Chereads / Diego & Irene / Chapter 24 - Chapter 24 : I Will Protect You

Chapter 24 - Chapter 24 : I Will Protect You

Diego bergerak, dia membuka matanya dan perlahan mencoba untuk duduk. Irene memeluknya erat, gadis itu tertidur dengan menjadikan lengannya sebagai bantal. Sementara Diego sama sekali tidak tidur, dia masih sadar sejak pertama mereka melakukan hal itu. Diego melakukannya berkali-kali, tapi dia sama sekali tidak pegal. Justru dia merasa tubuhnya segar--lebih terasa seperti mendapat asupan energi baru setelah bercinta dengan Irene.

Setidaknya.... ini cukup untuk mengurangi rasa rindunya terhadap Irene sebelum dia pergi. Diego akan lama disana, dan dia tidak bisa hidup tanpa Irene--hatinya akan selalu cemas--pikirannya hanya akan tertuju pada Irene karena tidak melihat gadis itu seharian.

Diego tidak yakin dia akan betah di Swiss. Tapi... kalau dia menolaknya? Mi Lover.... wanita itu akan curiga. Diego tidak mau mengambil resiko.

Sebelum beranjak, Diego meraih selimut Irene yang membungkus tubuh indahnya, membukanya hingga ke pusar dan menatap perut ratanya. Masih menempelkan telapak tangannya di perut Irene, Diego tersenyum senang, meraba dan mencium perut rata Irene berkali-kali.

"My baby twins....." Diego berkata lirih, mata birunya memancarkan binar hangat. Penuh kasih sayang. "Daddy akan segera kembali, jangan membuat Mommymu susah, dia sudah terlalu lama menderita."

Diego tersenyum lagi, mengelus perut Irene lalu mencium kening Irene yang masih tertidur. Irene sangat lelap, mungkin dia kelelahan. Diego bahkan sampai berhati-hati agar wanita-nya itu tidak bangun. Irene butuh istirahat. Diego sangat menyayanginya.

Diego mengeluarkan ponselnya dan segera menghubungi Christian.

"Atur penjagaan untuk Irene selama aku tidak ada."

"Baik, Sir. Kami pastikan tidak ada yang mengganggu Nyonya Irene." jawab Christian sopan di seberang sana.

"Bagus," ucap Diego puas. "Perketat penjagaan, jangan lengah walau kondisi aman. Untuk urusan yang lain, minta anak buahmu melakukannya dengan cepat." perintah Diego tak terbantahkan.

Christian mengangguk paham, padahal dibanding yang lain, Christian lah yang paling kompeten, cepat, ditakuti dan nyaris tidak pernah gagal. Tapi alih-alih menerjunkan Christian dalam misi berbahaya, Diego malah menugaskannya disini--menjaga Irene--seakan itu yang paling penting dari semuanya.

***

"Ck! Kau bisa membeku tanpa mantel, Mi Lover!"

Mi Lover menoleh, ketika suara langkah kaki dan geraman Diego terdengar. Disusul dengan mantel hangat yang melingkupi tubuhnya. Diego sudah ada dibelakangnya, memutar tubuh Mi Lover agar menghadapnya.

"Diego..."

"Tanganmu!" perintah Diego sambil langsung meraih jemari Mi Lover, menyematkan sepasang sarung tangan musim dingin hitam lalu mengambil syal berwarna merah yang diulurkan pelayan, dan langsung memakaikannya di leher Mi Lover.

"Terimakasih..." ucap Mi Lover dengan senyum dibibirnya, membenarkan posisi syalnya agar lebih nyaman.

"Ayo kita pergi." ucap Diego cepat yang di ikuti suara berdengung di atas langit.

Mi Lover dan Diego sama-sama mendongak, menatap sebuah Eurocopter EC155 hitam dengan logo Alvaro terlihat terbang rendah, lalu mendarat di helipad yang tersedia di halaman. Diego kembali menatap Mi Lover, wanita itu tengah menyunggingkan senyum kemenangan. "Let's go."

Mi Lover menoleh, menatap Diego lekat lalu mengangguk.

Diego tersenyum, wajah tampannya terlihat makin tampan--membuat Mi Lover terpana, lelaki itu sudah mengulurkan tangannya.

Degup Mi Lover berpacu, mata biru Diego seakan menghipnotisnya. Dia menyambut uluran tangan Diego, membiarkan lelaki itu menggandeng tangannya, membawanya memasuki helikopter, kemudian memasangkan headphone, Diego menghelanya dalam dekapan begitu helikopter mengudara.

6 hours later....

At The Dolder Grand. Zurich City - Swiss | 10:30PM.

Mi Lover baru saja sampai di depan pintu keluar hotel Dolder Grand ketika Limousine milik Diego berhenti di depannya. Diego keluar darisana, tampak tampan dengan setelan jas birunya. Ada Lucas yang menundukkan kepala, menunggu Diego.

"Tuan, bisakah kita bicara didalam?" tanya Lucas tiba-tiba, dia menatap Diego sangat serius.

Diego balas menatap Lucas, sangat penasaran dengan apa yang ingin Lucas ucapkan--tingkahnya tidak biasa. Karena itu, Diego segera mengangguk menyetujuinya dan berjalan lebih dulu--Lucas mengikutinya.

Diego langsung menghampiri Mi Lover lalu berdiri didepannya. "Kau tidur duluan, aku ada urusan dengan Lucas." belum sempat Mi Lover menjawab, Diego telah lebih dulu berjalan melewatinya.

"Diego!"

Mi Lover mencebikkan bibirnya, harapannya untuk bersenang-senang dan menghabiskan malam bersama Diego sepertinya tidak terjadi malam ini.

Bahkan saat mereka baru turun dari Helikopter, Diego tidak ikut bersamanya ke hotel, melainkan pergi seorang diri dengan limousin yang entah kapan sudah terparkir di landasan. Dan sekarang... saat pria itu kembali, Diego malah pergi bersama Lucas dan menyuruhnya bermalam sendirian. Heh! Liburan macam apa ini!

"Diego! Kenapa kau menyuruhku tidur duluan?!" --batin Mi Lover kesal.

Mi Lover menggerutu, matanya menatap kesal ke arah punggung Diego yang menjauh. Tapi beberapa detik kemudian, suara dari ponselnya mengalihkan perhatian Mi Lover.

Alva is calling....

Mi Lover mengernyit. Untuk apa pria ini menghubunginya malam-malam?!

"Ada apa, Va?!" ucap Mi Lover begitu dia mengangkatnya.

Mendengar nada kesal Mi Lover membuat Alva terkekeh.

"Apa kau dalam masalah?" tanya Alva.

"Tidak!" jawab Mi Lover ketus.

"Sedang merajuk, eh? Apa tunanganmu itu selingkuh?"

"Diam!" bentak Mi Lover.

Alva lagi-lagi terkekeh.

"Kau ini menyebalkan! Aku akan tutup-"

"Wait! Jangan ditutup! Aku belum selesai!" potong Alva cepat.

Mi Lover memutar bola mata jengah. "Katakan. Aku tidak punya banyak waktu." katanya malas.

"Adikmu, dia baru saja menghubungiku kalau dia akan menyusulmu ke Swiss. Apa dia sudah menghubungimu?"

"Dia.... dia datang kesini? Kapan dia berangkat?"

"Sekitar dua jam lalu. Dia sangat terburu-buru, aku tidak tahu kenapa." kata Alva.

Mi Lover menghembuskan napas panjang, memijit pelipisnya. "Pagi nanti pasti dia sudah sampai... tapi-" Mi Lover menjeda ucapannya, teringat sesuatu. "Kalau dia tiba-tiba pergi tandanya dia sedang kesal atau marah... kau... kau apakan dia? Apa kau memarahinya?!"

"Kali ini bukan aku! Meskipun aku pacarnya kau tidak boleh seenaknya menuduhku!

"Tapi aku tau Alva... kau dan dia sering bertengkar. Jangan salahkan aku jika dalam waktu dua puluh empat jam kalian kubuat putus!" ancam Mi Lover, lalu memutuskan sambungan.

Mi Lover meremas ponselnya, merasa khawatir. Kecerobohan adiknya itu sedikit membuatnya takut, dia terlalu lugu, naif dan sedikit lelet. Mi Lover takut jika adiknya bertemu orang jahat.. lalu...

Tidak!

Tanpa mengabaikan kecemasannya pada adiknya... Mi Lover buru-buru menghubungi seseorang.

"Kalian awasi adikku di bandara, dia akan sampai jam 3 pagi. Bawa dia padaku." perintah Mi Lover pada Tom--anak buahnya.

***

Diego dan Lucas berjalan menyusuri lorong, lalu berhenti dan berbelok menuju ruangan VVIP--tempat pribadi yang tersembunyi sekaligus kedap suara. Ada dua penjaga berseragam hitam tampak menjaga ruangan, mereka menunduk hormat begitu Diego telah sampai di bibir pintu. Lucas mengikuti Diego masuk, sementara para penjaga menunggu di luar.

"Ada apa, Lucas?" tanya Diego begitu pintu tertutup.

"Saya ingin memberikan informasi yang ada disini, Tuan." Lucas mengambil dokumen di atas meja, lalu memberikannya pada Diego.

Tatapan Lucas sangat tajam.

"Penculikan nona Irene dulu adalah kesengajaan--Kenneth Samuel lah yang melakukannya. Dia ayah dari Jackson Samuel--pemilik klub yang sempat nona Irene tinggali. Kematian Ayah nona Irene--Mr. Herlambang Perkasa--juga bukan kecelakaan, itu pembunuhan. Pelakunya masih belum jelas. Tapi saya juga curiga jika Kenneth dalang dari semua musibah yang diderita nona Irene." jelas Lucas.

Diego terus membaca dokumen itu--tampak tidak terkejut.

"Rumah sakit mengautopsinya dan menemukan banyak bekas luka di tubuh Mr. Herlambang, tapi karena koneksi yang dimiliki Kenneth, kasus itu ditutup. Kenneth ternyata jauh dari selama ini yang kita pikirkan. Dia juga memiliki organisasi pembunuh bayaran, termasuk-"

"Dia juga dalang dari pembunuhan Mr. Herlambang yang menyebabkan keluarganya miskin, asuransi jiwa dan biaya transportasi ditahan pihak bank, utang yang melilit dengan bunga dua puluh persen yang diberikan bank atas perintah Kenneth. Aku sudah tahu." Diego selesai membaca dokumen itu, sekarang dia menatap Lucas.

Lucas mengerutkan dahinya. "Jika itu benar maka.... dari ketiga putra Kenneth Samuel hanya tersisa satu. Tuan sudah menghabisi kedua putranya."

"Benar." tukas Diego, mengepalkan tangan. "Aku hanya membasmi para bajingan itu. Parasit yang mengganggu Irene-ku."

"Tuan...."

"Seseorang harus membayar untuk kesakitan Irene, mereka pasti berniat membunuh bayi kami." mata biru Diego berkilat. "Lucas... siapa nama putra ketiga Kenneth?"

"Alvaro Samuel."

Rahang Diego mengeras, dia mengatupkan bibirnya ketika mendengar nama itu. Alvaro Samuel.... Kenneth Samuel...

"Ketika tiba gilirannya, masing-masing dari mereka akan merasakan rasanya neraka. Mereka akan menderita, seperti yang Irene alami."

Untuk sejenak, Lucas seperti kehilangan kata-kata. Sekarang Lucas telah melihat sendiri... seorang Diego Alvaro yang sudah lama dikenal dengan kekejaman dan keahlian dalam membunuh itu, terbukti hanya akan menekukkan lututnya dibawah kaki seorang gadis. Bae Irene... entah apa, entah apa yang gadis itu miliki hingga Diego se-overprotektif seperti ini.

Lucas tidak tahu...

"Tapi saya khawatir kepada Tuan... Tuan juga harus perketat penjagaan untuk diri Tuan sendiri. Hidup Tuan juga terancam. Musuh Tuan berbahaya, Tuan tidak tau apa yang bisa mereka lakukan."

Diego tersenyum dingin, denyut nadinya berpacu. "Aku tidak takut apapun selain kehilangan dia. Tidak peduli dengan diriku sendiri. Aku hanya akan melakukan apapun untuknya dan anak kami."

To be continued.