini lelaki itu tidak memakai jas hitam seperti biasanya.

"Apa kau bermimpi buruk?" tanya Ivy sedikit khawatir.

"Sedikit, aku memimpikan kejadian itu kembali," jawab Trace sambil memaksakan senyumannya.

"Trace, apa kau akan kembali pada mereka?" tanya Ivy yang kini terlihat takut.

"Tidak, aku akan bersamamu, Ivy. Sampai kapanpun aku akan bersamamu, meskipun aku harus menikahimu saat itu juga," jawab Trace dengan raut wajah serius.

Ivy tersenyum dan langsung saja memeluk Trace. Trace membalas pelukan Ivy layaknya sang kakak menenangkan adiknya. Siang itu Ivy kembali menekuni berkas-berkas miliknya karena ia akan kembali untuk berkuliah di sana. Tanpa ia dan Trace sadari, Ivy sudah meminum vodcha beberapa gelas.

PRAANK

"Shit. Ivy, apa yang kau minum?!" bentak Trace saat melihat tubuh Ivy sudah tergolek lemas di atas meja.

"Ahh, aku lupa jika itu adalah vodcha," gumam Ivy terdengar sexy membuat Trace memejamkan matanya.

"Bersabarlah, Trace. Kau harus bersabar," gumam Trace bagaikan merapal mantra.

Trace langsung saja menggendong tubuh Ivy, menaiki tangga dan membuka pintu kamar dengan mudahnya. Ivy yang terlihat masih menggeliat-geliat di atas kasur membuat dada Trace kembali bergemuruh.

"Pantas saja mereka menyukaimu, Ivy. Kau memang sangat menakjubkan," gumam Trace sambil mencoba mencari obat di salah satu tas yang dibawa Ivy.

Setelah Trace mendapatkannya, lelaki itu langsung saja memasukkannya ke dalam mulut Ivy. Meminumkannya dengan segelas air hingga tandas. Beberapa saat kemudian Ivy tidak terlihat sembuh dari mabuknya akan tetapi, kini Ivy terlihat seperti gelisah.

"Ivy, ada apa denganmu?" tanya Trace khawatir.

"Panas, tubuhku panas ...," gumam Ivy sambil mencoba membuka pakaian yang ia kenakan.

Trace langsung saja membulatkan kedua matanya, ia mengambil kembali botol yang berisikan tablet dari tas milik Ivy. Saat ia melihat botol itu tidak ada yang aneh, tetapi saat ia melihat isi dalam botol obat itu terdapat beberapa tablet yang berbeda.

"Shit, obat ini tercampur dengan obat perangsang. Pasti ini ulah mereka bertiga!" umpat Trace sambil membuang botol obat itu ke lantai.

"Trace ...," panggil Ivy membuat Trace menoleh menatap cemas.

"Apa yang harus aku lakukan?!"