Para pengawal di Kademangan kaget bukan main ketika tiba-tiba belasan mayat-mayat hidup itu mendobrak pintu gerbang kademangan, dengan sigap mereka hendak meringkus para zobie itu, tapi dengan mudahnya para zombie itu mencekik mereka semua sehingga semuanya mati, mereka semua mati tanpa sempat memukul titiran tanda bahaya, dan memang pergerakan para zombie itu tak bersuara sehingga orang-orang didalam rumah Kademangan tidak ada yang tahu kedatangan mereka.
Zombie-zombie itu merengsek masuk kedalam rumah, salah satu zombie itu masuk kedalam kamar Sri, ketika gadis itu sedang tertidur pulas, zombie itu hendak mencekiknya! Untunglah karena gerakan si Zombie itu yang relative lambat, Sri keburu membuka matanya, betapa terkejutnya ia melihat sesosok mayat hidup hendak mencekiknya! Maka menjeritlah gadis ini sekencang-kencangnya!
Galuh terbangun mendengar jeritan Sri, ketika dibukanya matanya ia sudah dikepung oleh beberapa zombie, ia pun segera bangun dan bersiap-siap memasang kuda-kudanya. Ia langsung menyerang para mayat hidup itu, tapi percuma, ia hanya bisa membuat para zombie itu jatuh tersungkur, mereka langsung bangkit lagi tanpa terluka apa-apa!
Sementara itu satu zombie masuk kedalam kamar Ki Demang, ketika Zombie itu hendak mencekik Ki Demang, Ki Demang dan istrinya pun terbangun, mereka kaget setengah mati melihat zombie tersebut. "Astagfirullah Aladzim! Sungguh keji Ki Wikuyana memanfaatkan jasad orang-orang yang sudah mati untuk membunuhku!" keluhnya.
"Istriku tutup hidungmu dan tahan nafas!" Ki Demang dan istrinya pun menutup hidungnya dan menahan nafas mereka, sekonyong-konyong si zombie yang berada dihadapannya seolah menjadi buta tidak mengetahui keberadaan Ki Demang dan istrinya.
Sambil menutup hidung dan menahan nafasnya, mereka berdua lalu keluar dari kamarnya, di ruang tengah, Ki Demang berteriak menggunakan tenaga dalamnya, "Semuanya, tutuplah hidung kalian dan tahan nafas! Ayo kita keluar dari rumah ini!" setelah itu ia kembali menutup hidung dan menahan nafasnya.
Keluarlah Sri dan Lesmana dari kamarnya masing-masing sambil menutup hidung dan menahan nafasnya. Galuh yang masih bertarung didalam kamarnya, merasa percuma melawan para zombie-zombie itu, maka ia pun melompat keatas, menerobos atap rumah untuk keluar dari dalam rumah, betapa kagetnya ia ketika melihat seluruh Kademangan ini sudah dikepung oleh belasan zombie dari berbagai penjuru!
Galuh melihat Ki Demang beserta keluarganya terjebak di tengah-tengah kerumunan para zombie tersebut, mereka berempat sudah kepayahan menahan nafas mereka, maka Galuh pun melompat turun menerjang kawanan zombie itu, kawanan zombie itu berpelantingan terkena pukulan dan tendangan Galuh.
Gadis ini kemudian mengeluarkan pukulan "Telapak Kawah Tunggul", sinar putih disertai pusaran angin puting beliung yang berbau belerang teramat menusuk menderu menghantam tubuh-tubuh tak bernyawa itu, Blaarrr! Suatu ledakan dahsyat terjadi, tapi tidak seperti tadi siang, api-api yang membakar tubuh-tubuh zombie itu langsung padam, dan para zombie itu masih terus bergerak menyerang Galuh dan keluarga Ki Demang.
"Sial! Sepertinya mereka jadi lebih kuat saat malam hari!" keluh Galuh.
"Apa yang harus kita lakukan Neng Galuh?" tanya Ki Demang.
"Saya akan coba hantam mereka dengan pukulan tenaga dalam yang kuat!" jawab Galuh.
"Hati-hati Galuh!" pinta Lesmana yang sangat khawatir pada Galuh.
Galuh mengangguk, ia pun mengeluarkan pukulan "Badai Laut Kidul", angin topan prahara yang bergulung-gulung menderu melabrak kawanan zombie itu, Duaarrr!!! Dentuman dahsyat terjadi, kawanan zombie itu berpelantingan kian kemari, tubuh mereka hancur berantakan, tetapi tubuh mereka bersatu kembali lalu mereka bangkit lagi dan kembali menyerang Galuh!
Ki Demang dan yang lainnya terkejut melihat para zombie yang rubuh terkena pukulan Galuh itu hidup kembali. "Astagfirullah, kenapa mayat-mayat itu tidak dapat dirubuhkan?" keluh Lesmana, hatinya semakin khawatir pada Galuh, tapi sayangnya ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk menolong Galuh.
***
Di lain tempat, Jaya sedang terlelap di sawung yang berada di pesawahan Desa Cisoka, tiba-tiba ada empat orang yang terbirit-birit masuk kedalam sawung itu sambil ketakutan. "Mayat! Mayat! Jurig! Mayat Hidup!" jerit mereka ketakutan.
Jaya pun membuka matanya mendengar keributan itu, keempat orang yang baru masuk sawung itu menjerit ketakutan ketika melihat Jaya didalam sawung itu "SETANNNN!!!!!" jerit mereka berbarengan.
Jaya yang masih setengah sadar itu pun terkejut dengan jeritan mereka, ia lalu berusaha menenangnkan mereka, "Ki Dulur semua, tenanglah, saya bukan setan, saya ini manusia biasa yang numpang tidur di swaung ini karena kemalaman di perjalanan!"
Keempat pemuda itu menatap Jaya sambil tetap menggigil ketakutan "Be... Benarkah Ki Dulur ini manusia?" Tanya salah satu mereka dengan gugup karena ketakutan.
Jaya menyodorkan tangannya "Kalau tidak percaya, cubit saja tanganku ini!",mereka pun memegang dan mencubit tangan Jaya
"Iya lho tangannya hangat dan bisa dicubit, kalau zombie pasti dingin dan kulitnya langsung lepas!" ucap salah satu mereka.
"Sekarang tolong katakan apa yang sedang terjadi sebenarnya Ki Dulur!" pinta Jaya.
"Ann... Anu Ki Dulur, ada kawanan mayat hidup yang menyerang rumah Ki Demang" jawab salah satu dari mereka.
"Mayat hidup? Hmm... mayat-mayat hidup itu pasti dikendalikan oleh seseorang yang memiliki ilmu hitam yang sangat luar biasa!" pikir Jaya.
Ia lalu menatap langit malam yang mendung gulita tiada berbintang dan bulan, suara hewan-hewan malam bersuara keras saling bersahut-sahutan tiada habisnya, hawa malam itu juga terasa sangat panas dan tidak nyaman, menurut cerita Kyai Pamenang gurunya, itu adalah tanda-tanda seseorang sedang mengeluarkan ilmu teluhnya di sekitar sana. "Dimana rumah Ki Demang?"
"Di alun-alun desa ini, dari sini terus saja ke arah barat!" jawab salah satu dari mereka.
"Ki Dulur mau kesana? Jangan! Ki Dulur hanya cari mati kalau kesana! Tidak akan ada yang sanggup untuk menghancurkan pasukan mayat hidup itu!" sambung kawannya.
"Iya saya mau kesana, tenanglah, selama kita yakin kepada Gusti allah, segala ilmu hitam pasti bisa kita kalahkan!" tegas Jaya, maka tanpa berlama-lama lagi ia segera berlari menuju ke Kademangan Cisoka.
Di Kademangan Cisoka, Galuh terus bertarung dengan putus asa, ia hanya melakukan perlawanan yang sia-sia sebab mayat-mayat hidup itu tidak bisa dirubuhkan ataupun dihancurkan olehnya, dalam putus asanya ia mengeluarkan ajian andalannya yakni "Ajian Hitut Semar"! Pssstttt!!! Gas dan asap belerang yang beracun yang keluar dari pantat gadis itu menggubu menutupi seluruh mayat-mayat hidup itu, tapi percuma saja, sebab zombie-zombie itu adalah mayat hidup maka mereka tidak akan terpengaruh oleh racun belerang yang ditembakan Galuh dari pantatnya!
Saat itulah Jaya sampai di Kademangan Cisoka, ia kaget melihat Galuh sedang bertarung belasan mayat-mayat hidup itu! "Galuh?! Celaka! Tampaknya ia kewalahan menghadapi mayat-mayat hidup itu!"
Jaya langsung melompat menerjang mayat-mayat hidup yang sedang mengepung Galuh dan keluarga Ki Demang Sukma, anehnya mayat-mayat hidup yang terkena tendangan dan pukulan Jaya langsung rubuh tak berkutik lagi, kepala-kepala mereka hancur berantakan! Batu permata mustika biru di cincin Kalimasada yang berada di jari manis kiri Jaya memancarkan cahaya biru tua yang sangat terang!
Di Rumahnya, Ki Wikuyana terkejut melihat kedatangan seorang pemuda yang langsung dapat menghancurkan beberapa mayat hidupnya. "Setan alas! Siapa dia?!" makinya, dia lalu memperhatikan cincin di tangan Jaya yang memancarkan cahaya biru tua yang sangat terang. "Itu... Itu Cincin mustika Kalimasada?! Kenapa cincin mustika itu bisa ada di tangan pemuda itu?!" tanyanya pada diri sendiri dengan geram.
"Jaya!" panggil Galuh yang langsung mengenali tuan penolongnya.
"Galuh benamkan dulu tangan dan kakimu kedalam tanah, setelah itu hancurkan kepala mayat-mayat hidup itu!" seru Jaya yang memberi tahu.
Galuh pun menuruti apa kata Jaya, dan benar saja, Galuh dapat merubuhkan zombie-zombie itu dengan mudah setelah melakukan apa yang Jaya katakan, dalam tempo singkat, kawanan mayat-mayat hidup itu pun tidak ada yang berkutik lagi dengan kepala yang hancur!
Betapa marahnya Ki Wikuyana ketika melihat pasukan zombienya telah hancur oleh Galuh dan Jaya, "Kurang ajar! Rusak! Rusak semua rencanaku! Aku harus turun tangan sendiri! Ternyata pemuda dan gadis itu bukan orang sembarangan!" gerutunya. Ia lalu bangun dari duduknya dan mengambil tongkatnya yang berhulu tengkorak, ia lalu memejamkan matanya komat-kamit membaca mantera, tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi bola api dan melesat keluar meninggalkan rumahnya!
Di halaman Kademangan, Galuh menghampiri Jaya sambil tersenyum "Jaya syukurlah kau datang dan menolongku, terima kasih Jaya!".
Jaya tersenyum pada Galuh. "Ya ya untunglah aku masih tepat waktu datang kemari".
Galuh lalu tersenyum kecut "Setelah kau meninggalkan aku tadi subuh, kita bertemu lagi dalam situasi ini!"