At ALVAROS Mansion. Berlin - German | 07:00 PM.
Irene tersenyum menatap cermin--melihat pantulan wajahnya yang cantik, sementara rambutnya yang tergerai tengah disisir oleh pelayan. Irene duduk dimeja rias, tubuhnya dibalut gaun tidur berwarna hitam--sangat kontras dengan kulitnya yang putih pucat.
"Wajah nona sangat cantik," gumam si pelayan bernama Emma. Wanita berumur lima puluhan itu menatap wajah Irene--sesekali tersenyum. "Pantas saja jika Tuan muda sangat menyukai nona."
Irene melirik tatapan Emma. Membalas senyuman Emma. "Bibi terlalu berlebihan, aku biasa saja kok." ucap Irene lalu mengambil jepit rambut dan memberikannya pada Emma. "Menurutku Mi Lover lebih cantik. Dia itu sempurna."
Emma menerimanya--memasangkannya dirambut hitam Irene, mengernyit, menatap Irene heran. What? Sempurna?
"Tidak ada manusia yang sempurna, nona. Begitupun dengan Tuan muda," balas Emma, yang membuat Irene mengangkat alis.
Irene mencintai Diego dan memuja laki-laki itu, bahkan Irene selalu melihat kesempurnaan setiap kali dia melihat sosok Diego. Berwibawa, mapan, dihormati, berani, memabukkan--terlebih lagi wajahnya yang selalu membuatnya terpesona. Tampan, gagah, seksi bagai dosa--membuat Irene nyaris gila hanya dengan membayangkannya.
Tapi... Emma mengatakan jika Diego tidak sempurna? Memangnya apa yang membuat kesempurnaan Diego tidak terlihat sempurna bagi Emma?--batin Irene.
"Kenapa kau mengatakan itu, bibi?" tanya Irene.
Memang. Sebenarnya Emma tidak ingin mengatakan ini, karena jika dia sampai mengatakan yang tidak-tidak dan terdengar oleh orang-orang Diego--tamatlah riwayatnya. Bukannya dia menjelekkan, tapi.... Dia kadang kesal sendiri melihat Diego yang kemarahannya selalu membuat kondisi berubah drastis. Pernah kala itu, Emma melihat dengan mata kepala sendiri Diego tengah memerintahkan orang-orangnya untuk mengebom suatu tempat pemukiman--entah itu tempat para penjahat atau malah sebaliknya. Mungkin banyak sekali korban karena pengeboman itu, lalu satu lagi...yang membuatnya tidak habis pikir. Emma melihat Diego tengah menyiksa seorang wanita dengan mencambuk tubuh belakangnya dalam keadaan telanjang. Yeah, penyiksaan itu ia lihat saat hendak membersihkan ruangan bawah tanah mansion pribadi milik Diego Alvaro. Emma tidak tau alasan mengapa Diego melakukan itu. Tapi hukuman seperti itu rasanya sangat keterlaluan. Kemarahan Diego memang benar-benar menyeramkan.
"Amarah tuan muda adalah kekurangannya, nona. Saya ingatkan pada nona untuk tidak mengkhianati tuan muda, karena dia sangat mencintai nona. Jika tidak, saya tidak tau bagaimana marahnya tuan nanti." ungkap Emma.
Irene langsung mengernyitkan kening. Ayolah... Emma tenang saja, karena pasti Irene tidak akan pernah mengkhianati Diego Alvaro. Biarlah kemarahan laki-laki itu menjadi pelengkap dari kekurangannya. Dia akan selalu mencintai Diego, apupun yang terjadi...
"Bibi jangan khawatir, aku akan selalu menjaga hatinya."
***
Sementara itu disisi lain, Diego Alvaro terlihat baru saja keluar dari lift yang berhenti di tempat rapat akan dilangsungkan. Sehun Christhoper bersamanya, lelaki ini memang juga ikut turut serta dalam proyek ini.
Sehun adalah lelaki muda yang berasal dari Asia; tepatnya negara Korea Selatan. Lelaki ini juga merupakan teman kuliah Diego saat mereka berkuliah di Harvard University.
Christian dan juga beberapa bodyguard lain dan pegawai juga terlihat mengikuti di belakang Diego. Beberapa dari mereka memang sudah menunggu kedatangan Diego di helipad atas gedung.
"Selamat malam, Sir...." itu sapaan Katherine, sekretaris baru Diego yang dipekerjakan untuk menggantikan sekretaris lamanya. Katherine Elizabeth adalah wanita cantik asal Inggris; memiliki perpaduan darah Italia, Slowakia dan Irlandia, membuat Kath tumbuh menjadi gadis yang super cantik. Mata birunya membuat orang yang bicara dengannya langsung terpesona. Saat ini Kath terlihat tersenyum sebelum mengangguk hormat kepada Diego beberapa langkah sebelum mereka tiba didepan mata ruang meeting.
"Apa pihak Samuel Enterprise sudah datang?"
Diego langsung bertanya sembari terus berjalan menuju ruang meeting. Wanita itu langsung berjalan di sisi Diego sembari menjelaskan detail-detail yang sudah dia siapkan untuk meeting kali ini.
Well, itu yang sebenarnya membuat Diego cocok dengan Kath. Wanita ini selalu bersikap profesional dan tidak pernah mempercampur adukkan urusan apapun dengan pekerjaan. Dia juga selalu bekerja dengan baik, Kath juga tidak seperti sekretarisnya yang selalu menggodanya.
Tapi sepertinya untuk kali ini Diego memikirkan lagi ucapannya yang terakhir. Karena pemikiran Diego tentang Kath yang tidak pernah berniat menggodanya sepertinya tidak sesuai dengan gerakan tangan Kath yang langsung bergelayut di lengan Diego beberapa saat sebelum lelaki itu memasuki ruangannya malah tampak sebaliknya. C'mon... Apa lelaki ini tidak menyadarinya? Karena bahkan Sehun yang masih ada di belakang Diego saja langsung mengernyitkan kening.
Itu bukan hal yang biasa seorang sekretaris lakukan pada atasannya. Sudah sangat jelas sekali jika wanita ini tertarik pada Diego Alvaro.
"Dasimu belum rapi." ucap Kath sembari tersenyum manis. Di saat yang sama Kath juga langsung melepaskan cekalannya di lengan Diego. Well, mungkin karena dia menyadari jika kilat mata yang Diego berikan kepadanya bukan jenis tatapan yang bersahabat.
Tapi tetap saja, tangan Kath tetap bergerak ke arah leher Diego untuk membenarkan dasinya. Apalagi Diego tidak melarangnya. Diego membiarkan Kath melakukan itu sebelum bergerak masuk ke dalam ruang rapat. Dia tidak boleh membuang-buang waktu.
"Sepertinya Alvaro Samuel memang berniat memperlihatkan jika dia tengah meremehkan kita."
Perwakilan pihak Samuel Enterprise terlihat tengah menjelaskan proposal mereka di depan Diego ketika mendengar Sehun yang tengah duduk di sampingnya membisikkan ini. Kali ini Diego sepaham dengan Sehun. Argh... Si busuk itu.... Diego benar-benar ingin mencincangnya! Alvaro memang musuhnya dari dulu--lelaki ini juga yang ingin merebut Irene darinya. Keparat! Sekarang perusahaan lelaki itu malah menjadi anggota dalam rapatnya--padahal Diego berniat ingin menghabisinya tepat lelaki itu menginjakkan kakinya di Jerman. Tapi Diego tidak menyangka jika Alva akan sebocah ini dengan menggunakan alasan dia harus menghadiri launching restoran barunya di Prancis dan hanya mengirimkan perwakilannya kemari.
Andai saja... Andai saja laki-laki itu berada didepannya, Diego sudah pasti akan mencekik lehernya sampai mati. Persetan dengan wartawan! Tangan Diego benar-benar gatal.
Uh, menyebalkan. Coba ulangi kata ini... perwakilan. CEO dari perusahaan yang kini bisa Diego katakan bukan apa-apa itu hanya mengirimkan perwakilannya karena alasan restoran karena dirinya; Diego Alvaro, CEO untuk Alvaro Internasional bersedia membuang waktunya yang berharga untuk menghadiri pertemuan ini.
Sialan. Dia bahkan tanpa sadar telah membuang waktu bermalamnya lebih lama dengan Irene. Alva Setan!
"Biarkan saja. Bukan Alva namanya jika tidak begitu." jawab Diego dengan nada sok tak peduli. Berbeda dengan Sehun, Diego Alvaro tidak akan membiarkan siapapun menyadari jika tingkah menyebalkan Alva memengaruhinya. Hell... Memangnya Alva itu siapa?!
"Benar juga." timpal Sehun. "Aku juga pernah mendengar jika dia mencari masalah denganmu, bahkan berita kalian tentang penyerangan di stasiun Pennsylvania sudah tersebar luas di Korea. Kau tidak ingin membersihkan namamu itu, Diego?"
"Christian akan mengurusnya." jawab Diego enteng, sementara matanya masih menatap gerak-gerik perwakilan dari si Alva itu.
Sehun membuang napasnya, lalu bersender sembari menyilangkan tangan. Sehun langsung memilih memfokuskan dirinya kembali pada meeting itu ketika tanpa sengaja pandangan matanya menatap Kath, sekretaris Diego yang baru. Kath terlihat tengah duduk di sebelah Diego, sibuk mengetik tiap poin-poin yang ia dengar sembari memperhatikan presenter di depan. Tapi sayangnya mata Sehun terlalu jeli hingga dia masih bisa memergoki Kath tiap kali wanita itu mencuri pandang ke arah Diego dengan tatapan terpesona.
Sehun langsung tersenyum kecut. Cih! Tentu saja.
Seharusnya Sehun tidak perlu terkejut begitu dia mendapati anak salah satu petinggi Inggris yang pernah menjadi kekasihnya di Harvard University ini mau-mau saja menjadi sekretaris Diego. Bukankah sejak lama Sehun tahu jika sudah lama sekali Katherine Elizabeth ini memiliki perasaan terhadap Diego Alvaro? Hubungan mereka dulu juga berakhir karena itu.
Namun rupanya sampai sekarangpun Kath tidak terlihat akan menyerah pada Diego.
"Sepertinya sekretaris barumu menyukaimu," ucap Sehun begitu meeting mereka sudah selesai. Sehun dan Diego memang terlihat berjalan berdampingan, sementara Kath sendiri tidak terlihat. Mungkin wanita itu masih sibuk membereskan bekas meeting barusan.
"Mungkin saja," jawab Diego acuh tak acuh. Tidak hanya sampai disana, ucapan songong Diego berikutnya membuat Sehun benar-benar ingin menimpuk kepala lelaki ini dengan sepatu.
"Lagipula bagaimana ya.... Kau tahu sendiri jika sangat susah untuk membuat wanita tidak menyukai lelaki setampan aku."
"Aish.... Dasar bedebah ini!"
Sehun langsung menatap Diego kesal sebelum menghela napas panjang. "Tapi sungguh! Apa kau sama sekali tidak sadar jika dia terus saja mencari perhatianmu?"
"Tidak. Lagipula selama dia tidak menggodaku, untuk apa aku peduli?" ucap Diego sembari berjalan mendahului Sehun. Tapi Diego lantas menoleh beberapa saat setelah dia dan Christian sudah memasuki lift--hanya untuk menatap Sehun dengan seringainya sebelum berkata, "Dan lagi, Hun... Sepertinya jikapun dia menggodaku, tidak ada salahnya 'kan jika aku menidurinya barang sekali? Lagipula dia lumayan juga."
"This Bastard!"
Diego langsung menutup pintu liftnya ketika dia melihat Sehun sudah ingin menyergapnya. Well, itu membuat Diego tersenyum tipis. Setidaknya itu sudah cukup untuk memberikan Sehun balasan karena sudah berani mengungkit kejadian di stasiun yang hanya bisa membuat Diego kesal. Lagipula apa Sehun pikir, Diego tidak sedikitpun menangkap saat-saat dimana Sehun memerhatikan Kath tadi?
Pintu lift yang Diego naiki akhirnya terbuka di lantai Lobby tempat kantornya berada. Mobil Diego juga sudah berhenti di depan sana. Ketika dia mengatakan dia sangat sibuk, itu memang karena dia sedang sibuk sekali. Bayangkan, dua puluh menit dari sekarang Diego masih diharuskan menghadiri pertemuan yang lain lagi.
Tapi bukannya langsung menuju mobilnya, Diego malah menghentikan langkahnya ketika dia melihat sosok wanita berambut pirang kecoklatan tengah berjalan lurus melewatinya yang berjarak beberapa meter darinya. Wait... Wajahnya mirip sekali dengan Mi Lover. Sangat mirip--bahkan Diego langsung bisa memastikan itu. Tapi... bukankah Christian mengatakan jika wanita itu masih berada di New York?
"Christian, apa kau yakin Mi Lover masih ada di NY?" tanya Diego langsung pada Christian yang tengah duduk di samping sopir.
Christian mengangguk, sembari menjelaskan posisi Mi Lover lewat gps yang Christian pasang di kalung dan poselnya. Well, sekalipun Diego tahu Mi Lover sudah pasti sedang ada di New York, dia tetap memeriksanya juga.
Tapi yang Diego temukan malah....
"Astaga, jadi Ayah tahu jika Mi Lover juga ikut bersama Dilan kemari?" Diego bertanya di dalam telepon begitu dia mengangkatnya, Sean sedang menelponnya.
"Waktu itu mereka sedang berada di dalam perjalanan ketika Kau dan Irene tiba di mansion kita. Tapi hanya Dilan yang datang ke mansion, Mi Lover tidak ikut masuk. Katanya wanita itu ada urusan lain." ucap Sean di seberang sana.
Diego mengepalkan tangan. Amarahnya tengah meminta dia untuk menghabisi seseorang kali ini.
"Apa Ayah tau Mi Lover pergi kemana?" tanya Diego.
"Ayah tidak tahu, sebaiknya kau tanyakan saja pada adikmu itu. Sudah ya, Ayah ingin menemani ibumu dulu. Bye." Lalu sambungan pun terputus sepihak. Sean langsung memutuskannya begitu Diego ingin menanyakan beberapa hal lagi.
Sialan! Apa yang sebenarnya terjadi? Tidak mungkin jika hasil yang ditunjukkan oleh gps nya tidak valid. Gps itu menunjukkan jika Mi Lover benar-benar berada di NY dan dia tidak ada disini.
Pasti ada yang tidak beres. Jika Mi Lover masih berada di NY, lalu... Siapa wanita yang wajahnya menyerupai Mi Lover yang melewatinya tadi malam-malam begini?
Apa benar jika.... Dia adalah Lovelyn D'Mikhailova? Adik kembar Mi Lover?
Well, Diego langsung bisa mengetahui semua ini. Heh, jadi Lovelyn D'Mikhailova yang memiliki nama panggilan Lily itu sedang berpura-pura menjadi Mi Lover untuk mengelabui keluarganya? Geez.... Dasar bodoh! Diego tidak akan pernah bisa dia kelabui. Tidak akan bisa! Karena setelah itu Diego langsung memasuki mobilnya dan berbicara serius dengan Lucas didalam telepon.
How fun. Sepertinya jika dia mengubrak-abrik rencana Mi Lover palsu pasti akan seru sekali.
To be continued.
Hayoloh, Lily ngapain ya datang ke Jerman trus tiba-tiba ada di kantor nya Diego? Apalagi orang-orang Alva juga ada di Jerman. HAHA, AYO TEBAK!