"Hahahhahhahahh...."tawa menyebalkan milik Raja langsung menguar, saat Sabda selesai menceritakan kisahnya tentang Sastya yang menguras hartanya hanya demi karung barang limiteed edition milik Guc**.
"Sial, ketawa lo ngakak banget. Ati ati ada nyamuk masuk..."cibir Sabda kesal
Raja masih tertawa hingga matanya menyipit saat bertanya,"Karung barangnya udah ke beli???"
"Udahlah"sahut Sabda sewot "Mungkin sekarang udah nangkring cantik di closet Sastya atau malah udah di taruh di kotak kaca trus dipajang dan nggak akan pernah dipakai lagi karena saking mahalnya..."imbuh cowok itu seraya mengambil satu batang rokok yang ditawarkan Raja sebelumnya.
"Gila tuh cewek!!! Baru kenal lo sebentar, udah bikin lo melarat. Salut gue...."decak Raja heran, menikmati batangan kanker dimulutnya.
"Iya juga ya"sahut Sabda ikut heran "Bahkan gue bisa ngitung pakai jari, berapa kali gue ngobrol sama dia. Telpon tadi pagi itu mungkin yang ke 4 kalinya, setelah pertemuan kita di pesta pernikahan lo. Padahalkan lo nikahnya udah 5 bulan ya...." gerutunya kembali menghisap batangan kanker ditangannya. "Apes bener dah gua..."keluh cowok itu nelangsa
"Lo nggak tertarik sama Sastya, dia kan jomblo. Kenapa nggak lo gaet aja sih??"saran Raja menghembuskan asap rokok lewat mulutnya.
"Nggak ah, galak banget dia"tolak Sabda mentah-mentah .
"Terima aja nasib lo Sab, lo kayaknya emang ditakdirin buat deket deket sama cewek galak. Kayak yang tadi sore itu..."celoteh Raja teringat sama cewek yang tadi sore di bantu oleh Sabda.
"Duh, iya deh kayaknya. Gue perlu dirukiyah ini, lo cariin kyai gih!!! Kyai yang jago banget tapi. Soalnya kalau urusannya sama cewek macam mereka, suka kebal kalau cuma pakai yang amatiran"celoteh Sabda asal.
"Hahahhahaha bisa ae lo..."
"Ngerokok aja terus, gue sumpahin lo berdua impoten"dengus sebuah suara dari arah belakang dua cowok itu. Keduanya menoleh dan langsung mendapati Sastya tengah membuka sedikit pintu gerbang, sebelum kemudian masuk ke area depan rumah Raja.
"Mulut lo ya Sas, minta dirukiyah"sahut Raja mencibir.
"Ratu mana??"tanya Sastya mengabaikan cibiran sang pemilik rumah.
"Biasalah, nonton sinetron ala ala"
"Sinetron yang bikin kepala lo puyeng ya, pantesan aja lo lebih milih cipokan sama nyamuk ketimbang nemenin Ratu di dalem"balas Sastya menyindir.
"Ya iyalah, otak gue bisa beku kalau nglihat sinetron yang ceritanya itu-itu lagi"Raja benar benar anti dengan yang namanya sinetron."Lo naik apaan?? Kok gue nggak denger suara mobil lo"
"Gue nggak bawa mobil, naik yang ijo ijo. Turun depan gang...."
"Eh, nomor keramat gue mana??"celetuk Sabda karena merasa diabaikan.
Sastya menoleh kearah cowok itu,"Eh, ada Bang Sabda"ceriwis Sastya tersenyum manis.
"Nggak usah sok manis deh lo"cibir Sabda ketus "Semanis apapun senyuman lo itu, bagi gue tetap aja pahit"gerutunya mengingat nominal yang harus dia transfer ke websitenya Guc**.
Sastya kemudian mengeluarkan sebuah kartu provider dari dalam tasnya, lalu memberikan kartu itu pada Sabda,"Thanks ya, Tuan Pengacara. Jangan kapok kapok transaksi sama gue lagi, closet gue masih banyak yang nganggur tuh"celotehnya tersenyum bahagia.
"Anjiirr, ogah Sas. Berurusan sama lo itu berpotensi bikin gue jadi gembel"tolak Sabda "Ya, kecuali kalau lo mau nikah sama gue. Gue akan biayain semua keperluan lo, kan gue calon imam yang baik"goda cowok itu yang langsung mendapat lemparan sendal dari Sastya.